cover
Contact Name
Kadek Karang Agustina
Contact Email
k.agustina@unud.ac.id
Phone
+6281353306020
Journal Mail Official
bulvet@unud.ac.id
Editorial Address
Faculty of Veterinary Medicine Udayana University. PB Sudirman St campus, Denpasar, Bali Indonesia
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Buletin Veteriner Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : 20852495     EISSN : 24772712     DOI : https://doi.org/10.24843/bulvet.
The Buletin Veteriner is focused on Veterinary Medicine and Animal Sciences study with its various developments
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol. 5 No.1 Pebruari 2013" : 9 Documents clear
Konsentrasi Spermatozoa Dan Motilitas Spermatozoa Ayam Hutan Hijau (Gallus varius) Wayan Bebas; Desak Nyoman Dewi Indira Laksmi
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No.1 Pebruari 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.008 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Frekuensi Ejakulasi Terhadap Volume Semen, Konsentrasi Spermatozoa, dan Motilitas Spermatozoa Ayam Hutan Hijau (Gallus varius).Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kelompok perlakuan. Perlakuan I (T1) :   Frekuensi ejakulasi setiap hari atau semen ditampung setiap hari. Perlakuan II (T2) :           Frekuensi ejakulasi setiap 2 hari. Perlakuan III (T3) :            Frekuensi ejakulasi setiap 3 hari. Masing-masing perlakuan menggunakan 3 ekor ayam hutan dan setiap ekor ayam hutan dilakukan 5 kali ejakulasi. Pengamatan dilakukan tehadap volume semen (ml), konsentrasi spermatozoa  (107/ml)  dan motilitas spermatozoa (%). Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam dan apabila berbeda nyata (P<0,05) dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil.Hasil penelitian menunjukkan bahwa  volume semen pada perlakuan T1, T2, dan T3 masing masing : 0,029 + 0,010 ml; 0,049 + 0,010 ml, dan 0,069 + 0,015 ml, konsentrasi spermatozoa masing masing : 61,93 + 4,13 x 107 sel/ml; 84.33 + 3,85 x 107 sel/ml dan 89,80 + 4,24 x 107 sel/ml, dan  motilitas spermatozoa masing masing : 77,13 + 2,82; 87+ 2,82% %, dan 97,07 + 1,94%. Secara statistik frekuensi ejakulasi berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap  volume  semen, konsentrasi spermatozoa dan motilitas spermatozoa  ayam hutan hijau.
Gambaran Total Eritrosit, Hemoglobin, dan Packed Cell Volume Tikus Putih Jantan Selama Pemberian Ekstrak Pegagan Vivi Indrawati; I Nyoman Suartha; Anak Agung Sagung Kendran; I Gusti Ngurah Sudisma
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No.1 Pebruari 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.657 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap total eritrosit, kadar hemoglobin, dan packed cell volume pada tikus putih jantan. Penelitian ini menggunakan 15 ekor tikus putih jantan dengan berat badan ± 300 gram dan umur 12 minggu. Tikus ini kemudian dibagi dalam 5 perlakuan yaitu kelompok OA, OB, OC, OD, dan KT.  Masing-masing kelompok terdiri dari 3 ekor tikus. Kelompok  OA: 100 mg/ekor (0,2 ml); OB: 200 mg/ekor (0,4 ml); OC: 300mg/ekor (0,6 ml); OD: 400mg/ekor (0,8 ml) dan KT sebagai kontrol diberikan aquades 0,2 ml. Pemberian ekstrak pegagan diberikan secara oral setiap hari selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak pegagan dari dosis 100 mg/ekor, 200 mg/ekor, 300 mg/ekor, dan 400 mg/ekor berpengaruh secara nyata terhadap gambaran peningkatan total eritrosit, PCV, tetapi tidak mempengaruhi kadar hemoglobin jika dibandingkan dengan control yaitu masih dalam batas normal.
