Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

KATARAK JUVENIL Mutiarasari, Diah; Handayani, Fitriah
INSPIRASI Vol 1, No 14 (2011)
Publisher : INSPIRASI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.621 KB)

Abstract

Katarak Juvenil merupakan katarak lembek yang terdapat pada orang muda dan mulai terbentuknya pada usia 3 bulan sampai 9 tahun. Katarak kongenital dan infantile secara umum terjadi dalam 1 dalam setiap 2000 kelahiran hidup, yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan normal lensa. Prevalensi pada negara berkembang sekitar 2-4 tiap 10.000 kelahiran hidup. Gejalanya berupa pandangan kabur, silau,  halo dan penurunan tajam, bayangan ganda dapat juga awal dari katarak. Selain itu kadang dapat ditemukan gejala awal seperti silau dan diplopia monokular yang tidak dapat dikoreksi. Pada penderita yang tidak dapat melihat baik dengan kacamata, dapat dilakukan operasi Intracapsular Cataract Extraction ( ICCE) atau Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) berupa Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan teknik terbaru Phacoemulsification.
ADJUNCTIVE PYRIDOXINE FOR SEVERE TETANUS : A CASE REPORT WITH LITERATURE REVIEW Handayani, Fitriah; Kaelan, Cahyono
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 2 (2016)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction : Tetanus is an acute, potentially fatal infectious disease that is characterized by seizure (general motor spasm), lockjaw, opisthotonus, defans muscular, rhisus sardonicus. A high mortality case remains tetanus need special attention. Pyridoxine 100mg orally introduced as adjunctive therapy for spasm, aimed to reduce mortality rate.Case report : A 38-years-old man with lockjaw (< 1cm) accompanied by severe seizures (general motor spasm) that arise many-times caused the patient body arched back (opisthotonus), rhisus sardonices and defans muscular categorized severe tetanus (5 points of Dakar score). Based neuroinfection study grup of Indonesian Neurologist, tetanus patient treated with Human Tetanus Immune Globulin (HTIG) to neutralized toxins, antibiotics penicillin and metronidazole to eradicated causative bacterial, and diazepam (benzodiazepine) to handle seizures (general motor spasm). Pyridoxine (vitamin B6) 100mg used as adjuntive therapy for treated seizure aimed to reduce mortality risk. Patient hospitalized for 18 days and discharged with good condition (free spasm).Conclusion : The role of pyridoxine in the management tetanus may sinergism with diazepam for reduced general motor spasm (seizures), but it should be re-examined in a blind randomised trial. Key word : tetanus, seizures (general motor spasm), lockjaw, pyridoxine, diazepam.
HUBUNGAN SKORMINI-MENTAL STATE EXAMINATION (MMSE) DAN SKOR MONTREAL COGNITIVE ASSESSMENT-VERSI INDONESIA (MOCA-INA) TERHADAP USIA DAN LAMA PENDIDIKAN PENERIMA MANFAAT PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) GAU MABAJI GOWA, SULAWESI SELATAN TAHUN 2017 Maricar, Nadra; Akbar, Muhammad; Handayani, Fitriah
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 4, No 3 (2017)
Publisher : Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Increasing human life expectancy worldwide increases the status of age-old cognitive impairment. Therefore, sensitive tests are required to overcome these cognitive disorders. This observational analytical study used the Mini-Mental State Examination (MMSE) and the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) to assess the cognitive impairment of the beneficiaries of the Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Gau Mabaji Gowa, South Sulawesi regarding age and duration of education. A total of 55 samples were determined successively, the researchers found a significant mean relationship between age with MMSE score (p = 0,001) vs MoCA-Ina score (p = 0,030) and between education to MMSE score (p = 0,00) vs MoCA-Ina (p = 0.00) Keyword : MMSE, MoCA-Ina, age, education Peningkatan angka harapan hidup manusia di seluruh dunia meningkatkan insiden gangguan kognitif usia tua. Oleh karena itu, diperlukan tes yang sensitif untuk mendeteksi gangguan kognitif tersebut. Penelitian analitik observasional ini menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE) dan Montreal Cognitive Assessment-versi Indonesia (MoCA-Ina) untuk menilai gangguan kognitif penerima manfaat  Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Gau Mabaji Gowa, Sulawesi Selatan terkait usia dan lama pendidikan. Total 55 sampel yang ditentukan secara consecutive sampling, peneliti menemukan hubungan yang secara signifikan bermakna antara usia dengan skor MMSE (p=0.001) vs MoCA-Ina (p=0.030)dan antara lama pendidikan terhadap skor MMSE (p=0.00) vs MoCA-Ina (p=0.00) Kata kunci : MMSE, MoCA-Ina, usia, pendidikan
KATARAK JUVENIL Mutiarasari, Diah; Handayani, Fitriah
INSPIRASI Vol 1, No 14 (2011)
Publisher : INSPIRASI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.621 KB)

