cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota palu,
Sulawesi tengah
INDONESIA
Medika Tadulako
Published by Universitas Tadulako
ISSN : 23551933     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmiah Kedokteran FKIK Universitas Tadulako.
Arjuna Subject : -
Articles 124 Documents
PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK (CIPROFLOXACIN, CEFOTAXIME, AMPICILIN, CEFTAZIDIME DAN MEROPENEM) TERHADAP BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PENYEBAB ULKUS DIABETIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE KIIRBY-BAUER Sri, Ni Komang; Setyawati, Tri
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif ditandai dengan adanya hiperglikemia atau kelebihan kadar glukosa dalam darah yang memerlukan penanganan tepat. Diabetes melitus yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai komplikasi salah satunya yaitu ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum di Indonesia merupakan permasalahan yang belum dapat terkelola dengan baik dan sering kali berakhir dengan kecacatan dan kematian. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan kuman terbanyak menginfeksi pasien ulkus diabetik. Antibiotik empiris yang sering di gunakan adalah (ciprofloxacin, cefotaxime, ampicilin, ceftazidime dan meropenem).Metode. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium murni, pengumpulan data diambil dari sampel yang di peroleh dari hasil kultur yang berasal dari pasien ulkus diabetik, kemudian dilakukan suspense biakan bakteri Staphylococcus aureus dan uji efektivitas bakteri di laboratorium dengan jumlah sampel sebanyak 6 pasien di dapat 36 sampel di peroleh dari 6 kali replikasi. Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan sekunder dari Laboratoriun Kesehatan Daerah kota palu.Hasil. Rerata dari zona hambat tertinggi adalah meropenem 29 mm (sensitive), ciprofloxacin 27,33 mm (sensitive), ampicillin 19,16 mm (sensitive), cefotaxime 19,5 mm (intermediet), ceftazidime 9 mm (resisten).Kesimpulan. terdapat perbedaan yang signifikan dan perbedaan yang tidak signifikan dari tiap perlakuan antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Dimana perlakuan yang memiliki daya hambat tertinggi adalah antibiotik meropenem, ciprofloxacin, dan ampicillin sedangkan perlakuan yang memiliki daya hambat terendah adalah antibiotik cefotaxime dan ceftazidime.  Background. Diabetes mellitus is a degenerative disease characterized by hyperglycemia or excess levels of glucose in the blood that requires proper treatment. Uncontrolled diabetes can lead to various complications, one of which diabetic ulcers. Diabetic ulcers in Indonesia is a problem that can not be managed and often end up with disability and death. Staphylococcus aureus is the bacteria infects the majority of diabetic ulcer patients. Empirical antibiotic that is often used is (ciprofloxacin, cefotaxime, ampicillin, ceftazidime and meropenem)Methods. This research is an experimental laboratory pure, collecting data taken from samples obtained from cultures derived from patients with ulcer diabetic, then made suspension cultures of bacteria Staphylococcus aureus and test the effectiveness of the bacteria in the laboratory with a total sample of 6 patients may be 36 samples obtained 6 times replication. This research uses primary and secondary data sources from the Regional Health laboratory hammer town.Results. The mean of the highest inhibitory zone is meropenem 29 mm (sensitive), ciprofloxacin 27.33 mm (sensitive), ampicillin 19.16 mm (sensitive), cefotaxime 19.5 mm (intermediate), ceftazidime 9 mm (resistant).Conclusion. there are significant differences and no significant differences from each of antibiotic treatment on the growth of Staphylococcus aureus. Where treatment has the highest inhibitory antibiotic meropenem, ciprofloxacin, and ampicillin while treatment had the lowest inhibition is an antibiotic cefotaxime and ceftazidime.
