cover
Contact Name
Akuatika Indonesia
Contact Email
akuatika.indonesia@unpad.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
akuatika.indonesia@unpad.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuatika Indonesia
ISSN : 2528052X     EISSN : 26217252     DOI : -
Jurnal Akuatika Indonesia berisi tulisan ilmiah untuk bidang ilmu hewan dan zoologi yang mencakup aspek budidaya perikanan, bioteknologi perikanan, pengelolaan sumberdaya perikanan, sosial ekonomi perikanan, teknologi hasil perikanan, perikanan tangkap dan oseanografi. Akhir kata semoga kehadiran Jurnal Akuatika Indonesia dapat mengkomunikasikan dengan baik berbagai aspek tentang Perikanan dan Kelautan.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)" : 7 Documents clear
Analisis Pola Sebaran Alat Tangkap Bubu (Portable traps) di Perairan Pulau Pura Kabupaten Alor Provinsi Nusa Tenggara Timur Efrin Antonia Dollu; Jahved F. Maro
Akuatika Indonesia Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v4i2.23579

Abstract

Pulau Pura memiliki karakteriskti perairan yang sangat unik, dimana arus lautnya cenderung berubah secara musiman mengikuti sistem angin muson, selain itu  kondisi terumbu karang yang masih sangat bagus yang menjadikan Pulau Pura memiliki potensi sumber daya ikan Demersal yang tinggi. sebagian masyarakat di Pulau Pura bermata pencaharian sebagai nelayan. Alat tangkap yang digunakan tergolong masih sangat sederhana, diantaranya menggunakan Bubu (Portable traps), dimana terbuat dari bahan – bahan alam yang mudah untuk didapat, proses pembuatannya sangat sederhana dan proses pengoperasiannya sangat mudah. Perairan Pulau Pura yang merupakan perairan terbuka (open access), dimana dalam pemanfaatan dan pengoperasiaan alat tangkap bubu  kurang memperhatikan kaidah-kaidah pengelolaan perikanan yang lestari, maka keberadaan Bubu (Portable traps) perlu dikaji lebih jauh.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pola sebaran Bubu (Portable traps) Stasiun penelitian di Pulau Pura dengan sampel penelitian pada beberapa Desa yaitu Desa Pura Utara, Desa Pura Timur dan Kelurahan Pulau Pura. Analisis data yang digunakan yaitu melihat kepadatan Bubu (Portable traps) dimana banyaknya Bubu yang terdapat dalam satuan grid dengan luas 200 x 200 m dan untuk mengetahui pola sebaran alat tangkap Bubu digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan peta dan diperkuat dengan analisis tetangga terdekat dengan menggunakan rumus. Hasil perhitungan pola persebaran Bubu (Portable traps) pada Desa Pura Utara (0,00598), Kelurahan Pulau Pura (0,00378) dan Desa Pura Timur (0,00608),  hal ini menunjukkan bahwa pola sebaran alat tangkap untuk ke 3 lokasi adalah pola penyebaran yang mengelompok (T = 0).
Analisis Keuntungan Usaha Pengolahan Tepung Ikan Toman (Channa micropeltes) di Kota Samarinda Nurul Ovia Oktawati; Arba Susanty; Hermanto Hermanto
Akuatika Indonesia Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v4i2.23589

Abstract

Ikan Toman (Channa micropeltes) merupakan salah satu potensi sumberdaya perikanan di Kota Samarinda yang dapat diolah menjadi tepung ikan, mengingat potensinya yang cukup tinggi. Namun, suplai tepung ikan di Kota Samarinda masih bergantung dari luar daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja ekonomi dari usaha pengolahan tepung ikan meliputi biaya, produksi, penerimaan dan keuntungan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode Survei. Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya operasional yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 4.227.083 per bulan dengan kapasitas produksi dengan bahan baku sebesar 10 kg ikan Toman. Sementara nilai penerimaan hasil produksi adalah sebesar Rp. 4.787.400 per bulan, dengan asumsi harga pokok produksi hanya didasarkan pada biaya produksi. Hasil analisis juga diketahui nilai Revenue Cost Ratio (RCR) adalah sebesar 1,13 yang berarti usaha ini layak untuk dijalankan.
Bioakumulasi Ion Tembaga Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.) di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), Bantul Dian Yuni Pratiwi; Andhika Puspito Nugroho; Ayi Yustiati
Akuatika Indonesia Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v4i2.25260