Abstract

Katarak Juvenil merupakan katarak lembek yang terdapat pada orang muda dan mulai terbentuknya pada usia 3 bulan sampai 9 tahun. Katarak kongenital dan infantile secara umum terjadi dalam 1 dalam setiap 2000 kelahiran hidup, yang terjadi akibat gangguan pada perkembangan normal lensa. Prevalensi pada negara berkembang sekitar 2-4 tiap 10.000 kelahiran hidup. Gejalanya berupa pandangan kabur, silau,  halo dan penurunan tajam, bayangan ganda dapat juga awal dari katarak. Selain itu kadang dapat ditemukan gejala awal seperti silau dan diplopia monokular yang tidak dapat dikoreksi. Pada penderita yang tidak dapat melihat baik dengan kacamata, dapat dilakukan operasi Intracapsular Cataract Extraction ( ICCE) atau Extracapsular Cataract Extraction (ECCE) berupa Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan teknik terbaru Phacoemulsification.
GAMBARAN ELEKTROENSEFALOGRAM PASIEN KEJANG PASCA STROKE (POST STROKE SEIZURE) Handayani, Fitriah; Aulina, Susi
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol. 3 No. 2 (2017)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.655 KB) | DOI: 10.22487/htj.v3i2.45

Abstract

Stroke merupakan kondisi yang terjadi jika pasokan darah ke otak terputus akibat penyumbatan ataupecahnya pembuluh darah. Stroke terjadi 16,9 juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Kasus kejangterjadi pada lebih 1/3 dari kasus stroke. Kejadian stroke berasosiasi dengan peningkatan insidens sebesar23 – 35 kali lebih tinggi untuk terjadinya kejang. Post stroke seizure (PSS) merupakan episode konvulsiyang terjadi baik tunggal atau multiple setelah stroke yang diperkirakan karena kerusakan otak yangirreversible atau reversible. Sedangkan post stroke epilepsy adalah konvulsi setelah stroke yang terjadiminimal 2 bangkitan tanpa provokasi dengan jarak antar bangkitan lebih dari 24 jam. Klasifikasi PSSterbagi atas early post stroke seizure dimana kejang terjadi onset 2 minggu awal pasca stroke, dan late(delayed) post stroke seizure jika kejang terjadi onset setelah 2 minggu pasca stroke. Gelombangelekstroensefalografi (EEG) kejang pasca stroke yang paling sering ditemukan adalah generalized slowwave, focal slowing, focal sharp and slow waves, periodic lateralized epileptiform discharges (PLEDs),tetapi 5,1% pasien memiliki EEG normal. Pemberian anti konvulsan untuk mencegah kejang berulangdirekomendasikan oleh European Guideliness of The European Stroke Organization (Class I, Level A).sedangkan pemberian profilaksis tidak direkomendasikan (Class IV, GCP).
HUBUNGAN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN DISLIPIDEMIA DENGAN LUARAN KLINIS PASIEN ISKEMIK STROKE DENGAN HIPERSOMNIA Handayani, Fitriah; Kurnia Bintang, Andi; Kaelan, Cahyono
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol. 4 No. 1 (2018)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.335 KB) | DOI: 10.22487/htj.v4i1.56

Abstract

Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan hipertensi, dislipidemia, diabetes mellitus (faktor risiko stroke) dengan luaran klinis pasien stroke iskemik dengan hipersomnia berdasarkan perubahan skor The National Institutes Health StrokeScale (NIHSS). Desain penelitian ini adalah analitik observasional, 72 sampel pasien stroke iskemik yang dirawat di rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo sejak Januari sampai September 2017.Hasil penelitian menunjukkan luaran klinis pasien stroke iskemik dengan hipersomnia disertai hipertensi lebih buruk dibandingkan tanpa hipertensi (p=0.012; Mann Whitney Test), sama halnya jika disertai dislipidemia (p= 0.003; Mann Whitney Test). Berbeda dengan kondisi diabetes melltius (p=0.792; Mann Whitney Test) tidak berhubungan dengan luaran klinis pasien stroke iskemik dengan hipersomnia.
PERBANDINGAN KUALITAS TIDUR DAN MEMORI JANGKA PENDEK PADA MAHASISWA PEMINUM KOPI DAN BUKAN PEMINUM KOPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO Grietje Bloemen, Kadek; Handayani, Fitriah; Asmar Salikunna, Nur; Diana Towidjojo, Vera
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol. 6 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.722 KB) | DOI: 10.22487/htj.v6i1.100

