cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota palu,
Sulawesi tengah
INDONESIA
Medika Tadulako
Published by Universitas Tadulako
ISSN : 23551933     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmiah Kedokteran FKIK Universitas Tadulako.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 3 (2017)" : 6 Documents clear
EXCLUSIVE BREASTFEEDING BETWEEN WITH THE NUMBER OF ARI EXPERIENCING TO 7-59 MONTHS INFANTS IN THE WORK AREA COMMUNITY HEALTH CENTERS BULILI 2015 Kurnia, Suci Annisa; Sumarni, Sumarni; Rupawan, I Kadek
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background : Acute Respiratory Infections (ARI) is a respiratory disease upper or lower and cause a spectrum of illnesses. In Indonesia, ARI is one of the causes of patient visits to health facilities, such as the clinic and the hospital. One of the factor risk of the incidence of ARI is not getting exclusive breastfeeding.Method : Analytic observational research with cross sectional approach. With a population of children aged 7-59 months who come to the health center of Bulili during 2015. Number of samples is 96 infants, obtained by purposive sampling. Diagnosis is based on history and physical examination according to the guidelines of the clinic. Status of exclusive breastfeeding was obtained from Kartu Menuju Sehat (KMS). Analysis of data is using statistical test Chi Square.Result : The result showed that infants who are not getting exclusive breastfeeding have a  greater risk for causing ARI compared to infants who are given exclusive breastfeeding. This is supported by Chi-Square where the value of p = 0.000 meaning there is a significant relationship between exclusive breastfeeding with the incidence of ARI.Conclusion : There is a significant correlation between exclusive breastfeeding on the incidence of ARI in children aged 7-59 months in health center of bulili palu 2015.   Keyword :, Acute Respiratory Infections (ARI), Exclusive Breastfeeding Latar Belakang : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernapasan atas atau bawah dan menimbulkan berbagai spektrum penyakit. Di Indonesia ISPA merupakan salah satu penyebab kunjungan pasien ke sarana kesehatan, yaitu ke puskesmas dan ke RS. Salah satu faktor resiko kejadian ISPA adalah tidak mendapatkan ASI eksklusif.Metode : Penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Dengan populasi balita usia 7-59 bulan yang datang ke Puskesmas Bulili selama periode tahun 2015. Jumlah sampel 96 balita, diperoleh dengan cara  purposive sampling. Diagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai pedoman puskesmas. Status ASI eksklusif didapatkan dari Kartu Menuju Sehat (KMS). Analisis data menggunakan uji statistik Chi Square .Hasil : Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa balita yang tidak diberikan ASI eksklusif lebih beresiko mengalami ISPA dibandingkan dengan balita yang diberikan ASI eksklusif. Ini didukung dengan uji Chi-Square dimana nilai p= 0,000 yaitu terdapat hubungan yang  bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA.Simpulan : Ada hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada balita usia 7-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bulili Kota Palu Tahun 2015.  Kata Kunci : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), ASI Eksklusif
FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN TAIPA KOTA PALU Fauziah, Lilis; Rahman, Nurdin; Hermiyanti, Hermiyanti
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Underweight is the leading cause of death of 3.5 million children under five years old (toddlers) in the world. Village of Taipa is one of the villages in Palu who have cases with the highest underweight prevalence by 13.5%. The purpose of this study was to determine the risk factors of underweight among children aged 24-59 months in Taipa village of Palu. This research is a case-control study. The sample in this research that toddlers who were in the Taipa Village of Palu totaling 99 toddlers consisting of 33 cases and 66 controls. Data was collected through questionnaires and interviews using a semiquantitative FFQ and weight measurements. Data was analyzed by univariate and bivariate statistical tests. Results showed that energy consumption toddlers who have a high risk of 8.413 times the risk of suffering from underweight compared with toddlers whose energy consumption is low risk (CI: 3.036-23.014), toddlers who consume protein has a high risk of 6.091 times the risk of suffering from underweight compared with toddlers the consumption of protein have a low risk (CI: 2.306-16.094) and toddler parenting eating a high risk 3,200 times the risk of underweight compared with parenting a toddler eating a low risk (CI: 1.293-7.922), whereas toddlers ever an infection risk for underweight 2,250 times compared to toddlers who have never experienced an infectious disease and is not significantly significant (CI: 0.810-6.252). Parents