cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota palu,
Sulawesi tengah
INDONESIA
Medika Tadulako
Published by Universitas Tadulako
ISSN : 23551933     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmiah Kedokteran FKIK Universitas Tadulako.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 3 (2016)" : 6 Documents clear
FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCABIES DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU (RISK FACTORS SCABIES AT GENERAL HOSPITAL ANUTAPURA PALU) Arifuddin, Adhar; Kurniawan, Herman; Fitriani, Fitriani
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Scabies is a contagious skin disease caused by sarcoptes scabiei and can cause skin irritation. Globally, every year there are 300 million cases of scabies and in Indonesia 4.60% - 12.95% ranks three of the 12 most skin diseases. This study aimed to determine the incidence of risk factors Scabies at General Hospital Anutapura Palu. The research method uses analytic observational case control approach. Scabies is a case of patient samples and control samples is not Scabies patients with a ratio of 1: 2. The number of samples is 174 consisting of 58 sample cases and 116 control samples. Sampling with accidental sampling. Data were analyzed by OR the significance limit (α = 5%). The results showed gender (OR = 1.879 at 95%, CI 0.987 to 3.576), knowledge (OR = 1.358 at 95%, CI 0.661 to 2.791), personal hygiene (OR = 2.275 at 95%, CI 1.107 to 4.676) and contact history (OR = 7.291 at 95%, CI 2.904 to 18.307) Scabies is a risk factor with OR> 1. Men are expected to be able to prevent the transmission of scabies , to the public in order to increase knowledge about Scabies , improving personal hygiene and avoid contact with the patient so as to prevent the occurrence Scabies Scabies. Keywords: Scabies, Risk Factors Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei dan dapat menyebabkan iritasi kulit. Secara global setiap tahun terdapat 300 juta kasus Scabies dan di Indonesia 4,60% - 12,95% menduduki urutan ke tiga dari 12 penyakit kulit terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian Scabies di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Metode penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan case control. Sampel kasus adalah penderita Scabies dan sampel kontrol adalah bukan penderita Scabies dengan perbandingan 1:2. Jumlah sampel yaitu 174 yang terdiri dari 58 sampel kasus dan 116 sampel kontrol. Pengambilan sampel dengan accidental sampling. Data dianalisis dengan uji OR pada batas kemaknaan (α=5%). Hasil penelitian menunjukan jenis kelamin (OR = 1,879 pada 95%, CI 0,987-3,576), pengetahuan (OR = 1,358 pada 95%, CI 0,661-2,791), personal hygiene (OR = 2,275 pada 95%, CI 1,107-4,676) dan riwayat kontak (OR =  7,291 pada 95%, CI 2,904-18,307) merupakan faktor risiko kejadian Scabies dengan nilai OR>1. Diharapkan laki-laki untuk dapat mencegah penularan Scabies, kepada masyarakat untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang Scabies, meningkatkan personal hygiene dan menghindari kontak dengan penderita Scabies sehingga dapat mencegah kejadian Scabies. Kata Kunci : Scabies, Faktor Risiko
PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA TAHUN II DAN TAHUN IV DI SKILLS LABORATORY PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO Kiay Demak, Indah Puspasari
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background. Communication skills are one of important skills for medical students to master, as called anamnesis. Diagnose are mostly concluded by gaining patients information from anamnesis.Objective. This research was conducted to analyze the difference of interpersonal communication skills between second year and fourth year medical students. Method. It was a quantitative study with cross sectional approach. The subjects were second year and fourth year medical students, which were chosen by cluster random sampling. There were 2 groups each from second year and fourth year, as total 43 students. Interpersonal communication skills were measured by checklist from laboratory module. The differences of interpersonal communication skills between 2 groups were analyzed by Students’ t test.Results. The result of Students’ t test was 0.464 (p value) with mean difference 1.196. Conclusion. Fourth year students have better interpersonal communication skills score than second year, although the differences statistically insignificant.  