cover
Contact Name
Markus T. Lasut
Contact Email
lasut.markus@unsrat.ac.id
Phone
+6285298070889
Journal Mail Official
jurnal.asm@unsrat.ac.id
Editorial Address
Jurnal Aquatic Science & Management, Gedung A Lantai 1, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Jln. Kampus UNSRAT Bahu, Manado 95115, INDONESIA
Location
Kota manado,
Sulawesi utara
INDONESIA
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT
ISSN : 23374403     EISSN : 23375000     DOI : https://doi.org/10.35800/jasm.v10i1.37485
Journal of AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT publishes scientific articles of original research based on in-depth scientific study in the field of aquatic science and management, covering aspects of limnology, oceanography, aquatic ecotoxicology, geomorphology, fisheries, and coastal management, as well as interactions among them.
Articles 131 Documents
The effect of quality service on costumer satisfaction in Bitung Oceanic Fishing Port, Indonesia Pangemanan, Recky; Sitanggang, Effendi P.; Andaki, Jardie A.
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 4, No 1 (2016): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.4.1.2016.14400

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pengguna jasa di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, Indonesia This study evaluates the effect of service quality on the service users’ utilization in the Ocean Fisheries Port (OFP) of Bitung, Indonesia. It employed 3 quantitative methods,Customer Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis and Gap Analysis. From 14 services, there were 13 services categorized as satisfactory services. It means that Ocean Fisheries Port of Bitung has performed well in most of its functions. The unsatisfactory one was clean water service. To increase the users’ level of satisfaction in the OFP of Bitung, improvement needs to be done in the services of ship arrival and departure document preparation, fishing vessel log book inspection, recommendation for subsidized fuel use, fish catch certification, port hygiene, entrance ticket, information building rental, electricity, clean water supply, equipment rental, and mooring. Penelitian tentang pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pengguna jasa di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bitung, Indonesia, telah dilakukan. Dengan mengunakan 3 metode kuantitatif, yaitu Customer Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis dan Gap Analisis, didapat hasil sebagai berikut: dari 14 layanan, terdapat 13 layanan yang mendapatkan predikat puas meskipun tidak ada yang sangat memuaskan. Ini dapat diartikan, bahwa PPS Bitung telah melakukan tugas pokok dan fungsinya dengan baik. Hanya ada satu pelayanan yang kurang memuaskan, yaitu pelayanan air bersih. Untuk meningkatkan kepuasan pengguna jasa/stakeholder di PPS Bitung, maka perbaikan perlu dilakukan terhadap pelayanan persiapan dokumen kedatangan dan keberangkatan kapal, log book penangkapan ikan, rekomendasi bahan bakar minyak solar subsidi, sertifikat hasil tangkapan ikan, kebersihan kolam pelabuhan dan kebersihan pelabuhan, pas masuk, sewa lahan bangunan informasi, jasa listrik, jasa air bersih, sewa peralatan, dan tambat labuh.
Benthic faunal assemblages in seagrass meadows in Albany, Western Australia Rifai, Husen
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 7, No 1 (2019): APRIL
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.7.1.2019.24996

