cover
Contact Name
Egi Sukma Baihaki
Contact Email
egisukma_baihaki@yahoo.com
Phone
+6281511960291
Journal Mail Official
tanzilsadra@gmail.com
Editorial Address
Jl. Lebak Bulus II No. 2, RT 4/RW 4, Cilandak Barat, Cilandak, Jakarta Selatan, 12430, Indonesia Phone: 021-29446460 (ext. 409) Fax: 02129235438
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Tanzil: Jurnal Studi Al-Quran
ISSN : 2460917     EISSN : 25030612     DOI : https://doi.org/10.20871/tjsq
Core Subject : Religion,
TANZĪL is a refereed academic journal published by Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra in Jakarta. The journal conscientiously aims to provide a scholarly platform for critical and informed articles, particularly in Qur’anic studies. The article arises such issues in the form of literature study, individual research, and critical book review, arise out of classical and contemporary discussions from varied traditions, either Eastern, Western in the hope to contribute the resolution of various It theoretical, methodological, and practical issues in the aforementioned fields.
Articles 64 Documents
Pemimpin Dan Kepemimpinan Dalam Al-Qur’an Amin, Surahman; Siregar, Ferry Muhammadsyah
Tanzil : Jurnal Studi Al-Quran Volume 1 Number 1, October 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.639 KB) | DOI: 10.20871/tjsq.v1i1.78

Abstract

AbstractThis paper discusses about leader and leadership in the Quran. It also focuses on the study of leadership, its ethical and practical aspects. It aims at exploring the meaning of leader and leadership in the Quran. In addition, the Quranic verses and its words are collected and analyzed. This paper uses the theory of tafsir, especially tafsir maudhui and the heuristic method for collecting the data. It is found that the Quranic verses are divided into Madaniyah and Makkiyah. It uses the term khalīfah (caliphate), imāmah (imamate), and ulu al-amr and its derivatives.Keywords: leader, leadership, the Qur’anAbstrakPaper ini mendiskusikan pemimpin dan kepemimpinan dalam al-Qur’an. Tulisan ini juga berfokus pada telaah atas makna kepemimpinan berikut aspek etis dan praktisnya. Paper ini bertujuan untuk me-ngetahui makna pemimpin dan kepemimpinan dalam al-Qur’an. Di samping itu, redaksi ayat dan kata-kata yang bermakna dan berhubungan dengan pemimpin dan kepemimpinan akan dikumpulkan dan dianalisis dengan menggunakan teori tafsir khususnya tafsir maudhui serta metode heuristik dalam pengumpulan data. Ditemukan bahwa redaksi ayat-ayat tentang kriteria pemimpin terbagi ke dalam Makkiyah dan Madaniyah yang menggunakan term khalīfah, imāmah, dan ulu al-amr beserta derivasinya.Kata-kata Kunci: pemimpin, kepemimpinan, al-Quran.
Front Cover 1.1 Muin, Muh. Azwar
Tanzil : Jurnal Studi Al-Quran Volume 1 Number 1, October 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.639 KB)

Abstract

Memahami Weltanschauung Al-Qur’an : Perspektif Pendekatan Kontemporer Yusuf, Muhammad
Tanzil : Jurnal Studi Al-Quran Volume 1 Number 1, October 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.639 KB) | DOI: 10.20871/tjsq.v1i1.79

Abstract

AbstractThe classical reading methods which are literal textual as an intellectual response from Muslims scholars to social-cultural dynamic which related to their life at that time. The urgency to understand the Qur’an in a holistic manner was needed in addressing the problems of life, in addition to the development of the qur’anic study necessitates the alignment between scientific research, interpretation of the Qur’an, universal benefit and the value of wisdom in the same breath with weltanschauung of al-Qur’an. Implementation of such commentary tradition in the context of local wisdom is not intended to limit the meaning of the Qur’an text, but rather on the dialectic between interpretation, cultural and readers that can not be separated. This article tries to convey Bugis-Makassar cultural values as an example of how to implement the relevant moral ideas in accordance with the teachings of the Qur’an.Keywords: weltanschauung, the Qur’an, socio-cultural, values, beneficiaries Abstrak: Metode pembacaan klasik yang bersifat literal-tekstual merupakan respon intelektual ulama terhadap dinamika sosio-kultural yang melingkupi mufasir dan masyarakatnya ketika itu. Urgensi memahami al-Qur’an secara holistik pun diperlukan dalam menyikapi persoalan hidup, di samping pengembangan studi al-Qur’an yang relevan meniscayakan adanya keselarasan antara riset ilmiah, penafsiran al-Qur’an, kemaslahatan universal serta nilai kearifan yang senafas dengan weltanschauung al-Qur’an. Implementasi dalam konteks kearifan lokal bukan dimaksudkan untuk membatasi makna teks al-Qur’an melainkan lebih pada dialektika antara penafsiran, budaya dan pembaca yang tak terpisahkan. Artikel ini mengangkat nilai budaya Bugis-Makassar sebagai contoh bagaimana menerapkan ide moral yang relevan dengan ajaran al-Qur’an. Kata-kata Kunci: weltanschauung, al-Qur’an, sosiokultural, nilai, kemaslahatan
Back Cover 1.1 Muin, Muh. Azwar
Tanzil : Jurnal Studi Al-Quran Volume 1 Number 1, October 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.639 KB)