Abstract

Kualitas tidur merupakan kemampuan untuk mendapatkan jumlah tidur REM dan NREM yang tepat. Memori jangka pendek adalah sistem penyimpanan informasi aktif bersifat sementara. Kualitas tidur yang buruk menyebabkan gangguan neurotransmitter dopamine yang berperan dalam memori. Kafein mempunyai efek pada memori melalui mekanisme penghambatan reseptor adenosin A1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara kualitas tidur dan memori jangka pendek pada mahasiswa peminum kopi dan bukan peminum kopi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako. Kualitas tidur dinilai menggunakan PSQI dan memori jangka pendek dinilai menggunakan Digit Span Test. Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan jumlah sampel 77 orang. Hasil penelitian pada mahasiswa yang tidak mengonsumsi kopi menunjukkan hubungan yang signifikan bermakna antara disfungsi aktivitas siang hari dengan memori jangka pendek (p = 0,010, r = 0,387) dengan menggunakan uji Spearman.
HUBUNGAN DURASI TIDUR DENGAN FUNGSI KOGNITIF GERIATRI Handayani, Fitriah
Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako) Vol. 5 No. 3 (2019)
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.155 KB) | DOI: 10.22487/htj.v5i3.133

Abstract

Penurunan fungsi kognitif berkaitan dengan usia tua merupakan fenomena yang tidak terhindarkan. Penurunan fungsi ini salah satunya disebabkan perubahan struktur otak yang mengalami atrofi. Pola tidur juga diketahui mengalami perubahan seiring dengan proses penuaan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan durasi tidur dengan fungsi kognitif geriatri berdasarkan skor Mini-Mental State Examination (MMSE) versi Indonesia dan The Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-Ina). durasi tidur dengan fungsi kognitif geriatri berdasarkan skor Mini-Mental State Examination (MMSE) versi Indonesia dan The Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-Ina). Durasi tidur diukur menggunakan instrumen Sleep Diary Test. Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan jumlah sampel 55 orang. Hasil penelitian meninjukkan hubungan yang secara signifikan bermakna antara durasi tidur dengan skor MMSE (p=0.003) vs skor MoCA-Ina (p=0.002) dengan menggunakan uji oneway ANOVA.
Studi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan RSUD Takalar Fitriah Handayani; Diah Mutiarasari
Biocelebes Vol. 4 No. 2 (2010)
Publisher : Biology Department, Mathematics and natural science, Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The study is devoted to investigating lodge patients satisfaction level of health service quality from tangible, reliability, responsiveness, emphaty, and assurance dimension. It is descriptive survey method wich used quisioner as instrument for data collecting. The number of sample was 51 respondens whoom nursing at Public Region Hospital Takalar, selected by purposive sampling. The research show patient satisfaction level from tangible is good (79,65%), reliability is good (77,13%), responsivenees is good (77,01%), emphaty is good (74,37%), assurance is good (70,92%). The conclusion lodge patients satisfaction level of healthy service quality is ”good” (75,82%). Key words: Satisfaction level, health service quality, lodge patients.
COUNSELING ON DEMENTIA, STRESS, AND STRESS REGULATION AMONG MALE PRISON INMATES IN PALU’S CITY Fitriah Handayani; Jane Mariem Monepa; Muh Nur Ikhsan Liwang; Meillisa Silvana Petodo
E-Amal: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 No 1: Januari 2022
Publisher : LP2M STP Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Detention has become increasingly isolated since the Corona Virus Diseases 2019 (COVID-19) pandemic, as policies to prevent COVID-19 transmission have emerged. This may cause increased stress among inmates. Some research evidence links stress to poor health, memory loss, Alzheimer's, and dementia in general. Intrinsic and extrinsic stress factors are likely to persist as long as inmates are incarcerated (prison). Thus, stress, dementia, and stress regulation counseling and training are required.We educate inmates at the Palu male prison about dementia recognition, prevention, stress, and stress regulation.