cover
Contact Name
Markus T. Lasut
Contact Email
lasut.markus@unsrat.ac.id
Phone
+6285298070889
Journal Mail Official
jurnal.asm@unsrat.ac.id
Editorial Address
Jurnal Aquatic Science & Management, Gedung A Lantai 1, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Jln. Kampus UNSRAT Bahu, Manado 95115, INDONESIA
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT
ISSN : 23374403     EISSN : 23375000     DOI : https://doi.org/10.35800/jasm.v10i1.37485
Journal of AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT publishes scientific articles of original research based on in-depth scientific study in the field of aquatic science and management, covering aspects of limnology, oceanography, aquatic ecotoxicology, geomorphology, fisheries, and coastal management, as well as interactions among them.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2019): APRIL" : 5 Documents clear
Benthic faunal assemblages in seagrass meadows in Albany, Western Australia Rifai, Husen
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 7, No 1 (2019): APRIL
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.7.1.2019.24996

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Kumpulan fauna bentik di hamparan lamun di Albany, Australia Barat In order to compare benthic fauna assemblages in four locations of seagrass beds in Albany (Princess Royal Harbour, Oyster Harbour, Two People Bay and Frenchman Bay), a research had beenconducted between 18 and 21 April 2017. There were two aims of this study. First, to investigate six sites within four locations with various degree of anthropogenic impact in order to understand the faunal richness and abundance in those locations. Second, to measure and record the environmental factors which are assumed to be important regulators of the observed patterns between the sites. The result showed that the highest faunal abundance (227 Faunal) was found at Frenchman Bay, a less anthropogenically impacted area, while the lowest abundance (26 Faunal) was at Oyster Harbour-Emu Point which was an anthropogenically affected site. However, in terms of faunal diversity, there was no significant difference among all sites. The environmental factor which had significant relationship with the difference in benthic faunal assemblages at each site was found to be coarse sand.Satu kegiatan penelitian pada tanggal 18 hingga 21 April 2017 telah dilakukan untuk membandingkan kumpulan fauna bentik di empat lokasi padang lamun di Albany (Pelabuhan Princess Royal, Pelabuhan Oyster, Teluk Two People, dan Teluk Frenchman). Penelitian inimempunyai dua tujuan, yaitu: 1) menyelidiki enam titik penelitian yang beradadalam empat lokasi dengan berbagai tingkat dampak antropogenik untuk memahami kekayaan dan kelimpahan fauna di lokasi tersebut; dan 2) mengukur dan mencatat faktor-faktor lingkungan yang dianggap berperan sebagai pengaturdari pola yang diamati pada semua lokasi. Hasil penelitian menunjukkan,bahwa kelimpahan fauna tertinggi (227 fauna) ditemukan di Teluk Frenchmanyang merupakandaerah yang kurang terdampak gangguan antropogenik;sedangkan kelimpahan terendah (26 individu) ditemukandi Oyster Harbour-Emu Point yang merupakan lokasi yang terpengaruh secaraantropogenik. Namun, dalam hal keanekaragaman fauna, tidak ada perbedaan yang signifikan di antarasemua lokasi. Faktor lingkungan yang memiliki hubungan signifikan dengan perbedaan kumpulan fauna bentik di masing-masing lokasi ialah pasir kasar.
The size variation of rotifer Brachionus rotundiformis cultivated with different feed at 40 ppt salinity Rimper, Joice R.T.S.L; Harikedua, Silvana D; Warouw, Veibe
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 7, No 1 (2019): APRIL
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.7.1.2019.25043