should pay more attention to the food intake of infants and health so that nutrients can be met to support their daily activities so as to avoid underweight. Keyword : Underweight, Toddlers, Energy Intake, Protein Intake, Infection, Eat ParentingGizi kurang merupakan penyebab kematian 3,5 juta anak di bawah usia lima tahun (balita) di dunia. Kelurahan Taipa merupakan salah salah satu kelurahan di Kota Palu yang mempunyai kasus gizi kurang tertinggi dengan prevalensi sebanyak 13,5%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian gizi kurang pada balita usia 24-59 bulan di Kelurahan Taipa Kota Palu. Jenis penelitian ini adalah case-control study. Sampel dalam penelitian ini yaitu balita yang berada di Kelurahan Taipa Kota Palu yang berjumlah 99 balita yang terdiri dari 33 kasus dan 66 kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan FFQ semikuantitatif serta pengukuran berat badan. Analisa data dilakukan dengan uji statistik univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang konsumsi energinya memiliki risiko tinggi berisiko 8,413 kali menderita gizi kurang dibandingkan dengan balita yang konsumsi energinya memiliki risiko rendah (CI: 3,036-23,014), balita yang konsumsi proteinnya memiliki risiko tinggi berisiko 6,091 kali menderita gizi kurang dibandingkan dengan balita yang konsumsi proteinnya memiliki risiko rendah (CI: 2,306-16,094) dan balita dengan pola asuh makan yang memiliki risiko tinggi berisiko 3,200 kali menderita gizi kurang dibandingkan balita dengan pola asuh makan yang berisiko rendah (CI: 1,293-7,922), sedangkan balita yang pernah menderita penyakit infeksi berisiko 2,250 kali menderita gizi kurang dibandingkan balita yang tidak pernah mengalami penyakit infeksi dan tidak bermakna signifikan (CI: 0,810-6,252). Sebaiknya para orangtua lebih memperhatikan asupan makanan balita dan kesehatannya agar zat gizi dapat terpenuhi untuk menunjang aktivitas sehari-hari mereka sehingga dapat terhindar dari gizi kurang. Kata Kunci : Gizi Kurang, Balita, Konsumsi Energi, Konsumsi Protein, Penyakit Infeksi, Pola Asuh Makan
HUBUNGAN SKORMINI-MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DAN SKOR MONTREAL COGNITIVE ASSESSMENT-VERSI INDONESIA (MOCA-INA) TERHADAP USIA DAN LAMA PENDIDIKAN PENERIMA MANFAAT PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) GAU MABAJI GOWA, SULAWESI SELATAN TAHUN 2017 Maricar, Nadra; Akbar, Muhammad; Handayani, Fitriah
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Increasing human life expectancy worldwide increases the status of age-old cognitive impairment. Therefore, sensitive tests are required to overcome these cognitive disorders. This observational analytical study used the Mini-Mental State Examination (MMSE) and the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) to assess the cognitive impairment of the beneficiaries of the Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Gau Mabaji Gowa, South Sulawesi regarding age and duration of education. A total of 55 samples were determined successively, the researchers found a significant mean relationship between age with MMSE score (p = 0,001) vs MoCA-Ina score (p = 0,030) and between education to MMSE score (p = 0,00) vs MoCA-Ina (p = 0.00) Keyword : MMSE, MoCA-Ina, age, education Peningkatan angka harapan hidup manusia di seluruh dunia meningkatkan insiden gangguan kognitif usia tua. Oleh karena itu, diperlukan tes yang sensitif untuk mendeteksi gangguan kognitif tersebut. Penelitian analitik observasional ini menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE) dan Montreal Cognitive Assessment-versi Indonesia (MoCA-Ina) untuk menilai gangguan kognitif penerima manfaat  Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Gau Mabaji Gowa, Sulawesi Selatan terkait usia dan lama pendidikan. Total 55 sampel yang ditentukan secara consecutive sampling, peneliti menemukan hubungan yang secara signifikan bermakna antara usia dengan skor MMSE (p=0.001) vs MoCA-Ina (p=0.030)dan antara lama pendidikan terhadap skor MMSE (p=0.00) vs MoCA-Ina (p=0.00) Kata kunci : MMSE, MoCA-Ina, usia, pendidikan
PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN HALUS PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN (TODDLER) DI KELURAHAN MAMBORO BARAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAMBORO Jurana, Jurana