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan ion tembaga (Cu) pada kolam fakultatif dan kolam pematangan di IPAL, Sewon, Bantul serta mempelajari kemampuan bioakumulasi ion tembaga (Cu) pada tubuh ikan Nila (Oreochromis niloticus L.). Penelitian ini dilaksanakan di IPAL, Sewon, Bantul dan di Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi UGM. Ikan Nila sebagai hewan uji diletakkan di kolam pematangan dan kolam fakultatif IPAL, Sewon, Bantul selama dua minggu. Ikan Nila tersebut kemudian diambil setiap minggu. Sampel berupa otot, hati, dan insang dari ikan nila didestruksi dengan metode digesti basah. Kandungan ion tembaga pada kolam dan ikan nila ditentukan dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Hasil menunjukkan bahwa kandungan ion tembaga (Cu) di kolam fakultatif dari minggu ke 0 sampai 2 berkisar 0,076-0,088 mg/l, sedangkan di kolam pematangan berkisar 0,024-0,030 mg/l. Nilai ini masih di bawah ambang standar baku mutu. Ion tembaga dapat terkumulasi pada hati dan insang ikan Nila. Ion tembaga lebih banyak terakumulasi di hati dibandingkan insang, dan tidak dapat terakumulasi pada otot ikan nila.
Maskulinisasi Ikan Pelangi Iriatherina werneri Meinken, 1974 Menggunakan Hormon 17α-Metiltestosteron Melalui Perendaman Embrio Muh. Herjayanto; Odang Carman; Dinar Tri Soelistyowati
Akuatika Indonesia Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v%vi%i.21516

Abstract

Individu jantan ikan pelangi Iriatherina werneri lebih digemari sebagai ikan hias dibandingkan individu betina. Ikan jantan memiliki bentuk sirip punggung kedua dan sirip anal yang panjang seperti filament dan warna tubuh yang indah. Namun permasalahannya adalah secara alami populasi ikan jantan yang dihasilkan rendah. Oleh karena itu, maskulinisasi diperlukan untuk meningkatkan jumlah populasi ikan jantan. Teknik maskulinisasi menggunakan perendaman embrio fase bintik mata di dalam larutan hormon 17α-metiltestosteron (MT). Tujuan penelitian yaitu mengkaji persentase ikan jantan, tingkat penetasan telur, sintasan, abnormalitas dan pertumbuhan panjang total ikan pelangi melalui perendaman embrio pada dosis MT dan lama perendaman berbeda. Embrio yang digunakan pada fase organogenesis berumur 64 jam 40 menit setelah pembuahan. Perlakuan yang digunakan yaitu dosis MT 15, 30 dan 45 mg L-1, serta lama perendaman selama 6, 12 dan 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan kombinasi perlakuan MT dosis 30 mg L-1 dan lama perendaman 6 jam merupakan kombinasi perlakuan terbaik yaitu menghasilkan ikan jantan 56,67%. Kombinasi perlakuan tersebut juga menghasilkan tingkat penetasan telur, abnormalitas dan pertumbuhan panjang total ikan pelangi pada kisaran normal. Pemberian MT dosis tinggi dan pemaparannya yang lama pada embrio dapat menurunkan performa penetasan telur dan kualitas larva ikan pelangi. Bentuk abnormal terlihat pada tulang belakang bengkok dan bentuk mulut yang tidak sempurna. Kajian maskulinisasi pada ikan pelangi masih perlu dilakukan untuk memperoleh sintasan yang lebih baik.
Penilaian Postur Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders pada Aktivitas Penangkapan Glass Eel Sunedi Sunedi; Mohammad Imron; Fis Purwangka
Akuatika Indonesia Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v4i2.24131

Abstract

Alat tangkap yang digunakan nelayan glass eel di Muara Sungai Cimandiri adalah seser. Kegiatan penangkapan menggunakan seser masih tergolong tradisional dan sederhana. Penangkapan glass eel menggunakan seser membuat nelayan melakukan aktivitas membungkuk yang cukup lama. Hal tersebut dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi postur kerja nelayan glass eel yang dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders dan mengetahui bagian anggota tubuh nelayan glass eel yang mengalami keluhan musculoskeletal disorders. Metode dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara kepada nelayan glass eel mengenai aktivitas penangkapan glass eel. Analisis yang digunakan berupa analisis deskriptif Nordic Body Map dan analisis Rapid Upper Limb Assessment (RULA) karena kecenderungan penangkapan glass eel terkonsentrasi pada tubuh bagian atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa postur kerja nelayan glass eel saat melakukan penangkapan adalah postur berdiri dan membungkuk. Kategori action level pada aktivitas penangkapan glass eel terendah pada kategori 2 dan tertinggi pada kategori 3. Aktivitas yang memiliki kategori action level 3 pada kedua bagian badan adalah postur menghadang arus dengan seser dan mengambil hasil tangkapan. Keluhan terkait musculoskeletal disorders tertinggi pada kategori sakit pada bagian atas, dirasakan oleh nelayan pada bagian lengan atas kiri dan pada badan bagian bawah dirasakan pada punggung dan pinggang.
Struktur Komunitas Foraminifera Bentik Pada Sedimen Perairan Pantai Pangandaran, Jawa Barat Isni Nurruhwati; Lintang Permatasari Yuliadi; Herman Hamdani; Yohanes Roy Satria Silalahi
Akuatika Indonesia Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v4i2.23571