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Kumpulan fauna bentik di hamparan lamun di Albany, Australia Barat In order to compare benthic fauna assemblages in four locations of seagrass beds in Albany (Princess Royal Harbour, Oyster Harbour, Two People Bay and Frenchman Bay), a research had beenconducted between 18 and 21 April 2017. There were two aims of this study. First, to investigate six sites within four locations with various degree of anthropogenic impact in order to understand the faunal richness and abundance in those locations. Second, to measure and record the environmental factors which are assumed to be important regulators of the observed patterns between the sites. The result showed that the highest faunal abundance (227 Faunal) was found at Frenchman Bay, a less anthropogenically impacted area, while the lowest abundance (26 Faunal) was at Oyster Harbour-Emu Point which was an anthropogenically affected site. However, in terms of faunal diversity, there was no significant difference among all sites. The environmental factor which had significant relationship with the difference in benthic faunal assemblages at each site was found to be coarse sand.Satu kegiatan penelitian pada tanggal 18 hingga 21 April 2017 telah dilakukan untuk membandingkan kumpulan fauna bentik di empat lokasi padang lamun di Albany (Pelabuhan Princess Royal, Pelabuhan Oyster, Teluk Two People, dan Teluk Frenchman). Penelitian inimempunyai dua tujuan, yaitu: 1) menyelidiki enam titik penelitian yang beradadalam empat lokasi dengan berbagai tingkat dampak antropogenik untuk memahami kekayaan dan kelimpahan fauna di lokasi tersebut; dan 2) mengukur dan mencatat faktor-faktor lingkungan yang dianggap berperan sebagai pengaturdari pola yang diamati pada semua lokasi. Hasil penelitian menunjukkan,bahwa kelimpahan fauna tertinggi (227 fauna) ditemukan di Teluk Frenchmanyang merupakandaerah yang kurang terdampak gangguan antropogenik;sedangkan kelimpahan terendah (26 individu) ditemukandi Oyster Harbour-Emu Point yang merupakan lokasi yang terpengaruh secaraantropogenik. Namun, dalam hal keanekaragaman fauna, tidak ada perbedaan yang signifikan di antarasemua lokasi. Faktor lingkungan yang memiliki hubungan signifikan dengan perbedaan kumpulan fauna bentik di masing-masing lokasi ialah pasir kasar.
Designing and implementation of law in managing outermost small islands in North Sulawesi Province Karwur, Denny B. A
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 1 (2013): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.1.2013.1975

Abstract

Small islands bordering a region have tremendous potential in supporting national development. The determination of management policy is very important, because the existence of marine resources is a strategic border issue. The islands in the border regions of the country are vulnerable to the intervention of other countries, and transnational crime. The concept of development policies of small islands in Indonesia must be planned and implemented in an integrated manner for the development and welfare of the national state of Indonesia. The northern region of Indonesia is bordering the Philippines. Here North Sulawesi Province is important for the integrity of the management of small islands and border areas of coastal law enforcement Indonesia. Element target, and strategies of delimitation Exclusive Economic Zone in particular, between Indonesia and the Philippines states that overlap to optimize the management of natural resources. Draft Law on Small Islands State Border and the provision of local government authority to carry out the duty of assistance border management. Stating Small Islands in the border region as the island state and issued a special certificate© Pulau-pulau kecil di wilayah perbatasan memiliki potensi yang luar biasa dalam mendukung pembangunan nasional. Penentuan kebijakan pengelolaan sangat penting, karena keberadaan (eksistensi) sumberdaya laut di perbatasan yang strategis. Pulau-pulau di wilayah perbatasan negara rentan terhadap intervensi negara-negara lain, dan kejahatan transnasional. Konsep kebijakan pembangunan pulau-pulau kecil di Indonesia harus direncanakan dan dilaksanakan secara terpadu untuk pengembangan dan kesejahteraan negara dan bangsa Indonesia. Wilayah Indonesia bagian utara yang berbatasan dengan negara Filipina. Provinsi Sulawesi Utara, penting bagi integritas pengelolaan pulau-pulau kecil dan daerah perbatasan bagi penegakan hukum pesisir Indonesia. Elemen target, dan strategi adalah penetapan batas (delimitasi) Zona Ekonomi Eksklusif pada khususnya, antara Indonesia dan Filipina menyatakan bahwa terjadi tumpang tindih, untuk mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam. RUU tentang Pulau-pulau Kecil Perbatasan Negara dan pemberian kewenangan bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan tugas perbantuan pengelolaan perbatasan. Menyatakan Pulau-Pulau Kecil di wilayah perbatasan sebagai bagian pulau negara dan mengeluarkan sertifikat khusus©
Water quality status of rivers in the coastal city of Manado, North Sulawesi Province, Indonesia Lasut, Markus T; Tarigan, Adianse
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Edisi Khusus 2 (2014): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.0.0.2014.7296