PERSEPSI PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN UNIT RAWAT INAP RS ANUTA PURA PALU (DENGAN PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN/MARKETING MIX) Wandira, Bertin Ayu
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persaingan di semua sektor usaha dewasa ini semakin semarak. Demikian pula pada industri jasa kesehatan, apakah itu Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Kesehatan, serta usaha privat lainnya dibidang kesehatan yang berusaha meningkatkan mutu layanannya agar bisa berkompetisi. Faktanya, masih banyak Rumah Sakit (khususnya RS pemerintah) yang belum mampu memberikan pelayanan yang benar-benar diharapkan pengguna jasa. Mutu layanan masih rendah dan belum benar-benar berorientasi kepentingan pelanggan (pasar). Konsumen (pasien) masih menjadi pihak yang lebih membutuhkan layanan kesehatan, disisi lain Rumah Sakit (khususnya staf medis dan tenaga kesehatan lainnya) masih menjadi pihak yang “memberikan bantuan”. Olehnya itu, mutu layanan yang baik serta kepuasan pelanggan hanya bisa tercapai ketika ada kerjasama yang baik antar seluruh petugas kesehatan yang ada dalam rumah sakit tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui persepsi pelanggan terhadap kualitas layanan di unit rawat inap RS Anuta Pura Palu dengan pendekatan bauran  pemasaran (marketing mix), meliputi : unsur Product (produk), Price (harga), place (tempat), promotion (promosi), dan people (orang/SDM). Jenis penelitian yang digunakan adalah  penelitian deskriptiv untuk mengetahui persepsi pelanggan terhadap kualitas pelayanan di unit rawat inap RS Anuta Pura Palu dengan pendekatan bauran pemasaran (marketing mix). Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) sebanyak 95 orang (97,9%) responden berpendapat bahwa produknya memuaskan; (2) sebanyak 91 orang (93,8%) responden berpendapat bahwa harganya terjangkau; (3)  sebanyak 95 orang (97,9%) responden berpendapat place (tempat) nya tepat (4) sebanyak 50 orang (51,5%) responden berpendapat promotion (promosi) sudah cukup; (5) sebanyak 85 orang (87,6%) responden berpendapat people (orang/SDM)  bahwa orang (SDM) di RS Anuta Pura sudah baik. Kata Kunci : mutu layananan, bauran pemasaran
FAKTOR RISIKO KEJADIAN SCABIES DI RUMAH SAKIT UMUM ANUTAPURA PALU (RISK FACTORS SCABIES AT GENERAL HOSPITAL ANUTAPURA PALU) Arifuddin, Adhar; Kurniawan, Herman; Fitriani, Fitriani
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 3 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Scabies is a contagious skin disease caused by sarcoptes scabiei and can cause skin irritation. Globally, every year there are 300 million cases of scabies and in Indonesia 4.60% - 12.95% ranks three of the 12 most skin diseases. This study aimed to determine the incidence of risk factors Scabies at General Hospital Anutapura Palu. The research method uses analytic observational case control approach. Scabies is a case of patient samples and control samples is not Scabies patients with a ratio of 1: 2. The number of samples is 174 consisting of 58 sample cases and 116 control samples. Sampling with accidental sampling. Data were analyzed by OR the significance limit (α = 5%). The results showed gender (OR = 1.879 at 95%, CI 0.987 to 3.576), knowledge (OR = 1.358 at 95%, CI 0.661 to 2.791), personal hygiene (OR = 2.275 at 95%, CI 1.107 to 4.676) and contact history (OR = 7.291 at 95%, CI 2.904 to 18.307) Scabies is a risk factor with OR> 1. Men are expected to be able to prevent the transmission of scabies , to the public in order to increase knowledge about Scabies , improving personal hygiene and avoid contact with the patient so as to prevent the occurrence Scabies Scabies. Keywords: Scabies, Risk Factors Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei dan dapat menyebabkan iritasi kulit. Secara global setiap tahun terdapat 300 juta kasus Scabies dan di Indonesia 4,60% - 12,95% menduduki urutan ke tiga dari 12 penyakit kulit terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian Scabies di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Metode penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan case control. Sampel kasus adalah penderita Scabies dan sampel kontrol adalah bukan penderita Scabies dengan perbandingan 1:2. Jumlah sampel yaitu 174 yang terdiri dari 58 sampel kasus dan 116 sampel kontrol. Pengambilan sampel dengan accidental sampling. Data dianalisis dengan uji OR pada batas kemaknaan (α=5%). Hasil penelitian menunjukan jenis kelamin (OR = 1,879 pada 95%, CI 0,987-3,576), pengetahuan (OR = 1,358 pada 95%, CI 0,661-2,791), personal hygiene (OR = 2,275 pada 95%, CI 1,107-4,676) dan riwayat kontak (OR =  7,291 pada 95%, CI 2,904-18,307) merupakan faktor risiko kejadian Scabies dengan nilai OR>1. Diharapkan laki-laki untuk dapat mencegah penularan Scabies, kepada masyarakat untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang Scabies, meningkatkan personal hygiene dan menghindari kontak dengan penderita Scabies sehingga dapat mencegah kejadian Scabies. Kata Kunci : Scabies, Faktor Risiko
HUBUNGAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DAN HEMATOKRIT DENGAN DERAJAT BERATNYA PENYAKIT DBD PADA PASIEN ANAK DI RSU. ANUTAPURA PERIODE JANUARI 2014-MARET 2015 Setyawati, Tri; Qulub, Sakinatul; Hutasoit, Gina Andhyka; Lumula, Rosdiana
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Dengue hemorrhagic fever is a disease cause by dengue virus that can infect and cause death for children. Severity of dengue fever is determined based on clinical criteria and laboratories. The decline in the number of leukocytes and the increased number of hematocrit can be a marker of severity for dengue fever.Objective: This study aimed to determine the relationship between leukocyte cand hematocrit count with the severity of dengue disease in pediatric patients at Anutapura public hospital from January 2014-March 2015.Methods: This research used cross-sectional study. The sampling technique used is total sampling. The samples used in the study amounted to 83 patients according to the inclusion and exclusion criteria. The instruments used in this research were the medical records of pediatric patients with dengue fever. The relationship between leukocyte and hematocrit count with the severity of dengue fever disease in pediatric patients were analyzed using Spearman correlation test.Results: Spearman correlation test showed there was no correlation between the number of leukocytes with the severity of dengue fever in pediatric patients (p = 0.775) directed to positive correlation and the weak strength of the relationship (r = 0.032). While the correlation between the amount of hematocrit with the severity of dengue fever had no correlation (p = 0.052) directed to positive correlation and weak strength of the relationship (r = 0.214).Conclusions: There was no relationship between leukocyte and hematocrit count with the severity of dengue disease in pediatric patients at Anutapura public hospital from January 2014-March 2015. Keywords: dengue degree of severity, Number of leukocytes, Number of Hematocrit Latar Belakang: Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dapat menginfeksi serta menimbulkan kematian bagi anak. Klasifikasi derajat beratnya penyakit DBD menjadi acuan yang dalam melakukan tatalaksana. Penurunan jumlah leukosit serta peningkatan jumlah hematokrit dapat menjadi penanda derajat beratnya penyakit demam berdarah dengue.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah leukosit dan hematokrit dengan derajat beratnya penyakit DBD pada pasien anak di RSU. Anutapura periode Januari 2014-Maret 2015.Metode Penelitian: Penelitan ini menggunakan metode penelitian cross-sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 83 pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi serta eksklusi. Instrumen yang digunakan dalam penelitan adalah data rekam medik dari pasien anak penderita demam berdarah dengue. Hubungan antara jumlah leukosit dan hematokrit dengan derajat beratnya penyakit demam berdarah dengue pada pasien anak dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil Penelitian: Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jumlah leukosit dengan derajat beratnya penyakit demam berdarah dengue pada pasien anak (p=0.775) arah korelasi positif serta kekuatan hubungannya lemah (r=0,032). Sedangkan korelasi antara jumlah hematokrit dengan derajat beratnya penyakit demam berdarah dengue tidak terdapat hubungan (p=0,052) dengan arah korelasi positif dan kekuatan hubungan lemah (r=0,214). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara jumlah leukosit dan hematokrit dengan derajat beratnya penyakit DBD pada pasien anak di RSU. Anutapura periode Januari 2014-Maret 2015. Kata kunci : Derajat Beratnya DBD, Jumlah Leukosit, Jumlah Hematokrit
KARAKTERISTIK USIA, JENIS KELAMIN, TINGKAT DEMAM, KADAR HEMOGLOBIN, LEUKOSIT DAN TROMBOSIT PENDERITA DEMAM TIFOID PADA PASIEN ANAK DI RSU ANUTAPURA TAHUN 2013 Dea Pawitri Handayani, Ni Putu; Mutiarasari, Diah
