Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Studi Kasus: Operasi Penanganan Hernia Umbilikalis pada Anjing Ras Campuran Pomeranian Antari, Gusti Ayu Made Sri; Wirata, I Wayan; Wardhita, Anak Agung Gde Jaya
Indonesia Medicus Veterinus Vol 7 (6) 2018
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.492 KB)

Abstract

Hernia merupakan suatu kejadian organ visceral abdominal keluar melalui suatu lubang (gerbang) dan masuk ke dalam suatu kantong yang terdiri dari peritoneum, tunica flava dan kulit. Ada berbagai jenis hernia, salah satunya yang sering dijumpai yaitu hernia umbilicalis. Hernia umbilicalis adalah cacat anatomis karena otot–otot di sekitar umbilicus tidak menyatu dan tetap terpisah sehingga bagian dari usus menonjol dari rongga perut. Adapun tujuan penulisan studi kasus ini adalah untuk mengetahui cara mendiagnosis penanganan dan pengobatan kasus hernia umbilikalis pada anjing. Seekor anjing ras campuran Pomeranian bernama Comel yang berumur empat4 tahun, dengan bobot 6,7 kg berjenis kelamin jantan, didiagnosis menderita hernia umbilikalis dengan prognosis fausta. Sebelum dilakukan tindakan, anjing kasus diberikan premedikasi menggunakan preparat atropine sulfat (1ml) dan sebagai anestesi digunakan ketamine (0,6ml) yang dikombinasikan dengan Xylazin (1ml). Anjing ditangani dengan pembedahan, Insisi dilakukan pada kulit dan subkutan tepat di atas dari cincin hernia hingga terlihat isi hernia. Selanjutnya dilakukan reposisi dengan cara memasukkan isi hernia ke dalam rongga abdomen. kemudian dilakukan penjahitan pada peritoneum, sub cutan dan kulit dengan benang polyglycolic acid 3.0. Pasca operasi diberikan antibiotik injeksi sebanyak 0,5ml (Betamox) yang dilanjutkan dengan pemberian obat jalan dengan antibiotik sirup 15ml/hari (Yusimox syr), pemberian asam mefenamat 2x¼ tab, dan vitamin B complex 1x1tab (livron B plex). Satu minggu pasca operasi anjing dinyatakan sembuh dengan luka operasi yang sudah kering dan menyatu.
Laporan Kasus: Pyometra Pada Anjing Golden Retriever Adigunawan, I Wayan Widya; Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra; Wirata, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (1) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.982 KB) | DOI: 10.19087/imv.2019.8.1.45

Abstract

Pyometra adalah akumulasi nanah dalam lumen uterus anjing betina yang umumnya menyerang anjing betina dewasa. Seekor anjing Golden Retriever berjenis kelamin betina bernama Elis, umur 8 tahun dengan bobot badan 35,4 kg, beralamat di Jalan Ahmad Yani Gang Bina Marga 90Y, Denpasar dengan keluhan mengeluarkan leleran kental berwarna kemerahan dari alat kelamin selama seminggu. Pemilik melaporkan anjing sudah pernah dikawinkan dua bulan yang lalu namun tidak terjadi kebuntingan. Secara fisik anjing terlihat lesu dengan napsu makan menurun dan minum masih baik, urinasi normal. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan darah lengkap yang dilakukan di Rumah Sakit Hewan Universitas Udayana, anjing didiagnosa menderita pyometra. Anjing ditangani dengan melakukan pembedahan untuk mengangkat ovarium dan uterus (ovaryohysterectomy) dan dilanjutkan pemberian antibiotika dan analgesik. Pada hari ke-14 pasca operasi luka bekas insisi sudah mengering, kulit menyatu dengan baik, dan sudah tidak lagi mengeluarkan leleran dari alat kelamin.
Laporan Kasus: Hernia Abdominalis pada Anjing Ras Mix Pug Andini, Ni Made Ria; Wandia, I Nengah; Wirata, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (3) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.815 KB)

Abstract

Hernia abdominalis adalah suatu kondisi keluarnya organ viscera dari ruang abdomen melalui celah atau cincin pada dinding abdomen, sehingga terlihat adanya penonjolan. Hernia abdominalis dapat dibedakan berdasarkan lokasi, diantaranya adalah subcostal, prepubis (ligamen cranial pubis), dan paracostal. Seekor anjing mix pug berumur 3 tahun, berat 4,1 kg dan berjenis kelamin betina diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana dengan keluhan adanya penonjolan pada abdomen atau lebih tepatnya pada cranial pubis. Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa penonjolan tersebut berbentuk kantong dan ada isinya. Hasil pemeriksaan USG menunjukkan isi dari kantong tersebut adalah usus. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut anjing didiagnosa mengalami hernia abdominalis dengan prognosa fausta. Anjing ditangani dengan melakukan pembedahan (insisi) pada kantong hernia untuk mengeksplorasi cincin hernia dan mereposisi usus yang keluar. Pascaoperasi anjing diberikan antibiotik cefotaxime, hari pertama sampai hari kelima diberikan antibiotik ciprofloxacin dengan analgesik asam mefenamat. Pengobatan yang dilakukan mendapatkan hasil yang baik dan anjing dapat sembuh.
Studi Kasus: Hernia Abdominalis pada Kucing Domestik Sasmita, Debbie Aprillia Yona; Sudisma, I Gusti Ngurah; Wirata, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (5) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (615.918 KB)

