cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teologi Berita Hidup
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189
Jurnal Teologi Berita Hidup merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan kepemimpinan dan pelayanan Kristiani, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Surakarta. Focus dan Scope penelitian Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal, Teologi Sistematika, Teologi Pastoral, Etika Pelayanan Kontemporer, Kepemimpinan Kristen, Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : -
Articles 250 Documents
Dialektika Injil dan Budaya: Membaca Ulang Kiprah Kiai Sadrach Melalui Lensa Hermeneutik Gadamer David Eko Setiawan; Jaka Maryanto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i1.414

Abstract

This study aims to gain a new understanding of Kiai Sadrach's work in addressing the dialectic of the Gospel and culture through Gadamer's hermeneutic lens. The method used in this study is library research and approaches using Gadamer's hermeneutic theory. The research problem in this paper is how is the re-reading of Kiai Sadrach's work in responding to the dialectic of the Gospel and culture. The results of the research are as follows; First, the dialectic of the Gospel and culture in Kiai Sadrach's work has formed a personality that is sensitive and selective towards culture. Second, Sadrach's skill in contextualizing the Gospel is a long process from the Fusion of Horizons from his predecessors who have been active in the dialectic of the Gospel and culture. Third, Sadrach's high appreciation for his culture does not necessarily make him stutter in building relationships with the foreigners around him. Fourth, the living of the faith of the Golongane Wong Kristen community, Kang Mardiko, is a concrete example that the "gap" between the Gospel and culture can be bridged wisely and can even bring about a more contextual living of faith.Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman baru tentang kiprah Kiai Sadrach dalam menyikapi dialektika Injil dan budaya melalui lensa hermeneutik Gadamer. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah library research dan pendekatan dengan menggunakan teori hermeneutika Gadamer. Masalah penelitian dalam tulisan ini adalah bagaimanakah pembacaan ulang kiprah Kiai Sadrah dalam menyikapi dialektika Injil dan budaya?  Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut; Pertama, dialektika Injil dan budaya dalam kiprah Kiai Sadrach telah membentuk kepribadian yang peka dan selektif terhadap budaya. Kedua, ketrampilan Sadrach dalam mengontekstualisasikan Injil merupakan suatu proses panjang dari Fusion of Horizons dari para pendahulunya yang telah berkiprah dalam dialektika Injil dan budaya. Ketiga, penghargaan Sadrach yang tinggi atas budayanya tidak serta merta membuat ia gagap dalam  membangun relasi dengan orang-orang asing di sekitarnya. Keempat, penghayatan iman komunitas Golongane Wong Kristen kang Mardiko menjadi contoh konkret bahwa  “gap” antara Injil dan budaya dapat dijembatani secara arif dan bijaksana bahkan dapat menghadirkan penghayatan iman yang lebih kontekstual.
Desain Kurikulum Sekolah Minggu Menggunakan Subject-Centered Design Debora Manalu; Berliana Purba
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i1.349