Abstract

A study on water quality status of three riverine systems, S. Bailang (SB), S. Maasing (SM), and S. Tondano (ST), in coastal city of Manado, North Sulawesi Province, has been conducted to measure several water quality parameters, to analyse source and quality of wastewater discharge, and to assess the status of the rivers related to the water quality. Measurement of the parameters was conducted using three indicators, i.e. organic (BOD5) and in-organic (N-NO3 and P-PO4), and pathogenic microorganism (Escherichia coli [EC] and total coliform [TC]). The result showed that the level of water quality varied between the rivers. The average level of water quality (based on the observed parameters) in SB, respectively, was 0.317 mg/l, 0.093 mg/l, 2 mg/l, >2420 MPN, and  >2420 MPN; in SM, respectively, was 0.029 mg/l, 1.859 mg/l, 17.7 mg/l, >2420 MPN, and >2420 MPN; and in ST, respectively, was 0.299 mg/l, 0.252 mg/l, 3.5 mg/l, >2420 MPN, and >2420 MPN. The level of water quality between the rivers was not significantly different (p>0.05), except based on the parameter of N-NO3 which was significantly different (p<0.01). The status of the observed rivers varied based on the classes of their water utilities (according to the Government Regulation of Indonesia, No. 82, 2001); mostly was "unsuitable". Kajian tentang status kualitas air di 3 perairan sungai di kota pesisir Manado, S. Bailang (SB), S. Maasing (SM), dan S. Tondano (ST), Provinsi Sulawesi Utara, telah dilakukan yang bertujuan untuk mengukur beberapa parameter kualitas air, menganalisis sumber dan kualitas buangan limbah domestik, dan menilai status ketiga perairan sungai tersebut. Tiga indikator digunakan, yaitu: bahan organik (BOD5), bahan anorganik (N-NO3 dan P-PO4), dan mikroorganisme patogenik (Escherichia coli [EC] dan coliform total [TC]). Hasil kajian menunjukkan bahwa tingkat kualitas air perairan tersebut berbeda-beda. Konsentrasi rerata parameter kualitas air  (BOD5, N-NO3, P-PO4, EC, dan TC) di SB, berturut-turut, sebesar 0.317 mg/l, 0.093 mg/l, 2 mg/l, >2420 MPN, dan >2420 MPN; di SM, berturut-turut, sebesar 0.029 mg/l, 1.859 mg/l, 17.7 mg/l, >2420 MPN, dan >2420 MPN; dan di ST, berturut-turut, sebesar 0.299 mg/l, 0.252 mg/l, 3.5 mg/l, >2420 MPN, dan >2420 MPN. Konsentrasi kualitas air ketiga sungai tersebut tidak berbeda secara signifikan (p>0.05), kecuali parameter N-NO3 (p<0.01). Secara umum, kondisi kualitas air ketiga sungai tersebut, menurut Peraturan Pemerintah No. 82, 2001) berada dalam status “tidak cocok” untuk peruntukannya.
The effect of kite fishing baits on the catch of needlefish (Tylosurus sp.) Mokodompit, Suniati; Reppie, Emil; Budiman, Johnny
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 3, No 1 (2015): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.3.1.2015.12433