Keywords: clinical skills, interpersonal communication skills, skills laboratory Latar Belakang. Keterampilan komunikasi merupakan cikal bakal dari keterampilan anamnesis, yang harus dikuasai oleh mahasiswa kedokteran. Penegakan diagnosis sebagian besar berdasarkan informasi yang didapatkan dari hasil anamnesis kepada pasienTujuan. Mengetahui perbedaan nilai keterampilan komunikasi interpersonal pada mahasiswa tahun kedua dan tahun keempat Program Studi Kedokteran Untad.Metode. Penelitian ini merupakan suatu penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama dan kedua Prodi Kedokteran Untad Palu. Teknik pengambilan sampel yang dipakai adalah cluster random sampling. Peneliti menentukan 2 kelompok mahasiswa tahun kedua dan 2 kelompok mahasiswa tahun keempat sebanyak 43 orang. Instrumen yang digunakan Ceklis keterampilan klinik “komunikasi interpersonal”. Perbandingan kemampuan keterampilan komunikasi interpersonal antara mahasiswa tahun kedua dan keempat Prodi Kedokteran Untad akan diukur menggunakan uji Students’ t test dengan bantuan aplikasi program SPSS.Hasil. Nilai p yang didapatkan pada uji Students’ t perbedaan rata-rata nilai komunikasi interpersonal antara mahasiswa tahun kedua dan keempat adalah 0,463 dengan rerata (mean difference) sebesar 1,196.Kesimpulan. Nilai keterampilan komunikasi interpersonal pada mahasiswa tahun keempat lebih baik daripada tahun kedua, walaupun secara perhitungan statistik perbedaan  tersebut tidak bermakna.Kata kunci: keterampilan medik, komunikasi interpersonal, skills laboratory
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONGGALA KECAMATAN BANAWA KABUPATEN DONGGALA Hermiyanty, Hermiyanty; Nurdiana, Nurdiana
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cadres is a volunteers recruited from , by and for the community , which is assigned to assist the smooth running of health services. Cadres are active in several posyandu there is only one person cadre course , there is even one that does not have a posyandu cadre's . Basically within one (1) posyandu shall have five (5 ) cadres that Posyandu activities run smoothly . This study aimed to identify factors associated with the participation on cadres in Posyandu activities in Clinic Donggala the sub district of Banawa, Donggala. This type of research is survey cross sectional analytic approach. The population in this study were all cadres Posyandu in Clinic Donggala, account of to 161 people with a total sample of 115 people who are determined by random sampling. Data were analyzed using Chi Square test, with a confidence level of 95% (ρ < 0.05). Results showed that was a significant relationship between knowledge, needs cadres, respect, the role of community leaders, and the role of health workers where ρ-value of the these five variable are 0.000 cadres participation Clinic Donggala the subdistrict of Banawa, Donggala. The clinic and the health centers Donggala can develop policies that can increase the participation od cadres in Posyandu activities such as maximizing refreshing cadres, providing the latest infoemation on heath and nutrition additional health workers ini Posyandu activities.Keywords: Award,  Cadres  Needs,  Knowledge  Cadres,  The  Role  of Community Leaders, The Role of Health Personnal Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Kader yang aktif di beberapa posyandu ada hanya memiliki satu orang kader saja, bahkan ada salah satu posyandu yang tidak memiliki kader posyandu. Pada dasarnya dalam 1 (satu) posyandu harus mempunyai 5 (lima) orang kader agar kegiatan posyandu berjalan dengan lancar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala. Jenis penelitian ini adalah Survey Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala yang berjumlah 161 orang dengan jumlah sampel sebanyak 115 orang yang ditentukan dengan random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square, dengan derajat kepercayaan 95% (ρ < 0,05). Hasil menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, kebutuhan kader, penghargaan, peran tokoh masyarakat, dan peran petugas kesehatan dimana ρ-value dari kelima variabel tersebut adalah 0,000 dengan partisipasi kader posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Donggala Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala. Pihak puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala dapat menyusun kebijakan yang dapat meningkatkan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu seperti memaksimalkan refreshing kader, memberikan informasi-informasi terkini mengenai kesehatan dan penambahan tenaga kesehatan gizi dalam kegiatan posyandu.Kata Kunci: Kebutuhan Kader,  Pengetahuan Kader,  Penghargaan,  Peran Tokoh   Masyarakat, Peran Petugas Kesehatan
PARAMETER PROGNOSIS PERBAIKAN FUNGSI GINJAL PADA PASIEN OBSTRUKSI UROPATI. Aristo, Aristo; Danarto, Danarto
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Obstruksi uropati merupakan suatu kegawatan dibidang urologi yang dapat meyebabkan gagal ginjal akut maupun kronik. Penanganan lebih lanjut pasien obstruksi uropati sangat ditentukan oleh fungsi ginjal. Pemeriksaan sesuai standar baku emas untuk menilai fungsi ginjal dengan renogram, akan tetapi penggunaan renogram masih sangat terbatas terkait fasilitas terbatas dengan biaya yang tinggi. Diperlukan suatu parameter untuk menilai prognosis perbaikan fungsi ginjal setelah dilakukan release obstruksi.Objektif: untuk menilai parameter yang dapat digunakan untuk menilai prognosis perbaikan fungsi ginjal pada pasien obstruksi uropati setelah dilakukan release obstruksiMetodologi: penelitian ini merupakan studi analitik retrospektif. Data diambil dari pasien pasien obstruksi uropati periode januari 2014 – desember 2015. Dilakukan analisis bivariat untuk menilai hubungan antara rasio BUN/Creatinin (<10 atau ≥10) , kadar hemoglobin (<10 g/dL atau ≥10 g/dL), kadar kalium (<5.5 atau ≥5.5), kadar gula darah (<200 atau ≥200), dan tebal parenkim ginjal(<10 mm atau ≥10 mm) dengan penururan kreatinin serum (< 2 mg/dL). Dengan analisis Chi Square dan Fisher’s Exact test diperoleh parameter prognosis perbaikan fungsi ginjal.Hasil: Tebal parenkim ginjal, kadar hemoglobin dan rasio BUN/Creatinin memiliki hubungan signifikan dengan penurunan kreatinin sehingga dapat digunakan sebagai parameter prognosis perbaikan fungsi ginjal setelah dilakukan release obstruksi. Kata kunci: Obstruksi uropati, Hiperkalemi
CORRELATION BETWEEN HEMATOCRITE AND HEMOGLOBIN COUNT WITH HOSPITALISAZION DURATION OF ACUTE DIARRHEAL CHILDREN PATIENTS IN UNDATA GENERAL HOSPITAL YEAR 2014 Sari, Puspita; B.P, Herman
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Diarrhea is one of major causes of morbidity and mortality in almost geographic regions of the world. All age groups can be infected with gastroenteritis. World Health Organization (WHO) reported that diarrhea  cause 3.5 millions deaths for one year in children under 5 years with  incidence of diarrhea is about 80%. Duration of hospitalization is a parameter commonly used to measure one episode of the hospitalization duration. In the Eradication Guidelines of Diarrhea 5th Edition, the former hospitalization target in acute diarrhea patients according to Department of Health Republic Indonesia is about 4 days or 96 hours.Methods: This study is an analytic observational, by using cross-sectional design and purposive sampling for data’s retrieval. Data’s retrieval using secondary data which was medical records of patients who are hospitalized due to acute diarrhea i Undata hospital Palu from 1 January to 31 December 2014, which includes hemoglobin, hematocrit count and duration of hospitalization. Data analyzing conducted with Chi Square test.Results: There were 97 samples of this research.  