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Variasi ukuran rotifer Brachionus rotundiformisyang diberi pakan berbeda pada salinitas 40 ppt RotiferBrachionus rotundiformisis a group of zooplankton which is used by fish larvae for feeding to initiate their growth. This zooplankton is widely favored by marine fauna larvae because of its small size can fits well with various larval mouth; thus, it is easily preyed by larvae. This study aimed to determine the variation of rotifer B. rotundiformismorphometry if cultured with different feed at 40 ppt. The use of 40 ppt salinity is expected to provide a variable morphometric size because B. rotundiformishas a polymorphism property. Microalgae used as feed for rotifer B. rotundiformiswere Prochloronsp. and Nanochloropsis oculata. Microalgae were cultured with Hirata medium. In the early stages, B. rotundiformiswas cultured at optimum temperature (28 ºC) and salinity 20 ppt, then it was cultured at salinity 40 ppt. Salinity adaptation was done by raising the salinity of the medium by 2 ppt every two days in a 10 ml reaction tube containing 10 individuals. After adaptation, B. rotundiformiswas transferred in a 1000 ml container with a density of 50 individuals. For the morphometric aspect, the total length, the length of the lorica, the width of the lorica and the anterior width were measured. The result showed the morphometric of rotiferB. rotundiformisfed with microalgae Prochloronsp. at 40 ppt salinity was smaller than that of the rotifer fed with N. oculata. Based on that finding it can be concluded that B. rotundiformis fed with Prochloronsp. at a salinity of 40 ppt has the potential to be developed as feed for fish larvae. Further investigations on how to accelerate the cultivation of microalgae Prochloronsp. as feeding for B. rotundiformisare needed.RotiferBrachionus rotundiformismerupakan golongan zooplankton yang digunakan sebagai makanan bagi larva ikan. Zooplankton ini banyak disukai oleh larva fauna laut, karena ukurannya kecil yang cocok dengan berbagai bukaan mulut larva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi morfometri rotifer B. rotundiformis, jika dikultur pada salinitas yang tinggi (40 ppt) dengan pemberian pakan berbeda. Penggunaan salinitas 40 ppt diharapkan bisa memberikan ukuran morfometrik yang bervariasi, karena rotifer jenis ini memiliki sifat polimorfisme. Alga mikro yang digunakan sebagai pakan adalah Prochloronsp. Dan Nanochloropsis oculata.Alga mikro tersebut dikultur dalam media Hirata. Pada tahap awal, B. rotundiformisdikultur pada suhu optimum (28 ºC) dengan salinitas 20 ppt; kemudian, dikultur pada salinitas 40 ppt. Adaptasi salinitas dilakukan dengan menaikkan salinitas medium sebanyak 2 ppt setiap dua hari dalam tabung reaksi berukuran 10 ml, yang berisi 10 individu. Setelah diadaptasikan, rotifer dipindahkan ke wadah berukuran 1000 ml dengan kepadatan sebanyak 50 individu dan dikultur pada salinitas 40 ppt. Aspek morfometri berupa panjang total, panjang lorica, lebar lorica, dan lebar anterior diukur. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa panjang total rotifer B. rotundiformis, yang diberi pakan Prochloronsp. berukuran lebih kecil dibandingkan dengan rotifer yang diberi pakan N. oculata. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa B. rotundiformisyang diberi pakan Prochloronsp. pada salinitas 40 ppt memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan pakan bagi larva ikan. Penelitian lebih lanjut tentang cara mempercepat budidaya microalgae Prochloronsp. sebagai makan untuk B. rotundiformis diperlukan.
Mercury (Hg) contamination in Manado Bay, North Sulawesi, Indonesia Ronoko, Stephen R; Karwur, Denny B.A; Lasut, Markus T
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 7, No 1 (2019): APRIL
Publisher : AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.7.1.2019.24993