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Pengaruh jenis umpan terhadap hasil tangkapan ikan cendro [Tylosurus sp.] dengan pancing layang-layang. Needlefish is one of the economically important fish resources from Bangka Strait North Minahasa regency. Common fishing gear used by fishermen is kite fishing. Although this gear is very simple and traditional, but its efficiency and selectivity of fishing have potential to meet the development of environmentally friendly and sustainable criteria. The success of kite fishing, relies on the availability of fish bait; therefore, the purpose of this research was to study the effect of kite fishing baits onneedlefish catch; and identify the types of fish caught. This research was done in Bangka Strait North of Minahasa, based on experimental method. Four kinds of bait were used as treatment, scad (Decapterus macarellus), sardine (Sardinella gibosa), anchovy (Stolephorus indicus) and artificial bait of plastic hose. Catch data were collected using 8 units of  kite fishing; and data analysis was done based on randomized block design. The catch was 61 fish in total consisting of Tylosurus crocodiles (57 fish) andTylosurus acus melanotus (4 fish). ANOVA showed that the difference of kite fishing baits caused high significant effect in catch of needlefish. The LSD for the treatment declared that the use of sardine bait wassignificantly different from anchovy, scad  and  artificial baits. The use of anchovy baits was also significantly different from scad and artificial baits,but there was no significant difference between scad baits and artificial baits. Ikan cendro merupakan salah satu sumberdaya ekonomis penting dari perairan Selat Bangka Kabupaten Minahasa Utara. Alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan adalah pancing layang-layang. Walapun alat ini sangat sederhana dan tradisional, tetapi masih memiliki potensi untuk meningkatkan efesiensi penangkapan dan selektivitas dalam memenuhi pengembangan kriteria ramah lingkungan dan berkelanjutan. Keberhasilan pancing layang-layang sangat bergantung pada ketersedian ikan umpan, oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh jenis umpan pada pancing layang-layang terhadap tangkapan ikan cendro dan mengidentifikasi jenis-jenis ikan yang  tertangkap. Penelitian ini dilakukan di perairan Selat Bangka Minahasa Utara, didasarkan pada metoda eksperimental. Empat jenis umpan yang digunakan sebagai perlakuan, yaituikan layang(Decapterus macarellus), ikan sardin (Sardinella gibosa), ikan teri(Stolephorus indicus) dan umpan buatan selang plastik. Data tangkapan dikumpulkan mengunakan 8 (delapan) unit pancing layang-layang dan analisis data didasarkan pada rancangan acak kelompok. Tangkapan total sebanyak 61 ekor yang terdiri dari Tylosurus crocodiles (57 ekor)danTylosurus acus melanotus (4 ekor). Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan umpan pada pancing layang-layang memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil tangkapan ikan cendro. Uji BNT untuk perlakuan menyatakan bahwa penggunaan umpan sardin berbeda sangat nyata dengan umpan teri, umpan layang dan umpan buatan. Penggunaan umpan teri juga berbeda dengan umpan layang dan umpan buatan tetapi tidak ada perbedaan antara umpan layang dan umpan buatan.
Status and strategy of marine protected area in Uwedikan Village, Luwuk Timur District, Banggai Regency Ariston, Silverius; Rembet, Unstain N.W.J; Karwur, Denny B.A
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 6, No 1 (2018): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.6.1.2018.24813

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Status dan strategi kawasan konservasi perairan daerah di Desa Uwedikan, Kecamatan Luwuk Timur, Kabupaten Banggai Marine Protected Area (MPA) in Uwedikan Village is a conservation area established through Banggai Regent’s decree since 2008. The establishment of a marine conservation area does not necessarily solve its management problems. The study aimed to examine the sustainability status of the MPA management of Uwedikan village and to formulate a managementstrategy. Research method  used wasa descriptive method through case study approach. Data collection employed questionnaires-basedinterviews on respondents. The data were analyzed by using Rapid Appraisal for Fisheries Status (Rapfish) to obtain the sustainability status of the MPA in Uwedikan. The Rapfish outcome wasthenanalyzed using Diagnosis and Therapy Analysis of Law (DTAL) to formulate a strategy for the existing management.Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) di Desa Uwedikan merupakan kawasan konservasi yang telah ditetapkan melalui keputusan Bupati Banggai sejak tahun 2008. Penetapan suatu kawasan konservasi laut tidak serta merta dapat menyelesaikan permasalahan pengelolaannya. Penelitian bertujuan untuk mengkaji status keberlanjutan penatakelolaan kawasan konservasi perairan daerah Desa Uwedikan dan merumuskan strategi pengelolaannya. Metode penelitian adalah metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus. Pengumpulan data melalui wawancara kuesioner mendalam terhadap responden. Data hasil kuesioner diolah menggunakan analisis yang ada pada Rapid Appraisal for Fisheries Status(Rapfish) sehingga didapatkan status keberlanjutan penatakelolaan KKPD Uwedikan saat ini.Hasil dari Rapfish di analisis menggunakan Diagnosis and Therapy Analysis of Law(DTAL) untuk merumuskan strategi terhadap penatakelolaan yang ada.
Community structure of seagrass beds in Arakan, South Minahasa Regency Merly, Sendy L; Wagey, Billy T; Gerung, Grevo S
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 1 (2013): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.1.2013.1966