Histopatologi Ginjal Tikus Putih Akibat Pemberian Ekstrak Pegagan (Centella asiatica) Peroral Luh Putu Ratna Suhita; I Wayan Sudira; Ida Bagus Oka Winaya
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No.1 Pebruari 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.135 KB)

Abstract

Pegagan merupakan tanaman herbal  yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat alternatif untuk mengobati berbagai macam penyakit. Penelitian tentang toksisitas (studi histopatologi) tanaman pegagan pada ginjal belum pernah dilakukan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perubahan histopaotogi pada ginjal tikus putih setelah pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica) peroral. Tikus putih (Rattus norvegicus) dibagi secara acak menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 6 ekor. Kelompok A sebagai control (placebo) yang diberi aquades peroral; kelompok B yang diberikan ekstrak pegagan 100 mg/kg bb (0,2 ml/ekor); kelompok C yang diberikan ekstrak pegagan dosis 200 mg/kg bb (0,4 ml/ekor); kelompok D yang diberikan 300 mg/kg bb (0,6 ml/ekor); dan kelompok E yang diberikan ekstrak pegagan dosis 400 mg/kg bb (0,8 ml/ekor). Nekropsi untuk pengambilan organ ginjal dilakukan pada hari ke-9. Jaringan ginjal selanjutnya diproses untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Hemaktosilin Eosin (HE). Hasil pemeriksaan histopatologi pada ginjal tikus putih yang diberikan ekstrak pegagan, tidak ditemukan adanya degenerasi melemak, degenerasi hidrofik, dan nekrosis baik pada control (placebo) maupun pemberian dosis 0,2  ml; 0,4 ml; 0,6 ml; 0,8 ml. Hasil ini menunjukkan pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica) dengan rentang dosis 100 mg/kg bb sampai dengan dosis 400 mg/kg bb selama 9 hari, tidak menyebabkan gangguan histopatologi pada organ ginjal tikus putih (Rattus novegicus).
Identifikasi Golongan Senyawa Kimia Dan Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Naga Daging Putih (Hylocereus undatus) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Serta Bobot Badan Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Yang Diinduksi Aloksan Anak Agung Gde Oka Dharmayudha; Made Suma Anthara
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No.1 Pebruari 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.55 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa kimia ekstrak etanol buah naga daging putih (H. undatus) serta pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah dan rata-rata berat badan tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan. Sampel darah diambil dari 25 ekor tikus putih jantan (R. norvegicus) berumur 3 bulan dengan rata-rata berat badan 150-300 gram. Rancangan yang digunakan adalah berupa Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan yaitu tikus yang tidak diberi perlakuan (kontrol negatif), tikus yang diberi perlakuan aloksan (kontrol positif), tikus yang diberi perlakuan aloksan + ekstrak etanol buah naga daging putih (H. undatus) 2 % dosis I (50 mg/kg bb), tikus yang diberi perlakuan aloksan + ekstrak etanol buah naga daging putih (H. undatus) 2 % dosis II (100 mg/kg bb), tikus yang diberi perlakuan aloksan + glibenklamid 0,02% (dosis 1 ml/ kg bb). Setiap perlakuan diperiksa kadar glukosa darah serta rata-rata berat badan tikus pada hari ke-0, 3, 7, 14, dan 21. Sebelum diberi perlakuan tikus diadaptasi 2 minggu dan dipuasakan selama 16-18 jam. Masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ulangan. Variabel yang diamati adalah kadar glukosa darah serta rata-rata berat badan pada masing-masing perlakuan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan jika terdapat perbedaan diantara perlakuan maka pengujian di lanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukan pemberian ekstrak etanol buah naga daging putih (H. undatus) 2% dosis  (50 mg/ kg bb) , dosis  (100 mg/kg bb) dan glibenklamid 0,02% 1 ml/kg bb secara signifikan dapat menurunkan kadar glukosa darah (P<0,05) hari-7 sampai hari ke-21, serta meningkatkan berat badan (P<0,05) pada tikus putih yang diinduksi aloksan. Hal ini menunjukan ekstrak etanol buah naga daging putih (H.undatus) dapat digunakan sebagai penurun kadar glukosa darah serta peningkatan berat badan.