Abstract

Title (Bahasa Indonesia):Kontaminasi merkuri (Hg) di Teluk Manado, Sulawesi Utara, IndonesiaArtisanal gold minings, which are situated in the highlands of the northern part of Sulawesi Island,use mercury (Hg) to extract gold and dischargetheirs tailings into rivers; one of the rivers(Bailang River) is connected to Manado Bay. This could cause Hg contamination into the bay. This study aimed to assess the contamination of Hg in the aquatic ecosystem of the bay. For the assessment, the bay was divided into 2 parts, namely the North and the South, and the contamination was assessed by measuring the total Hg concentration in sediments and fishes. Determination of Hg concentration refers to the Indonesian National Standard (SNI) 01-2896-1992 and Guidance of Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado. The results showed that the range of Hg concentrations in fish varied by species; in the northern part of the bay: Holocentridae (0.1144-0.1151 ppm), Siganidae (0.0020-0.0034 ppm), Apogonidae (0.0461-0.050 ppm), and Nemipterus (0.0142-0.0144 ppm ). While in the southern part of the bay: Holocentridae (0.1090-0.1104 ppm), Siganidae (0.160-0.164 ppm), Apogonidae (0.1280-0.1291 ppm), Nemipterus (0.0522-0.0530 ppm) , and Priacanthus sp. (0.0194-0.0210 ppm). The average concentration of Hg in sediments of the bay around river mouths varied based on location, i.e. Bailang River was 0.0502 ppm, Sario River was 0.0270 ppm, Bahu River was 0.0615 ppm, and Malalayang River was 0.0143 ppm.Pertambangan emas rakyat menggunakan merkuri (Hg), yang berada di daerah dataran tinggi bagian Utara Pulau Sulawesi, membuang limbah tailing ke sungai menuju ke laut; satu dari sungai tersebut (Sungai Bailang) bermuara ke Teluk Manado. Hal ini dapat menyebabkan kontaminasi Hg ke lingkungan perairan teluk. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kontaminasi Hg di ekosistem perairan teluk tersebut. Untuk penilaian, perairan teluk dibagi 2 bagian, yaitu bagian Utara dan Selatan, dan kontaminasi dinilai dengan cara mengukur konsentrasi Hg total pada sedimen dan ikan. Penentuan konsentrasi Hg mengacu Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2896-1992 dan Panduan Balai Riset dan Standarisasi Industri Manado. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kisaran konsentrasi Hg dalam ikan bervariasi berdasarkan jenis; dibagian Utara teluk: Holocentridae(0,1144-0,1151 ppm), Siganidae (0,0020-0,0034 ppm), Apogonidae (0,0461-0,050 ppm), dan Nemipterus (0,0142-0,0144 ppm).Sedangkandi perairan bagian Selatan teluk: Holocentridae (0,1090-0,1104 ppm), Siganidae (0,160-0,164 ppm), Apogonidae (0,1280-0,1291 ppm), Nemipterus (0,0522-0,0530 ppm),dan Priacanthus sp.(0,0194-0,0210 ppm). Konsentrasi rata-rata Hg di sedimen perairan teluk sekitar muara Sungai Bailang sebesar 0,0502 ppm, muara Sungai Sario sebesar 0,0270 ppm, muara Sungai Bahu sebesar 0,0615 ppm, dan muara Sungai Malalayang sebesar 0,0143 ppm.
Analysis of production factors that affect the productivity of tuna handliners based in Bitung Oceanic Fishing Port Pontoh, Peggy; Luasunaung, Alfred; Reppie, Emil
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 7, No 1 (2019): APRIL
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.7.1.2019.24994