Abstract

Hernia abdominalis adalah penonjolan isi abdomen melewati suatu cincin atau lubang yang abnormal pada rongga abdomen tubuh. Seekor kucing betina ras lokal, berumur 6 tahun, bobot badan 2,7 kg, dengan keluhan adanya adanya benjolan pada area abdomen disertai cincin dengan massa yang dapat didorong ke dalam. Bedasarkan anamnesa penonjolan tersebut mulai terlihat sejak tiga bulan yang lalu dan diduga disebabkan oleh trauma. Hasil pemeriksaan darah lengkap menunjukkan eritrosit menurun sedangkan hemoglobin berada pada rentang normal. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan klinis, kucing didiagnosa mengalami hernia abdominalis dengan prognosa fausta. Penanganan kasus dilakukan dengan reposisi usus ke dalam rongga abdomen dengan pembedahan (insisi). Pascaoperasi diberikan antibiotik cefotaxime injeksi kemudian dilanjutkan dengan amoxicilline (20 mg/kg BB; q 12h; selama 5 hari) dan antiradang nonsteroid meloxicam (0,1 mg/kg BB; q 24h; selama 5 hari). Hasil operasi menunjukkan kesembuhan luka pada hari ke-7 pascaoperasi luka sudah mengering dan menyatu
Studi Kasus: Fraktur Diafisis Tulang Femur Kanan pada Kucing Persia Rohmandhani, Roby; Wirata, I Wayan; Dada, I Ketut Anom; Sudimartini, Luh Made
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (1) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.427 KB) | DOI: 10.19087/imv.2019.8.1.62

Abstract

Fraktur femur merupakan rusak atau hilangnya kontinunitas jaringan tulang femur. Fraktur femur bisa terjadi pada kepala, leher femur, trochanter, subtrochanter, diafisis, suprachondillus, condilus, dan bagian distal. Seekor kucing ras persia berumur 3 bulan, bobot badan 2,1 kg dan berjenis kelamin jantan diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedeokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan mengalami bengkak, pincang, dan tidak bisa menumpu saat berdiri pada kaki belakang kanan. Secara fisik dan klinis kucing sehat dengan napsu makan dan minum baik, namun kesulitan untuk defekasi dan urinasi. Hasil pemeriksaan radiografi, kucing mengalami fraktur diafisis pada femur kanan dengan bentuk garis patahan transversal dengan prognosis fausta. Kucing ditangani dengan fiksasi internal menggunakan pin intrameduller ukuran 2,0 mm dan pemberian antibiotik amoxicillin, analgesik ibuprofen dan terapi supportif kalsium laktat. Dua minggu pascaoperasi sudah terbentuk kalus pada bagian diaphysis femur yang patah dan kucing sudah bisa berjalan normal.
Studi Kasus: Cystolithiasis Akibat Infeksi pada Anjing Purbantoro, Steven Dwi; Warditha, Anak Agung Gde Jaya; Wirata, I Wayan; Gunawan, I Wayan Nico Fajar
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (2) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.684 KB)

Abstract

Cystolithiasis adalah kondisi adanya urolith pada vesica urinaria yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri. Adanya kasus seperti tersebut, maka diperlukan penanganan yang tepat. Seekor anjing jantan campuran berumur 8 bulan dengan bobot 5,8 kg diperiksa dengan keluhan hematuria. Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan adanya urolith yang terlihat sand-like dengan penebalan dinding pada vesica urinaria. Selain itu, sedimen menunjukkan adanya jamur, kristal urat, struvit, dan bilirubin. Hasil kultur bakteri urin didapatkan bakteri E. coli. Hewan didiagnosa cystolithiasis akibat infeksi bakteri. Hewan kemudian ditangani dengan cara cystotomy. Penanganan pascaoperasi, hewan kasus diberikan antibiotik Ciprofloxacin dan analgesik Meloxicam. Hari ke-7 pascaoperasi, luka dan urinasi mengalami kesembuhan secara fisik.
Histopatologi Kulit pada Kesembuhan Luka Insisi Tikus Putih Pasca Pemberian Extracellular Matrix (ECM) yang Berasal dari Vesica Urinaria Babi Gunawan, Stefanus Andre; Berata, I Ketut; Wirata, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (3) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1704.758 KB)