Prevalensi Toxocara vitulorum Pada Induk Dan Anak Sapi Bali Di Wilayah Bali Timur Kadek Karang Agustina; Anak Agung Gde Oka Dharmayudha; I Wayan Wirata
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No.1 Pebruari 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.768 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing Toxocara vitulorum pada induk dan anak sapi bali di wilayah Bali Timur. Sebanyak 720 sampel feses sapi bali yang terdiri dari 360 sampel feses induk sapi bali dan 360 sampel feses anakan (pedet) sapi bali telah diperiksa menggunakan metode pengapungan. Hasil pemeriksaan secara keseluruhan menunjukkan prevalensi T. vitulorum pada sapi bali di wilayah Bali timur sebesar 39,4 %. Dari 360 induk sapi bali terdapat 153 (42,5%) sampel yang positif terinfeksi T. vitulorum. Sedangkan dari pemeriksaan 360 sampel feses pedet sapi bali, terdeteksi sebanyak 131 (36,4%) sampel pedet yang terinfeksi T.vitulorum.
Pengaruh Pemberian Pegagan (Centella asiatica) Terhadap Gambaran Mikroskopis Ginjal Mencit yang Diinfeksi Salmonella typhi Komang Ariya Hendrayana; Ni Ketut Suwiti; I Made Kardena; I Nengah Kerta Besung
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No.1 Pebruari 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.207 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian pegagan (Centella asiatica) terhadap gambaran mikroskopis ginjal mencit yang telah diinfeksi  Salmonella typhi. Penelitian menggunakan 24 ekor  mencit jantan berumur 8 – 12 minggu, dengan berat badan 20 – 35 gram, dibagi menjadi empat perlakuan dengan enam kali ulangan, yaitu kelompok P0 dengan pemberian aquades steril, kelompok P1 dengan pemberian pegagan 125 mg/kg bb, kelompok P2 dengan pemberian pegagan 250 mg/kg bb, dan kelompok P3 dengan pemberian 500 mg/kg bb. Setelah 14 hari seluruh mencit diinfeksi dengan S. typhi. Pada hari ke 15 dilakukan nekropsi untuk pengambilan sampel berupa ginjal dan dibuat preparat histologi. Selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap gambaran mikroskopis yang meliputi perubahan : infiltrasi sel radang, perdarahan, degenerasi vakuola dan nekrosis. Metode pewarnaan menggunakan Haematoxylin dan Eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan P0 berbeda nyata dengan P1, P2, dan P3. Demikian juga dengan derajat kerusakan ginjal tersebut. Semakin tinggi dosis pegagan yang diberikan semakin berpengaruh terhadap perbaikan struktur mikroskopis ginjal.
Seroprevalensi Infeksi Toxoplasma gondii Pada Kambing yang Dipotong Di Kampung Jawa, Denpasar Putu Suma Githa Sanjaya; I Made Damriyasa; I Made Dwinata
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No.1 Pebruari 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.511 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi T. gondii secara serologis pada kambing yang dipotong di Kampung Jawa, Denpasar. Sebanyak 300 sampel serum kambing dilakukan uji serologis dengan Indirect Haemoglutination Assay Test (IHA) untuk menentukan seroprevalensi toksoplasmosis. Titer serum positif terinfeksi T. gondii diukur untuk mengetahui tingkat infeksi yang terjadi. Hasil penelitian diperoleh jumlah sampel serum positif mengandung antibodi T. gondii adalah sebanyak 45, jadi seroprevalensi infeksi T. gondii adalah sebesar 15% dengan titer 1:32 sampai 1:4096.