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Typhoid fever is endemic in Indonesia. Based on surveillance data, there were 5091 cases typhoid fever between 2.729.227 people in Central Sulawesi and 150 cases typhoid fever between 347.856 people in Palu. Typhoid fever was rank seventh in big ten illness in 2012. Cases of typhoid fever most commonly found in the age group 5-9 years, that is 1066 cases. This research was performed to determine the age, sex, degree of fever, hemoglobin, leucocyte and thrombocyte level characteristics of typhoid fever in children patients at Anutapura General Hospital in 2013. Methods: This research was a descriptive study with 35 children patients as sample who eligible the inclusion and exclusion criteria. Data was obtained from medical record at Anutapura General Hospital in 2013. Data was taken using consecutive sampling technique. Results: Characteristic of children patients with typhoid fever at Anutapura General Hospital in 2013 were found highest in age group 7-12 years old (51.4%). The most sex determination was boy (57.1%). The most degree of fever was febris (74.3%). The most hemoglobin level was patients with deflated hemoglobin level (62.9%). The most leucocyte level was patients with normal leucocyte level (54.3%). The most thrombocyte level was patients with normal thrombocyte level (74.3%). Conclusion: Based on the result, the most characteristic typhoid fever in children patients at Anutapura General Hospital in 2013 were 7-12 years old, boy as the sex determination, febris as the degree of fever, deflated hemoglobin level, normal leucocyte level and normal thrombocyte level.  Keyword: Characteristic, Typhoid Fever, Anutapura General Hospital Latar Belakang: Demam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia. Berdasarkan data surveilens, di Sulawesi Tengah terdapat 5091 kasus demam tifoid diantara 2.729.227 penduduk dan di Palu terdapat 150 kasus demam tifoid diantara 347.856 penduduk. Demam tifoid menempati urutan ke tujuh dalam sepuluh besar penyakit pada tahun 2012.  Kasus demam tifoid paling banyak ditemukan pada kelompok usia 5-9 tahun, yaitu 1066 kasus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik usia, jenis kelamin, tingkat demam, kadar hemoglobin, leukosit dan trombosit penderita demam tifoid pada pasien anak di RSU Anutapura tahun 2013.Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan sampel penelitian berjumlah 35 pasien anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data diperoleh dari rekam medis RSU Anutapura Palu tahun 2013. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling.Hasil: Karakteristik penderita demam tifoid anak di RSU Anutapura tahun 2013 yaitu usia paling banyak adalah 7-12 tahun (51,4%). Jenis kelamin paling banyak yaitu pada laki-laki (57,1%). Tingkat demam paling banyak yaitu febris (74,3%). Kadar hemoglobin paling banyak yaitu pasien dengan kadar hemoglobinnya menurun (62,9%). Kadar leukosit paling banyak yaitu pasien dengan kadar leukosit normal (54,3%). Kadar trombosit paling banyak yaitu pasien dengan kadar trombosit normal (74,3%).Kesimpulan: Berdasarkan hasil tersebut, karakteristik terbanyak penderita demam tifoid anak di RSU Anutapura tahun 2013 yaitu berusia 7-12 tahun, dengan jenis kelamin laki-laki, tingkat demam febris, kadar hemoglobin menurun, kadar leukosit normal, dan kadar trombosit normal. Kata kunci: Karakteristik, Demam Tifoid, RSU Anutapura
EXCLUSIVE BREASTFEEDING BETWEEN WITH THE NUMBER OF ARI EXPERIENCING TO 7-59 MONTHS INFANTS IN THE WORK AREA COMMUNITY HEALTH CENTERS BULILI 2015 Kurnia, Suci Annisa; Sumarni, Sumarni; Rupawan, I Kadek
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background : Acute Respiratory Infections (ARI) is a respiratory disease upper or lower and cause a spectrum of illnesses. In Indonesia, ARI is one of the causes of patient visits to health facilities, such as the clinic and the hospital. One of the factor risk of the incidence of ARI is not getting exclusive breastfeeding.Method : Analytic observational research with cross sectional approach. With a population of children aged 7-59 months who come to the health center of Bulili during 2015. Number of samples is 96 infants, obtained by purposive sampling. Diagnosis is based on history and physical examination according to the guidelines of the clinic. Status of exclusive breastfeeding was obtained from Kartu Menuju Sehat (KMS). Analysis of data is using statistical test Chi Square.Result : The result showed that infants who are not getting exclusive breastfeeding have a  greater risk for causing ARI compared to infants who are given exclusive breastfeeding. This is supported by Chi-Square where the value of p = 0.000 meaning there is a significant relationship between exclusive breastfeeding with the incidence of ARI.Conclusion : There is a significant correlation between exclusive breastfeeding on the incidence of ARI in children aged 7-59 months in health center of bulili palu 2015.   