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT To anticipate the delay in motor development, there needs to be a comprehensive assessment or early detection to find the growth aberrations and to know and recognize risk factors for children under five year old, so that efforts to prevent, stimulate, heal and recovery can be given with  indication in the future. the critical period of the growth process. The purpose of this research is to know the development of gross motor and fine motor in children 1-3 years old (Toddler) in Mamboro Barat Village.The type of this research is quantitative with observational approach where the population is all children 1-3 years old (Toddler) located in Village West Mamboro which amounted to 98 children. Calculation of the number of samples based on Slovin formula obtained by 79 children by using purposive sampling method that is sampling based on criteria desired by the researcher.The results of the study were children who had normal gross motor development as much as 96, 2% while children with suspected (suspicious) as much as 3.8%. Children with fine motor development or normal as much as 92.4% while children with suspected development (suspicious) as much as 7.6%.Conclusion: Gross and fine motor development of children 1-3 years old (Toddler) in West Mamboro Subdistrict Mamboro health center work area is mostly good (normal), although there are still children whose motor development is rough and smooth is still suspicious. Suggestion for health center of mother and child (KIA) Puskesmas give socialization about motor development of children toddler 1-3 year to society in order to increase knowledge in giving stimulation of good growth in child and importance of putting child in conducive environment supporting optimal child development such as children cared for by parents and should be included in PAUD schools. Keywords: Children 1-3 years old (Toddler), Gross Motoric, Fine Motoric.Antisipasi adanya keterlambatan perkembangan motorik, perlu adanya penilaian atau deteksi dini yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa–masa kritis proses tumbuh kembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui  perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada anak Usia 1-3 tahun (Toddler) di Kelurahan Mamboro Barat.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan observasional dimana yang menjadi populasi adalah seluruh anak Usia 1-3 tahun (Toddler) yang berada di Kelurahan Mamboro Barat yang berjumlah 98 anak. Perhitungan jumlah sampel berdasarkan rumus Slovin diperoleh sebanyak 79 anak dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang diinginkan oleh peneliti.Hasil penelitian yaitu anak yang memiliki perkembangan motorik kasar yang normal sebanyak 96, 2 % sedangkan anak dengan suspected (mencurigakan) sebanyak 3,8%. Anak dengan perkembangan motorik halus yang baik atau normal sebanyak 92,4% sedangkan anak dengan perkembangan suspected (mencurigakan) sebanyak 7,6 %. Kesimpulan: Perkembangan motorik kasar dan halus anak Usia 1-3 tahun (Toddler) di Kelurahan Mamboro Barat wilayah kerja Puskesmas Mamboro sebagian besar adalah baik (normal), walaupun masih ada anak yang perkembangan motorik kasar dan halusnya masih mencurigakan. Saran bagi petugas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas memberikan sosialisasi tentang perkembangan motorik anak toddler 1-3 tahun pada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan dalam memberikan stimulasi tumbuh kembang yang baik pada anak serta pentingnya menempatkan anak dalam lingkungan yang kondusif yang mendukung perkembangan anak yang optimal misalnya anak dirawat oleh orang tua dan sebaiknya diikutkan dalam sekolah PAUD. Kata kunci       : Anak usia 1-3 tahun (Toddler), Motorik Kasar, Motorik Halus.
PENGELOLAAN PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL Amri, Imtihanah
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Increased intracranial pressure is a state of neurological emergency caused by various neurological injuries and is associated with poor outcomes, including brain ischemia and even death. Rapid diagnosis, careful analysis of the pathophysiology involved, and invasive monitoring and therapy are essential for the successful management of this potentially hazardous condition. Invasive methods for diagnosis and monitoring have their own risks. New techniques in non-invasive diagnoses and ICP elevated assessments can improve morbidity and mortality, but need to be tested in large-scale clinical trials before becoming standard therapy. Until now there have been few interventions showing the efficacy of ICP reduction but not all have been shown to improve outcomes. The risks and benefits of medical and surgical interventions should be carefully evaluated and the best therapeutic options should be directed to each patient.ICP monitoring is necessary to prevent the phase of compensation into the decompensation phase. ICP monitoring can be done with the help of monitors, imaging, non-invasive measurements (TCD), advanced monitoring with several modalities. With the monitoring of ICT, the management will become more optimal. Management of ICP upgrading includes general and specific management.There are two methods of ICP monitoring that are invasive (direct) and non invasive (indirect) methods. Non-invasive method (indirectly) performed monitoring of clinical status, neuroimaging and neurosonology (Trancranial Doppler Ultrasonography / TCD). While the invasive method (directly) can