Abstract

Good teaching on Sunday School will have an impact in the future for the growth and development of the church. The teaching is given by a Sunday School teacher centered on the Word of God. By teaching God's Word to Sunday School children, they have carried out the great commission of the Lord Jesus in Mark 10:14 and Matthew 28:19-3. However, the Word that is taught must first look at the context or condition of the Sunday School child so that the Word is processed, accepted and actualized by the child in daily life. For this reason, teachers need a method in developing and delivering God's Word in the church. The method that can be used by teachers is to use the curriculum. The curriculum suggested by the author for teaching is to use the Subject Centered Design curriculum which is centered on teaching materials or the Bible. The purpose of this research is to make it easier for Sunday school children to understand the contents of the Bible, to make it easier for Sunday school children to remember the contents of the Bible, to develop teaching patterns for Sunday school teachers in compiling learning materials sourced from the Bible, to find out teaching patterns using the Subject Centered Design curriculum. Thus, the Subject Centered Design curriculum is not only used in formal education, but the curriculum also applies in churches to foster Sunday School Children.Pengajaran yang baik terhadap Sekolah Minggu akan memberikan dampak ke depannya bagi pertumbuhan dan perkembangan gereja. Pengajaran tersebut diberikan oleh guru Sekolah Minggu yang berpusat pada Firman Tuhan. Dengan memberikan pengajaran Firman Tuhan kepada anak Sekolah Minggu sudah menjalankan amanat agung Tuhan Yesus dalam Markus 10:14 dan Matius 28:19-3. Namun Firman yang diajarkan harus melihat terlebih dahulu konteks atau kondisi anak Sekolah Minggu sehingga Firman itu diproses, diterima dan diaktualisasikan si anak dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu pengajar membutuhkan suatu metode dalam pengembangan dan penyampaian Firman Tuhan di gereja. Metode yang dapat digunakan pengajar adalah dengan menggunakan kurikulum. Kurikulum yang disarankan oleh penulis untuk melakukan pengajaran yaitu menggunakan kurikulum Subject Centered Design yang berpusat pada bahan ajar atau Alkitab. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mempermudah anak Sekolah Minggu memahami isi Alkitab, untuk mempermudah anak Sekolah Minggu mengingat isi Alkitab, untuk mengembangkan pola pengajaran guru Sekolah Minggu dalam menyusun bahan pembelajaran yang bersumber dari Alkitab, untuk mengetahui pola pengajaran menggunakan kurikulum Subject Centered Design. Dengan demikian kurikulum Subject Centered Design tidak hanya digunakan dalam pendidikan formal namun kurikulum juga berlaku di gereja untuk membina Anak Sekolah Minggu. 
Ketika Yesus Menangis: Perspektif Feminisme dalam Merayakan Allah yang Mendobrak Maskulinitas Toksik Ryan Richard Rihi; Elizabeth Kristi Poerwandari
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i1.317

Abstract

Masculinity is a discourse that continues to develop over time and is closely related to men. This underlies the idea of the ideal man which continues to be constructed through certain  standardizations, in accordance with the existing socio-cultural conditions. As a result, certain existing standards are harmful and even have the potential to make men individuals who are homophobic, misogynistic, violent, and have a desire to dominate. As the Son of God who was incarnated as a male, Jesus was also faced with these kinds of potentials. His choice to follow harmful standards or not is important to know. This study explores the nature, attitude/behaviour, and role of Jesus through qualitative research by conducting a literature review. This study uses feminine writing as a conceptual framework with a feminist perspective to analyze the situation and actions that Jesus took. The findings of this study indicate the actions of Jesus who rejected various forms of toxic masculinity. On the other hand, Jesus defined his own masculinity, and also did not hesitate to do things that could be read as feminine actions. This has implications for the life of Christians to have both masculinity and femininity that are healthy, without hurting and harming themselves or others. Maskulinitas menjadi wacana yang terus berkembang seiring perkembangan zaman dan dikaitkan erat dengan laki-laki. Hal ini yang mendasari adanya gagasan laki-laki ideal yang terus dikonstruksi melalui standardisasi-standardisasi tertentu, dan seturut dengan kondisi sosial-budaya yang ada. Tak ayal, standar-standar tertentu yang ada bersifat membahayakan dan bahkan berpotensi menjadikan laki-laki sebagai individu yang homofobia, misoginis, melakukan kekerasan, dan memiliki keinginan mendominasi. Sebagai Anak Allah yang berinkarnasi menjadi laki-laki, Yesus juga diperhadapkan dengan potensi semacam ini. Pilihannya untuk ikut dalam standar-standar yang membahayakan atau tidak adalah hal yang penting untuk diketahui. Penelitian ini menggali sifat, sikap/perilaku, dan peran Yesus secara kualitatif melalui kajian literatur. Penelitian menggunakan feminine writing sebagai landasan konseptual yang berperspektif feminisme untuk menganalisis situasi dan tindakan yang Yesus lakukan. Temuan penelitian menunjukkan tindakan Yesus yang menolak pelbagai bentuk maskulinitas toksik. Sebaliknya, Yesus merumuskan maskulinitas-Nya sendiri, dan juga tak ragu melakukan hal-hal yang dapat dibaca sebagai tindakan yang feminin. Hal ini berimplikasi pada bagaimana orang Kristen menjalani kehidupan supaya memiliki baik maskulinitas maupun feminitas yang sehat, tanpa melukai dan merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Difabel di Mata Dunia, Tubuh Kristus Yang Sempurna di Hadapan Tuhan Pintor Marihot Sitanggang; Aris Suhendro Panjaitan
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i1.374