Keyword :, Acute Respiratory Infections (ARI), Exclusive Breastfeeding Latar Belakang : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah dan menimbulkan berbagai spektrum penyakit. Di Indonesia ISPA merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien ke sarana kesehatan, yaitu ke puskesmas dan ke RS. Salah satu faktor resiko kejadian ISPA adalah tidak mendapatkan ASI eksklusif.Metode : Penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Dengan populasi balita usia 7-59 bulan yang datang ke Puskesmas Bulili selama periode tahun 2015. Jumlah sampel 96 balita, diperoleh dengan cara  purposive sampling. Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai pedoman puskesmas. Status ASI eksklusif didapatkan dari Kartu Menuju Sehat (KMS). Analisis data menggunakan uji statistik Chi Square .Hasil : Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa balita yang tidak diberikan ASI eksklusif lebih beresiko mengalami ISPA dibandingkan dengan balita yang diberikan ASI eksklusif. Ini didukung dengan uji Chi-Square dimana nilai p= 0,000 yaitu terdapat hubungan yang  bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA.Simpulan : Ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada balita usia 7-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bulili Kota Palu Tahun 2015.  Kata Kunci : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), ASI Eksklusif
HUBUNGAN UMUR, JENIS KELAMIN MAHASISWA DAN PENDAPATAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN SARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FKIK UNIVERSITAS TADULAKO Indah Puspasari Kiay Demak; Suherman Suherman
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 1 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menjelaskan bahwa di Indonesia prevalensi gangguan jiwa sekitar 4,6%, sedangkan gangguan  mental emosional jauh (kecemasan), lebih besar yakni sebesar 11,6%. Tingginya angka gangguan emosional tersebut mengindikasikan bahwa individu  mengalami suatu perubahan  emosional yang apabila tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi patologi.Metode : Rancangan penelitian cross sectional, sampel berjumlah 110 orang yang terdiri dari mahasiswa pendidikan sarjana tahun ajaran pertama. Data dianalisis menggunakan uji Chi square. Variabel penelitian ini adalah umur, jenis kelamin mahasiswa  dan pendapatan orang tua.Hasil : Dari hasil pengelolahan data Chi square, menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan tingkat tingkat kecemasan yang memiliki p- value lebih dari 0,05. Untuk variabel jenis kelamin menunjukan adanya hubungan dengan tingkat kecemasan dimana p-value kurang dari 0,05 dan pada variabel pendapatan orang tua menunjukan tidak terdapat hubungan dengan tingkat kecemasan dimana p-value lebih dari 0,05.Keseimpulan :Tidak terdapat hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan (p=0,064) dengan (α= 0,05 ). Terdapat hubungan antara jenis kelamin mahasiswa dengan tingkat kecemasan (p=0,000) dengan (α= 0,05 ). Tidak terdapat hubungan antara pendapatan orang tua dengan tingkat kecemasan (p = 0,166 ) dengan (α= 0,05).Kata kunci : Kecemasan, umur, jenis kelamin, dan pendapan orang tua.
PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Haryanto, Rizal; Suarayasa, Ketut
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Remaja adalah fase dimana seseorang akan mengalami peralihan tahap baik dari segi emosi, tubuh, minat perilaku dan juga masalah lainnya. Besarnya jumlah remaja di Indonesia menambah kompleksitas permasalahan yang ditimbulkan oleh remaja. Salah satu masalah yang cukup serius adalah keterlibatan remaja dalam aktivitas seks pranikah yang timbul sebagai akibat dari sikap permisif, eksperimentasi seksual, dan minimnya informasi mengenai seks pranikah itu sendiri. Penelitian ini dilakukan untuk menilai bagaimana tingkat pengetahuan, sikap, dan aktivitas (perilaku) seks pranikah pada siswa SMA Negeri 1 Palu. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 Mei 2013 di SMA Negeri 1 Palu. Jenis Penelitian adalah bersifat deksriptif dengan menggunakan metode observasional. Sampel penelitian adalah siswa SMA Negeri 1 Palu yang duduk di kelas 1 dan 2 tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah responden sebanyak 119 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan analisis disajikan secara statistik deskriptif. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden berada dalam kategori baik dengan persentase 63%, sedangkan sikap berada dalam kategori baik dengan persentase sebesar 93% dan aktivitas seks pranikah berada dalam kategori resiko rendah dengan persentase 71,4 %. Perilaku seksual pranikah pada Siswa SMA Negeri 1 berada dalam kategori yang baik.