Abstract

Luka merupakan kasus yang sering ditemui di tempat praktek atau klinik dokter hewan. Luka menjadi penting karena dapat menjadi pintu masuk mikroorganisme yang merugikan ke dalam tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan inovasi baru dalam mempercepat kesembuhan luka pada kulit dengan menggunakan extracellular matrix (ECM) yang berasal dari vesica urinaria babi, sehingga dapat mencegah masuknya mikroorganisme merugikan kedalam tubuh. Penelitian ini menggunakan 32 ekor tikus putih jantan yang diinsisi di bagian punggungnya. Sampel terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol (tanpa perlakuan), dan kelompok perlakuan dengan pemberian extracellular matrix (ECM) pada luka insisi. Proses kesembuhan luka dari hewan coba diteliti secara histopatologi pada hari ke-1, ke-5, ke-10, dan ke-15 setelah insisi. Hasilnya adalah pemberian bahan ECM terbukti mempercepat proses kesembuhan luka insisi pada kulit tikus putih (Rattus novergicus) dilihat dengan membandingkan infiltrasi seluler, produksi kolagen, ketebalan epitel, dan angiogenesis antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Extracellular Matrix dari Vesica Urinaria Babi Mempercepat Kesembuhan Luka Sayat Tanpa Menimbulkan Anemia dan Leukositosis pada Tikus Putih Surbakti, Yeyen Fami Gressia Br; Dharmawan, Nyoman Sadra; Wirata, I Wayan
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (1) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.322 KB) | DOI: 10.19087/imv.2020.9.1.1

Abstract

Luka terbuka memerlukan biomaterial untuk mempercepat proses kesembuhan. extracellular matrix (ECM) dari vesica urinaria babi merupakan salah satu biomaterial yang sering digunakan sebagai perancah sehingga pada resipien proses kesembuhan luka menjadi lebih cepat. Keamanan penggunaan extracellular matrix dapat dianalisa melalui gambaran darah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui biokompatibilitas bahan ECM yang berasal dari vesica urinaria babi dievaluasi dari hasil pemeriksaan darah khususnya total eritrosit, kadar hemoglobin, dan total leukosit. Penelitian ini menggunakan 32 ekor tikus putih jantan yang telah dianestesi kemudian diberikan luka insisi pada punggung sepanjang 2 cm dengan kedalaman 0,2 mm dan dibagi kedalam dua kelompok. KI sebagai kontrol, tidak diberi bahan ECM dan KII sebagai perlakuan, diberi bahan ECM. Extracellular matrix dari vesica urinaria babi dibuat menggunakan metode Freytes yang sedikit dimodifikasi. Extracellular matrix berbentuk serat halus diaplikasikan sampai menutupi daerah luka sayat kemudian dioleskan vaselin sebagai perekat ECM pada luka. Pengambilan sampel darah dilakukan empat kali yaitu pada hari ke-1, hari ke-5, hari ke-10, hari ke-15 pasca pembedahan, sampel darah diambil dari vena lateralis sebanyak 0,5 ml dan kemudian diperiksa menggunakan mesin Animal Blood Counter iCell-800Vet. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan analisis ragam. Hasil penelitian menunjukkan pemberian ECM dari vesica urinaria babi dapat mempercepat kesembuhan luka tanpa menimbulkan perubahan nilai total eritrosit, kadar hemoglobin, dan total leukosit dari nilai rujukan normal, sehingga dapat disimpulkan ECM dari vesica urinaria babi tidak memiliki efek negatif terhadap profil hematologi tikus putih jantan.
Laporan Kasus: Ovariohisterektomi untuk Penanganan Endometritis pada Anjing Ras Persilangan Dewi, Kadek Evi Dian Puspita; Wirata, I Wayan; Pemayun, I Gusti Agung Gde Putra
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (6) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.087 KB)