Abstract

Artikel ini menjelaskan bahwa kesempurnaan ciptaan Tuhan dimateraikan oleh iman, yang harus dipegang dan dihidupi dalam hidup orang percaya. Keterbatasan fisik (orang difabel – berkebutuhan  khusus) bukanlah suatu keadaan yang menyebabkan mengurangnya kesempurnaan manusia ciptaan Tuhan. Difabel ataupun berkebutuhan khusus tidak mengurangi atau melemahkan eksistensi dan esensi manusia sebagai Tubuh Kristus yang dikasihi serta diselamatkan oleh darah Kristus. Salah satu jenis difabel yang dibahas dalam artikel ini adalah difabel intelektual. Artikel ini menggunakan penelitian kualitatif (kepustakaan) yang teologis, menerangkan kasih Allah atas kehidupan manusia. Artikel ini diawali dengan landasan biblika tentang Tubuh Kristus, kemudian penegasan teologis bahwa iman manusialah yang menyelamatkan bukan fisiknya. Gereja mengembangkan pelayanan-pelayanan yang mendidik dan memberdayakan orang difabel (orang dengan kebutuhan khusus). Sempurna sebagai Tubuh Kristus karena Allah sendiri adalah sempurna. Sempurna sebagai milik Bapa, membuat kita sempurna di dalam-Nya. Sempurna sebagai ciptaan Allah yang tidak dibatasi oleh kelemahan fisik, tetapi fokus pada Allah Sang Pencipta. Allah itu sempurna, maka ciptaan juga sempurna.  Manusia disempurnakan oleh kasih Allah. Artikel ini menjelaskan dan menerangkan bahwa kesempurnaan manusia bukan dilihat dari keadaaan fisiknya, tetapi kesempurnaan yang harus dilihat dalam kuasa kasih Allah yang tidak terbatas.
Peranan Wahyu Ilahi dalam Kanonisasi Alkitab Yohanes Telaumbanua; Suhadi Suhadi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i1.548

Abstract

The content of the Bible is that God Himself breathed out or inspired the Bible, so the Bible is true. Along with history attacks against the inerrancy of the Bible have occurred. Errantists and Inerrantists emerged, both of whom had thinkers who could deal with the facts of several parts of the Bible in question and both parties read the conclusions of their opponents. Then it is very important to remember that the Bible validates itself because the books were breathed into God's breath (2 Timothy 3:16). In other words, canonicality is inherent in these books, because they come from God. Likewise, interpreting the Bible by the light of the Holy Spirit enables us to believe in the truth of the Bible. So, the researcher used qualitative research methods with a descriptive literature approach. The descriptive literature approach is a data collection technique based on library research as supporting material for theory formulation.Isi alkitab ialah Allah sendiri yang meniupkan keluar atau mengilhami Alkitab, maka Alkitab adalah benar. Seiring dengan sejarah serangan-serangan terhadap ketidakkeliruan Alkitab pun terjadi. Muncul kaum errantis dan kaum inerrantis, keduanya mempunyai pemikir-pemikir yang cakap menghadapi fakta-fakta beberapa bagian-bagian Alkitab yang dipermasalahkan dan kedua pihak membaca kesimpulan-kesimpulan dari lawannya. Kemudian amat penting diingat bahwa Alkitab mengesahkan dirinya sendiri karena kitab-kitab ditiupkan oleh napas Allah (2Tim. 3:16). Dengan kata lain, kekanonannya telah melekat di dalam kitab-kitab itu, karena berasal dari Allah. Demikian pula penafsiran Alkitab oleh terang Roh Kudus memampukan kita mempercayai kebenaran Alkitab. maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif literatur. pendekatan deskriptif literatur ialah teknik pengumpulan data berdasarkan kajian pustaka sebagai bahan pendukung perumusan teori. 
Apakah Orang Kristen Boleh Bermeditasi? Tinjauan Teologis Pandangan New Age Movement Shendy Carolina Lumintang; Stefanus Padan; Alvin Budiman Kristian
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i1.452

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk meninjau tentang meditasi New Age Movement secara teologis, sehingga memberikan wawasan dan mendorong orang Kristen untuk memiliki sikap kritis terhadap meditasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian integratif (teologi integratif). Praktik meditasi bagi New Age Movement meniadakan wahyu dan penebusan Yesus Kristus, selain itu meniadakan fakta manusia berdosa. Orang Kristen yang memberlakukan meditasi dalam kekristenan perlu merekonstruksi pemahaman secara teologis.
Strategi Pendidikan Kristen bagi Anak Berkebutuhan Khusus Slow Leaner Benaya Dwi Cahyono; Hardi Budiyana
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i1.429