Kajian Ekstrak Daun Kedondong (Spondias dulcis G.Forst.) Diberikan Secara Oral Pada Tikus Putih Ditinjau Dari Histopatologi Ginjal I Putu Suparman; I Wayan Sudira; I Ketut Berata
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No.1 Pebruari 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.068 KB)

Abstract

Tanaman kedondong sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat alternatif  untuk mengobati berbagai macam penyakit. Sedangkan penelitian tentang toksisitas daun kedondong pada ginjal belum pernah dilakukan. Dalam penelitian ini tikus putih (Rattus norvegicus) dibagi secara acak menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 5 tikus putih. Kelompok A sebagai kontrol (placebo) yang diberi aquades peroral; kelompok B diberikan ekstrak daun kedondong 100 mg/kg bb (0,2 ml/ekor); kelompok C diberikan ekstrak daun kedondong 200 mg/kg bb (0,4 ml/ekor); kelompok D diberikan ekstrak daun kedondong 300 mg/kg bb (0,6 ml/ekor); kelompok E diberikan ekstrak daun kedondong 400 mg/kg bb (0,8 ml/ekor). Pemberian ekstrak daun kedondong dilakukan secara oral menggunakan sonde khusus yang dimasukkan langsung ke lambung dan dilakukan selama 14 hari. Nekropsi untuk pengambilan organ ginjal dilakukan pada hari ke 15. Jaringan ginjal selanjutnya diproses untuk pembuatan preparat histopatologi dengan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Pemeriksaan histopatologi pada ginjal tikus putih yang diberikan ekstrak daun kedondong tidak ditemukan adanya peradangan, degenerasi melemak dan nekrosis pada kontrol (placebo). Sedangkan ditemukan adanya nekrosis pada pemberian dengan dosis 100 mg/kg bb (0,2 ml), 200 mg/kg bb (0,4 ml), 300 mg/kg bb (0,6 ml), 400 mg/kg bb (0,8 ml). Pada pemeriksaan yang didasarkan adanya infiltrasi sel-sel radang ditemukan adanya peradangan pada dosis 400 mg/kg bb (0,8 ml). Hasil ini menunjukkan pemberian ekstrak daun kedondong (Spondias dulcis G.Forst) dengan rentang dosis 100 mg/kg bb sampai dengan dosis 400 mg/kg bb selama 14 hari, menyebabkan gangguan histopatologi pada organ ginjal tikus putih (Rattus novegicus).
Pengaruh Pemberian Pegagan (Centella asiatica) terhadap Gambaran Mikroskopis Limpa Mencit yang Diinfeksi Salmonella typhi I Gede Oka Budiawan; Ni Ketut Suwiti; I Putu Suastika; I Nengah Kerta Besung
Buletin Veteriner Udayana Vol. 5 No.1 Pebruari 2013
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.695 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak pegagan terhadap gambaran histologis limpa mencit yang diinfeksi Salmonella typhi. Mencit sebanyak 24 ekor dibagi empat kelompok, yakni kelompok I (P0) sebagai kontrol diberikan aquades steril, kelompok II (P1) diberikan pegagan dengan dosis 125 mg/kg bb, kelompok III (P2) diberikan pegagan 250 mg/kg bb, dan kelompok IV (P3) diberikan pegagan 500 mg/kg bb. Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Pegagan di berikan setiap hari selama 14 hari. Setelah 14 hari seluruh mencit diinfeksi S.typhi. Pada hari ke-15 dilakukan nekropsi untuk pengambilan sampel berupa limpa dan dibuat preparat histologi. Pengamatan preparat dilakukan di Laboratorium Histologi, meliputi persentase nekrosis. Metote pewarnaan menggunakan Haematoxylin Eosin (HE). Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji Kruskal-Wallis. Hasil analisis menunjukan gambaran  mikroskopis limpa mencit yang diberikan pegagan dosis 500 mg/kg bb berbeda nyata (P<0,05) dengan limpa mencit yang diberikan pegagan dosis 125 mg/kg bb, 250 mg/kg bb dan mencit yang tidak diberikan pegagan.  

Page 1 of 1 | Total Record : 9