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur komunitas foraminifera bentik pada sedimen di Perairan Pantai Pangandaran, Jawa Barat. Metode yang digunakan  adalah metode Survey, dengan enam stasiun penelitian dua,  stasiun di Pantai Barat, dua stasiun di Pantai Timur dan dua stasiun di Cagar Alam. Enam  sampel sedimen dari enam stasiun digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis struktur komunitas foraminifera bentik dalam kaitannya dengan kondisi lingkungan. Hasil analisis terdapat 3 sub ordo foraminifera bentik ditemukan pada penelitian ini, yaitu Rotaliina, Textulariina, dan Miliolina. Kelimpahan foraminifera bentik yaitu 1633 ind/gr yang terdiri atas 1246 ind/gr Rotaliina, 194 ind/gr Textulariina, dan 193 ind/gr Miliolina. Kelompok penciri di lokasi penelitian adalah sub ordo Rotaliina dengan genus penciri yaitu Calcarina dan Streblus yang mengindikasikan bahwa Pantai Pangandaran merupakan perairan dengan suhu normal dan memiliki kandungan nutrien yang tinggi. Pantai Barat dan Timur Pangandaran merupakan lokasi dengan kelimpahan genus yang sama, yaitu Streblus berkisar 101 dan 192 ind/gr, sedangkan Cagar Alam merupakan lokasi dengan kelimpahan genus Calcarina dan Pararotalia berkisar 293 dan 136 ind/gr.
Perbandingan Kualitas Daging Rajungan Hasil Tangkapan Kejer dan Bubu Lipat di Gebang Mekar, Kabupaten Cirebon Dedi Supriadi; Dayanti Rizka Utami; Sudarto Sudarto
Akuatika Indonesia Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jaki.v4i2.25282

Abstract

Rajungan termasuk salah satu hasil perikanan yang umumnya bersifat perishable food (mudah rusak/busuk), maka dalam penanganan daging rajungan rebus dilakukan cold chain system(sistem pengupasan kulit rajungan dengan menjaga suhu produk di bawah suhu ruangan) dengan cepat dan cermat untuk menghindari pembusukan (kenaikan suhu) pada daging rajungan.Rajungan (Portunus pelagicus) dalam penelitian  ini adalah hasil tangkapan dari alat tangkap jaring kejer dan bubu lipat di Gebang Mekar Kabupaten Cirebon yang sudah diolah menjadi daging rajungan rebus.Perbedaan pada penanganan hasil tangkapan dan pengolahan rajungan dari alat tangkap jaring kejer dan bubu lipat meliputi kehati-hatian dalam penanganan rajungan saat hauling, lamanya waktu melaut yang mempengaruhi waktu penyimpanan, perbedaan pengoperasian alat tangkap bubu lipat dengan menggunakan umpan, sedangkan jaring kejer tidak, dan penanganan daging rajungan hasil tangkapan bubu lipat yang melalui proses perebusan di laut dan hasil tangkapan jaring kejer langsung diolah atau direbus di miniplant.Hasil analisis daging rajungan rebus pada hasil tangkapan jaring kejer dengan nilai rata-rata uji skor organoleptik yaitu 7,6, hasil uji mikrobiologi Angka Lempeng Total (ALT) 1,1 x 104 koloni/g dan uji Escherichia coli bernilai negatif (< 3). Daging rajungan hasil tangkapan bubu lipat nilai rata-rata uji skor organoleptiknya 6,6, uji mikrobiologi ALT 2,0 x 104 koloni/g, dan uji Escherichia coli bernilai sama dengan jaring kejer negatif (< 3), maka kualitas daging rajungan rebus hasil tangkapan jaring kejer bernilai lebih baik dibandingkan hasil tangkapan bubu lipat.

Page 1 of 1 | Total Record : 7