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Analisis faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas kapal tunahand lineyang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera BitungTuna hand lines have been used widely by fishermen in the waters of Sulawesi Sea and Moluccas Sea, to catch big pelagic species with small fishing boats (2-10 GT). Although the gear’s design has evolved over centuries, there is still potential for improving its catching efficiency and selectivity. However, theproduction factors that affect the productivityare still not known. Theresearch aimed to study several production factors that affectthe productivity of tuna hand liner based in Bitung Oceanic Fisheries Port; andto determine the most influential production factors on productivity of tuna hand liner. This research was conducted from June to November 2017 in Bitung Oceanic Fishing Portthrough applyinga descriptive method based on case study; and the data were analyzed by using multiple linear regression production function. It was found that production factors that may affect the productivity of the tuna hand liner consist of boat size (GT), engine power (PK), amount of fuel (l), number of crew (person) and number of trips (days). The result of partial analysis shows that the most influential production factor to tuna hand liner productivity is the amount of fuel usage.Pancing ulur tuna telah digunakan secara luas oleh nelayan di perairan Laut Sulawesi dan laut Maluku, untuk menangkap ikan pelagis besar dengan kapal-kapal ukuran kecil (2 – 10 GT. Walaupun konstruksinya telah berkembang sejak lama, tetapi masih memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi penangkapan dan selektivitasnya. Namun belum diketahui factor-faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produktivitasnya. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk mempelajari beberapa factor produksi yang mempengaruhi produktivitas kapal-kapal tuna hand line (THL) yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung; dan menentukan factor produksi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kapal THL.Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai November 2017 di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung; dikerjakan dengan metode deskriptif yang didasarkan pada study kasus; dan data dianalisis dengan menggunakan fungsi produksi regresi linier berganda.Faktor-faktor produksi yang dapat mempengaruhi produktivitas kapal THL terdiri dari ukuran kapal (GT), kekuatan mesin (PK), jumlah bahan bakar (l), jumlah anak buah kapal (orang) dan jumlah trip (hari). Hasil analisis parsial menunjukan bahwa faktor produksi yang paling berpengaruh terhadap produktivitas kapal THL adalah jumlah penggunaan bahan bakar minyak.
Effectiveness of vessel sinking legal action in eradicating illegal fishing in the area of marine and fisheries resources monitoring base of Bitung, North Sulawesi Suawa, Youdy R; Luasunaung, Alfret; Lasut, Markus T; Karwur, Denny B.A; Darwisito, Suria
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 7, No 1 (2019): APRIL
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.7.1.2019.24997

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Efektivitas tindakan hukum penenggelaman kapal dalam pemberantasan illegal fishingdi wilayah Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Bitung, Sulawesi Utara This study aimed to assess the effectiveness of vessel sinking legal action to eradicate illegal fishing practices by the Ministry of Marine and Fisheries Affairs of Indonesia (MMFAI) in the area of Marine and Fisheries Resources MonitoringBase of Bitung (MFRMBB), North Sulawesi. The assessment was carried out by analysing five aspects, 1) regulations; 2) institutional functions, duties, and authority; 3) institutional programs and planning; 4) ideal conditions; and 5) stakeholder perceptions. The research used a method of ‘content analysis’ and questionnaire survey. The result showed that the implementation to sink foreign and ex-foreign vessels by MMFAI is a legal certainty according to fisheries regulations in Indonesia; it was conducted according to functions, duties, and authorities of the implemented institutions; was conducted well; and has achieved an ideal condition which was indicated by diminishing of illegal fishing practices; it was done according to fisheries regulations and stakeholder perceptions. Finally, it can be concluded that the legal action of vessel-sinking in MFRMBB was effective in eradicating illegal fishing practices.Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektifitas tindakan penenggelaman kapal untuk memberantas illegal fishingoleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI di Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Bitung, Sulawesi Utara. Penilaian dilakukan dengan cara menganalisis 5 aspek, yaitu: 1) peraturan dan ketentuan; 2) fungsi, tugas, dan wewenang lembaga pelaksana; 3) program dan rencana lembaga pelaksana; 4) kondisi ideal; dan 5) persepsi stakeholder. Metode penelitian yang digunakan ialah analisis isi (content analysis) dan survei menggunakan angket. Hasil penelitian menunjukan, bahwa implementasi penenggelaman kapal asing dan eks asing yang dilakukan oleh KKP merupakan suatu kepastian hukum sesuai ketentuan dan peraturan dan perundang-undangan di bidang perikanan yang berlaku; telah dilaksanakan sesuai fungsi, tugas, dan kewenangan KKP RI; telah terlaksana dengan baik; dan telah mencapai kondisi ideal di mana ditandai dengan berkurangnya pelaku tindak pidana perikanan; serta tindakan tersebut sudah sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku di bidang perikanan, menurut persepsi stakeholder. Dengan demikian, dapat disimpulkan, bahwa tindakan hukum penenggelaman kapal yang dilakukan di Pangkalan Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Bitung adalah efektif dalam memberantas kegiatan illegal fishing.

Page 1 of 1 | Total Record : 5