Abstract

Penerapan Teori-Teori Filosofis Dalam Menafsirkan Al-Qur’an Budiman, Ikhlas
Tanzil : Jurnal Studi Al-Quran Volume 1 Number 1, October 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.639 KB) | DOI: 10.20871/tjsq.v1i1.77

Abstract

AbstractHuman reason is a tool to understand the realities and to express them in the philosophical theories. Because the Koran suggests human to use their reason, then the philosophical theories as the results of the use of reason can be used to understand and interpret verses of the Koran. This paper describes the application of that philosophical theories to the Quranic verses as a mode of interpretation of the Koran, such as the theory of the fundamental reality and unity of existence, the theory of gradation, the theory of existence-in-itself and existence-in-something-else, the theory of quiddity, the theory of cause and effect, the theory of every faculty happiness in achieving its essence demands without obstacles, the theory of the substantial motion, and the theory of the lowest thing having the potentiality to become the higher.Keywords: Reason, the philosophical theories, the verses of the Koran AbstrakAkal manusia berfungsi sebagai alat untuk memahami realitas, kemudian membahasakannya menjadi teori-teori filosofis. Karena al-Qur’an menganjurkan untuk menggunakan akal, maka teori-teori filosofis dapat digunakan untuk memahami dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Artikel ini menjelaskan bagai-mana penerapan teori-teori filosofis tersebut terhadap ayat-ayat al-Qur’an sebagai corak penafsiran al-Qur’an, diantaranya adalah teori ashalah al-wujud wa wahdatuhu atau kemendasaran wujud dan ke-satuannya, teori gradasi, teori wujud mandiri (wujūd mustaqill) dan wujud bergantung (wujūd rābith), teori kuiditas, teori sebab akibat, teori bahwa kebahagiaan setiap fakultas (quwwah) adalah meraih apa yang menjadi tuntutan esensinya tanpa ada yang merintangi, teori gerakan substansi, dan teori bahwa setiap yang terendah memiliki potensi untuk sampai pada yang lebih tinggi darinya.Kata-kata kunci: Akal, teori filosofis, ayat al-Qur’an
Preface 1.1 Muin, Muh. Azwar
Tanzil : Jurnal Studi Al-Quran Volume 1 Number 1, October 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.639 KB)

Abstract

Tren-tren Pergeseran Pemaknaan Naskh dalam Al-Qur`an : dari Penganuliran ke Penundaan Wardani, Wardani
Tanzil : Jurnal Studi Al-Quran Volume 1 Number 1, October 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.639 KB) | DOI: 10.20871/tjsq.v1i1.75

Abstract

Abstract : This article is aimed to explain trends in Moslem scholars’ understanding on abrogation (naskh) theory. The naskh has been commonly conceived as final abrogation of particular Quranic verse by other one. But, this term has transformed from naskh as final abrogation to postponement (nas’). There have been three trends in understanding the naskh as postponement. First, the concept of postponement does not differ basically from the substance of naskh as final abrogation in the sense that both naskh and nas` have same meaning, as the majority of Moslem scholars said. Second, the nas’ has own meaning which differs from the naskh, but both are regarded as complementary to each other, as argued by al-Zarkasyi, al-Biqa’i, and Ibn Asyur. Third, the idea that the postponement constitutes an alternative to the naskh as final abrogation, so its proponents, such as Muhammad ‘Abduh and Nashr Hamid Abu Zayd rejected the naskh as final abrogation and replaced it by the nas’ as postponement.Keywords : Abrogation (naskh), Postponement (nas’), Replacement (ibdāl) Abstrak : Artikel ini dimaksudkan untuk menjelaskan tren-tren pemahaman para ulama tentang teori naskh. Naskh umumnya dikonsepsi sebagai penganuliran permanen ayat al-Qur’an tertentu dengan ayat lain. Namun, istilah ini kemudian berkembang dari naskh sebagai penganuliran final menjadi penundaan (nas’). Ada tiga tren dalam memahami naskh sebagai penundaan. Pertama, konsep penundaan pada dasarnya tidak berbeda dari substansi naskh sebagai penganuliran final dalam pengertian bahwa naskh dan nas’ memiliki makna yang sama, sebagaimana dinyatakan oleh mayoritas ulama. Kedua, nas’ memi-liki maknanya sendiri yang berbeda dengan naskh, tapi kedua dianggap saling melengkapi, sebagai-mana ditegaskan oleh al-Zarkasyi, al-Biqa’i, dan Ibn Asyur. Ketiga, ide tentang penundaan merupakan sebuah alternatif terhadap naskh sebagai penganuliran final, sehingga para pendukungnya, semisal Muhammad ‘Abduh dan Nashr Hamid Abu Zayd menolak naskh sebagai penganuliran final dan meng-gantinya dengan nas’ sebagai penundaan.Kata-kata kunci : Penganuliran (naskh), Penundaan (nas’), Penggantian (ibdāl)
Konsep Umat Dalam Al-Quran : Menggali Nilai-Nilai Apriori Dan Aposteriori Sosial Fauzi, Ammar
Tanzil : Jurnal Studi Al-Quran Volume 1 Number 1, October 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.639 KB) | DOI: 10.20871/tjsq.v1i1.80