be done intraventrikular, intraparenkimal, subarakhnoid / subdural, and epidural. Commonly used method is intraventricular and intraparenkimal (microtransducer sensor) because it is more accurate but need attention to the risk of bleeding and infection due to its installation. With ICP monitoring also we can know the value of CPP, which is very important, which shows whether or not perfusion is achieved by brain brain oxygenation. Keywords: Increased intracranial pressure, neurological injuries Peningkatan tekanan intrakranial merupakan sebuah keadaan emergensi neurologis yang disebabkan oleh berbagai cedera neurologis dan berhubungan dengan outcome yang buruk, termasuk iskemia otak dan bahkan kematian. Diagnosis cepat, analisis cermat terhadap patofisiologi yang terlibat, dan pemantauan invasif serta terapi  sangat penting untuk keberhasilan penatalaksanaan kondisi yang berpotensi berbahaya ini. Metode-metode invasif untuk diagnosis dan pemantauan memiliki risiko tersendiri. Teknik terbaru dalam diagnosis non-invasif dan penilaian peningkatan TIK bisa memperbaiki angka morbiditas dan mortalitas, tetapi perlu diuji dalam trial-trial klinis skala besar sebelum menjadi standar terapi. Sampai sekarang ada sedikit intervensi yang menunjukkan efikasi pengurangan TIK tetapi tidak semua telah terbukti memperbaiki outcome. Risiko dan manfaat intervensi medis dan bedah harus dievaluasi secara cermat dan pilihan-pilihan terapi terbaik harus diarahkan untuk setiap pasien.Pemantauan TIK sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya fase kompensasi ke fase dekompensasi. Pemantauan TIK dapat dilakukan dengan bantuan alat monitor, pencitraan, pengukuran non invasif (TCD), monitoring lanjutan dengan beberapa modalitas. Dengan adanya pemantauan TIK maka penatalaksanaan akan menjadi lebih optimal. Penatalaksanaan peningkatan TIK meliputi tatalaksana umum dan khusus.Ada dua metode pemantauan TIK yaitu metode invasif (secara langsung) dan non invasive (tidak langsung). Metode non invasif (secara tidak langsung) dilakukan pemantauan status klinis, neuroimaging dan neurosonology (Trancranial Doppler Ultrasonography/TCD). Sedangkan metode invasif (secara langsung) dapat dilakukan secara intraventrikular, intraparenkimal, subarakhnoid/subdural, dan epidural. Metode yang umum dipakai yaitu intraventrikular dan intraparenkimal (microtransducer sensor) karena lebih akurat namun perlu perhatian terhadap adanya risiko perdarahan dan infeksi akibat pemasangannya. Dengan pemantauan TIK juga kita dapat mengetahui nilai CPP, yang sangat penting, dimana menunjukkan tercapai atau tidaknya perfusi otak begitu juga dengan oksigenasi otak. Kata Kunci: Peningkatan Tekanan Intrakranial,  cedera neurologis
GAMBARAN VARIASI GEN SEX HORMONE BINDING PROTEIN GLOBULIN (SHBG) MENGGUNAKAN PCR-RFLP Pakaya, David; Armadhari, Inna; Lestari, Ira Cinta
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Sex hormone binding globulin (SHBG) are glycoprotein plasma that binding human sex steroid hormone. SHBG coded by gene at short arm 12-13 chromosome 17. SHBG variety are the product of mutation at exons 8 causing a single base substitution on codon 327 that coding the amino acid conversion and the addition of N-glycosylation group. Objective: To know the SHBG gene variation at the DNA from peripheral blood sample, using PCR-RFLP with BbsI restricted enzyme. Methods: DNA extraction from 5 peripheral blood sample and doing an amplification SHBG gene with PCR. The product are we do RFLP using restricted enzyme BbsI that visualized by electrophoresis at 3% agarose gel with EtBr. Result: 1 sample sliced at 290 bp and 4 sliced at 290 bp, 223 bp and 67 bp. Conclusion: There are found the genotip variation, homozygotes AA genotype and hetezygotes GA and homozygote AA genotype not founded. Key Word: SHBG Gene, variation, PCR-RFLP  Latar belakang: Sex hormone binding globulin (SHBG) merupakan glikoprotein plasma yang mengikat hormon steroid seks manusia. SHBG dikode oleh gen pada lengan pendek 12-13 kromosom 17. Adanya varian SHBG disebabkan mutasi titik pada ekson 8, menyebabkan substitusi basa tunggal pada kodon 327 (GACàAAC) yang mengkode perubahan asam amino (Asp327Asn)  serta menyebabkan penambahan gugus N-glikosilasi. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran variasi gen SHBG pada DNA dari sampel darah tepi dengan menggunakan teknik PCR-RFLP menggunakan enzim BbsI. Metode: Dilakukan ekstraksi DNA dari 5 sampel darah tepi dan dilakukan amplifikasi gen SHBG dengan PCR, hasilnya dilakukan RFLP menggunakan enzim restriksi BbsI yang divisualisasikan dengan elektroforesis pada gel agarose 3% dengan EtBr.Hasil: Didapatkan 1 sampel terpotong pada 290 bp dan 4 sampel yang terpotong pada 290 bp, 223 bp dan 67 bp. Kesimpulan: Adanya variasi genotip homozigot AA dan heterozigot GA dan tidak ditemukan genotip homozigot GG. Kata Kunci: gen SHBG, variasi, PCR-RFLP

Page 1 of 1 | Total Record : 6