Abstract

Arakan waters is located in front of Arakan Wawontulap district as part of Bunaken National Park. This area has a vast seagrass meadow of 1943.45 ha. Seagrass-Watch method combined with line transect and quadrat methods were used to collected data. Four seagrass species were identified such as Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides and Syringodium isoetifolium. Diversity Index (H') was quite high at 1.2071 and was inversely correlated to the value of dominance (D) at 0.3366, and this was supported by the presence of a uniform species (J') of 0.8707. Important Index Value (INP) was highest at station I comprising E. acoroides species, and station II comprising E. acoroides and T. hemprichii, while the third station comprised T. hemprichii. Spatial distribution of the three stations ranged from random to contagious (aggregated)© Perairan Desa Arakan termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bunaken wilayah Arakan Wawontulap yang memiliki luas area padang lamun sekitar 1.943,45 Ha. Data dikoleksi menggunakan metode seagrass-watch yang dikombinasikan dengan metoda transek garis dan kuadran. Empat spesies lamun berhasil diidentifikasi yaitu Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides dan Syringodium isoetifolium. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) cukup tinggi yakni 1,2071 berbanding terbalik dengan Nilai Dominansi (D) yang rendah yakni 0,3366 dan ditunjang dengan keberadaan spesies yang merata (J’) senilai 0,8707. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada Stasiun I diperlihatkan oleh E.acoroides, Stasiun II oleh E.acoroides dan T.hemprichii, dan sedangkan Stasiun III oleh T. hemprichii. Adapun pola penyebaran pada ketiga stasiun ini berkisar antara acak (random) dan mengelompok (contagious)©
Viability of Edwardsiella tarda and Esherichia coli preserved with glycerol-tryptone soy broth (TSB) kept at freezing temperature Rohman, Abdur; Ijong, Frans; Suwetja, I K
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.2.2013.7278

Abstract

Preservation of bacteria carried out in relation to the collection and preservation of germ plasm microbe is useful for research and development or for the establishment of diagnostic tools. Glycerol is a good preservation media but it is not known what doses should be used for effective preservation.  This research used two experimental  methods consisting of 2 factors and 3 treatments. This study aimed to find the best glycerol concentration that can be used to preserve Edwarsiella tarda and Escherchia coli in the -20ºC environment, to understand the viability of bacteria after being preserved and to describe the characteristics of the preserved bacteria. Treatments applied were 10%, 15% and 20%  glycerol in TSB. Viability of the bacteria was analyzed after 7, 14, 28, 35, and 42 days of preservation. Results showed that E.coli bacteria preserved in 15%  glycerol had the highest viability, i.e. 84% and preserved in 10% glycerol had the lowest viability, i.e. 80%. But for E. tarda bacteria preserved in 10% glycerol had the highest viability, i.e. 1.83% and preseved in 15% glycerol had the lowest viability, i.e. 0,55%. Preservasi bakteri dilakukan dalam kaitannya dengan koleksi dan konservasi plasma nutfah mikroba yang berguna untuk penelitian dan pengembangan atau untuk pembentukan alat diagnosa. Gliserol merupakan bahan preservasi yang baik, tetapi belum diketahui dosis yang baik dan efektif untuk preservasi bakteri Edwarsiella tarda dan Escherchia coli pada suhu -20ºC. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen yang terdiri dari 2 faktor dan 3 taraf perlakuan, masing-masing perlakuan dengan 3 kali ulangan, media preservasi yang digunakan adalah TSB dan gliserol dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20%. Parameter yang diukur adalah viabilitas dan kecocokan/penyimpangan karakteristik biokimia. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Manado, dari bulan September sampai dengan November 2013. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi gliserol dalam TSB sebagai media preservasi yang efektif dan efisien pada bakteri  Edwarsiella tarda dan Escherchia coli yang dipreservasi dengan suhu -20ºC dan disimpan selama 42  hari. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan laju pertumbuhan bakteri selama preservasi. Persentase viabilitas  bakteri E. coli yang tertinggi selama preservasi diperoleh dengan penggunaan gliserol konsentrasi 15% dengan jumlah 84% dan yang terendah adalah dengan penggunaan konsentrasi 10% yakni sebesar 80%, sedangkan untuk E. tarda persentase viabilitas  bakteri yang tertinggi selama preservasi diperoleh dengan penggunaan gliserol konsentrasi 10% dengan jumlah 1,83% dan yang terendah adalah dengan penggunaan konsentrasi 15% yakni sebesar 0,55%. Berdasarkan uji statistik analisis variasi (ANAVA) didapat hasil F hitung E. tarda dan E. coli yang lebih besar  dari FTabel dengan tingkat kepercayaan 95 %.
Ratio of C:N in culture media of silk worm, Tubifex sp. Solang, Jhonly; Pangkey, Henneke; Wullur, Stenly; Lantu, Sartje
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 2, No 1 (2014): April
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.2.1.2014.12391