SPSS correlation test using chi-square test for hematocrit levels showed that there is no correlation between hematocrit count with hospitalization duration of acute diarrhea children patients. Based on the value of p> value of α is p = 0.097. Hemoglobin based on the test results measured by chi-square test showed that there is correlation between hemoglobin and hospitalization duration of patients with diarrhea. It is based on the value of p <α value ie, p = 0.003Conclusions: There was no correlation between hematocrit levels with hospitalization duration of acute diarrhea patients on children and there is correlation between hemoglobin levels and longer hospitalization duration of acute diarrhea children patients. Keywords: acute diarrhea, hospitalization duration, Hemoglobin, Hematocrit count.Latar Belakang: Diare  hingga saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir di seluruh daerah geografis di  dunia dan semua kelompok usia bisa terinfeksi gastroenteritis. World Health Orginazation (WHO) melaporkan bahwa dalam satu tahun diare dapat menyebabkan 3,5 juta kematian, dimana pada anak-anak dengan umur dibawah 5 tahun angka kejadian diare mencapai 80%. Lama rawat inap adalah istilah yang umum digunakan untuk mengukur durasi satu episode rawat inap. Dalam Pedoman Pemberantasan Diare Edisi ke 5, target lama rawat inap pasien Diare Akut menurut Depkes RI adalah 4 hari atau 96 jam.Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Teknik pengambilan data ialah purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan data sekunder yaitu data rekam medis pasien Diare  Akut  yang dirawat inap di RSUD Undata Palu periode 01 Januari - 31 Desember 2014, yang mencakup Kadar  Hemoglobin, Kadar  Hematokrit   dan lama rawat inap. Analisis data menggunakan statistik uji Chi Square.Hasil Penelitian: Terdapat 97 sampel, Dari  hasil analisis data program komputer SPSS menggunakan uji korelasi  chi-square untuk  kadar  hematokrit  diperoleh  bahwa  tidak  ada  hubungan  antara  kadar  hematokrit  dengan  lama  rawat  inap  pasien diare  akut  pada  anak. Hal ini didasarkan pada nilai p > nilai α yaitu p = 0,097. Pada  Kadar  Hemoglobin  hasil analisis data program komputer SPSS menggunakan uji statistik chi-square maka diperoleh bahwa terdapat hubungan antara Kadar  Hemoglobin  dengan lama rawat inap pasien Diare. Hal ini didasarkan pada nilai p < nilai α yaitu p =0,003.Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara  kadar hematokrit dengan lama  rawat  inap  pasien  diare  akut  pada  anak  dan  terdapat  hubungan  antara  kadar  hemoglobin  dan  lama  rawat  inap  pasien  diare  akut  pada  anak. Kata kunci: Diare  Akut, lama rawat inap, Kadar  Hemoglobin, Kadar Hematokrit.
THE COMPARISON OF INHIBITORY EFFECT BETWEEN ANTISEPTIC SOAP WITH BETEL LEAF EXTRACT (Piper betle Linn) ON THE GROWTH OF Escherichia coli Tiroyo, Amelia Julianty; Munir, Muhammad Ardi; Hutasoit, Gina Andhyka
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background. Infectious diseases are still a major cause of morbidity and mortality in developing countries. One of the most commonly way to prevent the spread of infectious diseases is washing hands with antiseptic soap. Recently, lifestyle back to nature is widely used by the public which is they using herbs. Betel leaves can be used as an antibacterial because it contains 4.2% of essential oil. Escherichia coli bacteria are the primary pathogens that cause infections in humans.Method. This research is a true laboratorial experimental research post test only control group. The test material used are LB soap, DT soap, 25% and 50% betle leaf extract, 1% povidone iodine as positive control and distilled water as negative control. Each treatment was replicated four times. Antibacterial effect determine by the extent of the inhibition zone formed.Result. The result shows that the average of inhibition highest test material is LB soap is 49,875 mm, followed by 50%, 25 % betel leaf extract and DT soap with each zone of inhibition formed is 27,05 mm, 23,525 mm, and 22,25 mm. For the positive control group had inhibitory zone is 29,525 mm, and the negative control was not formed inhibition zones. Statistical test results using Kruskal-Wallis had significance value p<0,05, which means there is a significant difference from the sixth treatment given to the growth of Escherichia coli.Conclusion. There are differences between the inhibition of antiseptic soap and betle leaf extract (Piper betle Linn) to the growth of Escherichia coli. Keyword. Antiseptic soap, Betel leaf extract (Piper betle Linn), Escherichia coli, antibacterial, inhibitory effect

Page 1 of 1 | Total Record : 6