HUBUNGAN KADAR TROMBOSIT DAN HEMATOKRIT DENGAN DERAJAT KEPARAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA PASIEN DEWASA Towidjojo, Vera Diana; Tandungan, Nensy
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 1, No 2 (2014)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan satu dari beberapa penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara berkembang. Dengan mengandalkan kriteria laboratorium  WHO maka jumlah trombosit  yang rendah (trombositopenia) dan kebocoran plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi merupakan indikator keparahan penyakit DBD. Namun beberapa  kasus  tidak memenuhi kriteria klinis WHO,  gejalanya  tidak  khas  pada sebagian besar kasus, disamping hasilnya yang variatif terutama pada awal penyakit. Untuk  mengetahui  kemungkinan  perubahan  pola  manifestasi  laboratorium DBD tersebut  maka  penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan kadar  trombosit dan hematokrit terhadap derajat DBD.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode cross sectional  analisys. Jumlah sampel penelitian 94 orang yang diperoleh dari data rekam medis di RSU Anutapura Palu, menggunakan teknik randomisasi sederhana (simple randomized) sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.Hubungan  kadar trombosit dengan derajat DBD secara statistik bermakna (p<0,05). Derajat hubungan yang diuji dengan Spearman didapatkan  hubungan terbalik berderajat sedang (r = -0,529). Hubungan kadar hematokrit dengan  derajat DBD secara statistik bermakna (p<0,05). Derajat hubungan yang diuji dengan Spearman didapatkan  hubungan searah berderajat lemah (r =  0,345).Ada hubungan yang bermakna antara kadar trombosit dan hematokrit dengan derajat keparahan DBD walaupun kekuatan hubungan lemah-sedang.Kata kunci : Demam Berdarah Dengue, Trombosit, Hematokrit, Derajat DBD, Pasien Dewasa
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT MALARIA DI DESA BOBALO KECAMATAN PALASA KABUPATEN PARIGI MOUTONG 2013 Bangkele, Elly Yane; Krisna, Ari
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (Protozoa) dari Genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Di Indonesia saat ini, masih terdapat 80% Kabupaten/Kota masih termasuk kategori endemis malaria dan sekitar 45% penduduk bertempat tinggal di daerah yang beresiko tertular malaria. Di Provinsi Sulawesi Tengah jumlah kasus pada tahun 2011 sebanyak 84.653 kasus. Di kabupaten Parigi Moutong jumlah kasus pada tahun 2011 sebanyak 701 kasus. Untuk Desa Bobalo jumlah kasus pada tahun 2011 sebanyak 6 kasus meningkat menjadi 93 kasus pada tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Malaria di Desa Bobalo Kecamatan Palasa Kabupaten Parigi Moutong”. Jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel yang digunakan adalah 69 orang, dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan keluar rumah dengan kejadian penyakit malaria, yaitu ρ = 0,001 atau ρ ≤ 0,05. Terdapat hubungan antara keberadaan daerah rawa dengan kejadian penyakit malaria, yaitu ρ = 0,000 atau ρ ≤ 0,05. Terdapat hubungan antara penggunaan kelambu dengan kejadian penyakit malaria, yaitu ρ = 0,000 atau ρ ≤ 0,05. Terdapat hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian penyakit malaria, yaitu ρ = 0,036 atau ρ ≤ 0,05. Perlunya upaya promotif dan preventif untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar dapat menerapkan upaya-upaya pencegahan penyakit malaria.Kata Kunci :   Malaria, Desa Bobalo.

Page 1 of 13 | Total Record : 124