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Rasio C:N pada media kultur cacing sutra, Tubifex sp. This study aimed to determine the C:N ratio on each medium for the growth of the sludge worm. This study used mud and soybean curd residue (treatment A), mud and chicken manure (treatment B), mud and pig manure (treatment C), and control (mud only) (K) as culture media of the sludge worm (Tubifex sp.). The decomposition process was proceeding for six days, and then the sludge worms were stocked with initial weight of 30 grams per container. Culture period was 21 days in running water systems. The resulting C:N ratio was 60.5 for treatment A, 45.8 for treatment B, 36 for treatment C and 35 for K. The soybean curd residue and mud medium gave the highest influence on the growth of the sludge worm, followed by pig manure and mud, chicken manure and mud, and then mud (control). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbandingan C:N ratio dalam media budidaya untuk pertumbuhan cacing sutra. Penelitian ini menggunakan lumpur dan ampas tahu (perlakuan A), lumpur dan kotoran ayam (perlakuan B), serta lumpur dan kotoran babi (perlakuan C) dan perlakuan K (kontrol: hanya lumpur) sebagai media kultur cacing sutra (Tubifex sp). Proses dekomposisi dilakukan selama 6 hari, kemudian dilakukan penebaran cacing sutra dengan berat awal 30 gram/wadah penelitian. Waktu pemeliharaan dilakukan selama 21 hari dalam sistem air mengalir. Hasil penelitian menunjukkan rasio C:N sebesar 60,55 untuk perlakuan A, 45,85 untuk perlakuan B, 36,08 untuk perlakuan C, dan 35,25 untuk K. Media yang menggunakan ampas tahu dan lumpur memberikan pengaruh tertinggi terhadap pertumbuhan cacing sutra, kemudian disusul oleh media kotoran babi dan lumpur, media kotoran ayam dan lumpur dan terendah media lumpur (kontrol).
Geographic information system-based area suitability analysis for seaweed cultivation in South Halmahera Regency Salim, Muslim Hi; Sinjal, Hengky J; Lasabuda, Ridwan
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 5, No 2 (2017): October
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.5.2.2017.24564

Abstract

Title (Bahasa Indonesia): Kesesuaian lahan budidaya rumput laut berdasarkan sistem informasi geografi di Kabupaten Halmahera Selatan The purpose of this study was to determine the development of seaweed cultivation area based on Geographic Information System (GIS) in South Halmahera District Joronga Islands. Determination of the coordinates used a GPS (Global Positioning System). Physical parameters, such as current and visibility, used a flow-meter and Secchi disc, respectively, while temperature and dissolved oxygen measurements used a 550A YSI Instrument. Water salinity was measured using refractometer and pH used litmus paper. Total study area was 4,202.96 ha covering Gonone, Tawabi, and Pula Gala. All data were analyzed and interpolated using the tools of ArcGIS 10.1 to yield a suitability map image. The highly suitable area for seaweed culture (S3) found covered 719.77 ha.Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan area pengembangan budidaya rumput laut berdasarkan Sistem Informasi Geografi (SIG) di Kepulauan Joronga Kabupaten Halmahera Selatan. Penentuan  koordinat menggunakan GPS (Global Positioning System). Pengukuran parameter kualitas perairan dan pengamatan kondisi keberadaan lokasi.  Pengukuran parameter fisika berupa arus dan kecerahan masing-masing menggunakan flow-meter dan sechi disk, sedangkan pengukuran suhu serta oksigen terlarut menggunakan water test YSI Instrumen 550A, adapun pengukuran salinitas menggunakan Refraktometer dan pH menggunakan kertas Lakmus.  Semua data dianalisis selanjutnya diinterpolasi menggunakan tools Arcgis 10.1 menghasilkan gambar peta kesesuaian. Wilayah yang sangat sesuai untuk budidaya rumput laut(S3)adalah 719,77 hektar.

Page 1 of 14 | Total Record : 131