Abstract

AbstrakAlthough umat (ummah) has been standarized in the Indonesian vocabulary and will be easily found in the Qur’an, it seems that this term has not been commonly and uniquely emerging in the sociology and politics literatures in Bahasa Indonesia. As far as common sense and lexical meaning, the term of umat ordinarily connotes a kind of religious belief. However, how the concept of umat should be described in the view of the Quran? This paper examines that the islamic faith and thought could be an element that capture the diversity and differences of Muslim people into a core, i.e. the one umat (community) in its typical and complete sense encompassing a priori and a posteriori values.Keywords: umat, leader, individu, social, fitrah, self-knowing, a priori, a posteriori  AbstrakMeskipun umat (ummah) telah terbakukan dalam Bahasa Indonesia dan akan dengan mudah dite-mukan dalam Al-Quran, tampaknya istilah ini belum secara umum dan unik muncul dalam literatur sosiologi dan politik Bahasa Indonesia. Sejauh pengertian umum dan makna leksikal, istilah umat biasanya berkonotasi dengan semacam keyakinan agama. Namun, bagaimana konsep umat itu sendiri dapat dijelaskan dalam pandangan Al-Quran? Makalah ini akan menimbang bagaimana keimanan dan pemikiran Islam bisa menjadi elemen yang merangkul keragaman dan perbedaan orang Muslim ke dalam satu inti, yaitu umat yang satu dalam artinya yang khas dan lengkap hingga meliputi nilai-nilai apriori dan aposteriori.Kata-kata kunci: umat, pemimpin, individu, sosial, fitrah, mengenal-diri, apriori, aposteriori
Appendix 1.1 Muin, Muh. Azwar
Tanzil : Jurnal Studi Al-Quran Volume 1 Number 1, October 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.639 KB)

Abstract

Estetika Resepsi Dan Intertekstualitas : Perspektif Ilmu Sastra Terhadap Tafsir Al-Qur’an Sulaeman, Otong
Tanzil : Jurnal Studi Al-Quran Volume 1 Number 1, October 2015
Publisher : Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.639 KB) | DOI: 10.20871/tjsq.v1i1.76

Abstract

Abstract : The Quranic interpretation is an effort to explain the meaning of the Quranic verses. In literary studies, the Quranic interpretative attempt is an interpreter’s reception aestethics towards the Quranic verses. In another side, the interpreter (mufasir) is, during his effort of interpreting the Quran, necessarly influ-enced by the other texts he or she has ever read. The process of the interpreter’s being influenced by the other texts while interpreting the Quran is, in the literary theory, called intertextuality. Thus, there is a very close relation between the Quranic interpretation and literary sciences.Keywords : literary science, structuralism of science, pragmatic approach, reception aesthetics, intertextuality, the Quran, interpretation, hadith, history. Abstrak : Tafsir al-Qur’an adalah upaya untuk menjelaskan maksud dari ayat-ayat al-Qur’an. Dalam perspektif ilmu-ilmu sastra, upaya untuk menafsirkan al-Qur’an adalah bentuk estetika resepsi mufasir (penafsir) ter-hadap ayat-ayat al-Qur’an. Di sisi lain, saat menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, mufasir pastilah dipengaruhi oleh teks-teks lain yang pernah menjadi sumber bacaannya. Proses dipengaruhinya mufasir oleh teks bacaan lain saat menafsirkan al-Qur’an ini dalam konteks ilmu-ilmu sastra disebut intertekstualitas. Dengan demikian, ada hubungan yang sangat erat antara tafsir al-Qur’an dengan ilmu-ilmu sastra.Kata-Kata Kunci : ilmu sastra, strukturalisme ilmu, pendekatan pragmatik, estetika resepsi, intertekstualitas, al-Qur’an, tafsir, hadis, sejarah