Abstract

Endometritis merupakan peradangan pada lapisan endometrium yang disebabkan adanya infeksi. Bakteri yang biasanya menyebabkan infeksi tersebut ialah Eschericia coli (E. coli), Streptococcus, Staphylococcus, dan Proteus spp. Seekor anjing ras persilangan jenis kelamin betina berumur 1,5 tahun, berat badan 8,57 kg, diperiksa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana dengan keluhan mengeluarkan eksudat dari alat kelamin sejak satu bulan yang lalu. Eksudasi berupa nanah yang bercampur dengan darah berwarna kemerahan dengan konsistensi cair, dan frekuensi sering. Pemilik melaporkan anjing pernah melahirkan sebanyak satu kali sebelumnya kurang lebih tiga bulan sebelum menunjukkan tanda klinis. Secara fisik dan klinis anjing nampak sehat dengan nafsu makan menurun dan minum masih baik, urinasi normal, anjing tampak gelisah dan selalu menjilati bagian vulva. Hasil pemeriksaan darah rutin menunjukkan peningkatan jumlah total leukosit (33,1 x 103/µL). Anjing ditangani dengan ovariohisterektomi yaitu pengangkatan ovarium dan uterus. Perawatan pascaoperasi dilakukan dengan memberikan antibiotik (Vetrimoxin® L.A. 15g/100ml) sebanyak 1 ml, amoxicillin tab 500 mg 1/2 tab 3 kali sehari selama 9 hari. Sedangkan analgesik meloxicam 7,5 mg diberikan dengan dosis 1/2 tab 1 kali sehari. Pada hari ke-10 pascaoperasi luka bekas insisi sudah mengering, kulit menyatu dengan baik dan sudah tidak lagi mengeluarkan eksudasi dari kelamin dan anjing dinyatakan sembuh.
Laporan Kasus: Pengangkatan Tumor Adenoma Kelenjar Ambing (Simple Mastectomy) pada Kucing Wulandari, Wulandari; Wirata, I Wayan; Wandia, I Nengah
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (2) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1536.193 KB) | DOI: 10.19087/imv.2020.9.2.281

Abstract

Tumor mamae merupakan salah satu tumor pada kucing dengan persentase kejadian yaitu 17% dari tumor yang terjadi pada kucing betina. Kucing kasus adalah kucing lokal betina berwarna oranye, 5 tahun, berat badan 2,45 kg. Kucing memiliki benjolan besar pada mamae pertama sebelah kanan dengan luka berlubang dan nanah yang terus keluar. Hasil pemeriksaan fisik dan hematologi menunjukkan perlunya dilakukan treatment sebelum operasi untuk mestabilkan kondisi tubuh. Histopatologi dari biopsi jaringan adalah mammary gland adenoma. Prosedur pembedahan yang dilakukan yaitu mastektomi simpel. Pascaoperasi kucing diberikan antibiotik golongan sefalosporin, meloxicam, terapi cairan ringer laktat, serta terapi suportif untuk mendukung kesembuhan. Pascaoperasi luka jahitan menjadi terbuka. Pengobatan dilanjutkan dengan pengobatan luka terbuka tanpa penjahitan. Pengobatan pascaoperasi dilakukan hingga hari ke-50 dengan hasil luka hampir menutup. Namun, pengobatan tidak dapat dilanjutkan karena hilangnya kucing kasus.
Co-Authors Abd. Rasyid Syamsuri Adigunawan, I Wayan Widya Agatha Serena Lumban Tobing Amelia Avianti Saritjang Anak Agung Gde Jaya Wardhita, Anak Agung Gde Jaya Anak Agung Gde Oka Darmayudha Anak Agung Gde Oka Dharmayudha Anak Agung Jaya Wardhita Anastasia Bhala Andini, Ni Made Ria Antari, Gusti Ayu Made Sri Ayu Ratnasari Deo Lauda Putra Dewi, Kadek Evi Dian Puspita Gunawan, I Wayan Nico Fajar Gunawan, Stefanus Andre I Gusti Agung Gede Putra Pemayun I GUSTI NGURAH DIBYA PRASETYA I Gusti Ngurah Kade Mahardika I Gusti Ngurah Mahardika I Gusti Ngurah Narendra I Gusti Ngurah Narendra Putra I Gusti Ngurah Narendra Putra1, I Gusti Ngurah Sudisma I KADEK SAKA WIRYANA I Ketut Anom Dada I Ketut Berata I Ketut Eli Supartika I Made Kardena I Made Merdana I Made Sukada I MADE SUMA ANTARA I Made Suma Anthara i Nengah Wandia I Nyoman Suartha I Wayan Gorda I Wayan Juli Sumadi I wayan Teguh Wibawan Ida Ayu Sri Chandra Dewi Ida Bagus Kade Suardana Ida Bagus Oka Winaya Iwan Harjono Utama Kadek Karang Agustina Komang Darma Yudha Putra Luh Gde Sri Surya Heryani Luh Made Sudimantini Luh Made Sudimantini Luh Made Sudimartini Made Suma Anthara Maria Clafita Witoko Mildawati Mildawati Ni Kadek Eka Widiadnyani Ni Luh Eka Setiasih Ni Made Rita Krisna Dewi Ni Made Ritha Krisna Dewi Ni Putu Trisna Asih Purbantoro, Steven Dwi Putra, Komang Darma Yudha Putu Henrywaesa Sudipa Rohmandhani, Roby Sasmita, Debbie Aprillia Yona Steven Dwi Purbantoro Steven Dwi Purbantoro Surbakti, Yeyen Fami Gressia Br Tahalli, Tahalli Tessa Saputri Marmanto TRI KOMALA SARI Warditha, Anak Agung Gde Jaya Wayan Herry Gumawan Wulandari Wulandari