Abstract

Anak berkebutuhan khusus   adalah  individu  yang mempunyai   gangguan perkembangan dan kelainan yang dialami anak dan karakteristik yang berbeda dari individu lainnya. Sehingga dalam menangani Anak berkebutuhan khusus    tidak boleh disamakan dengan anak normal pada umumnya oleh karenanya dalam pembelajarannya harus dengan penanganan yang khusus dan terarah, hal ini bertujuan untuk tercapainya proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan Anak berkebutuhan khusus. Slow Learner sering digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan kognitif di bawah rata-rata atau lamban belajar. Anak slow learner memiliki prestasi belajar di bawah rata-rata dari anak normal pada umumnya. Oleh karenanya dalam pembelajaran harus dengan metode yang khusus dan mudah dipahami karena setiap strategi pembelajaran terhadap anak berkebutuhan khusus berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam kajian ini adalah metode penelitian memakai metode deskriptif kualitatif. Kajian ini memperoleh data melalui studi pustaka, data empiris dan menelusuri karya ilmiah para peneliti sebelumnya yang telah dipublikasikan terkait tema kajian serta pengamatan dan wawancara di sekolah yang menangani anak slow leaner.
Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) terhadap Kedisiplinan Calon Imam Benyamin Robertus Sila; Herman Punda Panda
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i1.350

Abstract

The Seminary is a formation institution for priest candidates who will become reliable servants of the church. As priests, they will participate in the three duties of Christ (Tre munere Christi) namely being priests (sanctifying mankind), prophets (preaching the Word), and king/shepherd (leading the congregation). For this reason, life discipline is essential to develop four dimensions of maturity, namely personality, spirituality, intellect, and pastoral abilities. Discipline is closely related to the emotional maturity of each student. Therefore, this research aims to determine the effect of emotional intelligence on the discipline of prospective priests during their formation at the St. Mikhael Major Seminary in Kupang, East Nusa Tenggara. It applies statistical analysis techniques of Pearson Correlation Product Moment with two variables. The population amounted to 200 people with a sample of 30, which is 15% of the total. Data collection technique was in the form of a questionnaire distributed to the respondents. The data is then analyzed to describe the actual situation. Based on the results of data processing and analysis, there is a significant influence of emotional intelligence on the discipline of prospective priests at St. Michael Seminary, in a strong correlation level. Seminari adalah lembaga pembinaan calon imam yang akan menjadi pelayan gereja yang handal. Sebagai imam, mereka akan berpartisipasi dalam tiga tugas Kristus (Tre munere Christi) yaitu menjadi imam (menguduskan umat manusia), nabi (memberitakan Sabda), dan raja/gembala (memimpin jemaat). Untuk itu, disiplin hidup sangat penting untuk mengembangkan empat dimensi kedewasaan, yaitu kepribadian, spiritualitas, intelek, dan kemampuan pastoral. Disiplin erat kaitannya dengan kematangan emosi setiap mahasiswa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap kedisiplinan mahasiswa calon imam selama pembinaan di Seminari Tinggi St. Mikhael Kupang, Nusa Tenggara Timur. Penelitian ini menggunakan teknik analisis statistik Pearson Correlation Product Moment dengan dua variabel. Populasi berjumlah 200 orang dengan sampel sebanyak 30 orang yaitu 15% dari jumlah keseluruhan. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner yang dibagikan kepada responden. Data tersebut kemudian dianalisis untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, terdapat pengaruh yang signifikan dari kecerdasan emosional terhadap kedisiplinan calon imam di Seminari Tinggi St. Michael, pada tingkat korelasi yang kuat.
Gereja dan Orang dengan Disabilitas (Survei Pemahaman Anggota Jemaat Gereja terhadap Kehadiran dan Pelayanan bagi Orang dengan Disabilitas) Anggi Maringan Hasiholan; Herman Yanto Nainggolan; Dewi Sintha Bratanata
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i1.432

Abstract

People with disabilities are the image of God and are often discriminated against in the church. Discrimination is done because people with disabilities are considered different from other people. Therefore, a phenomenological study is needed to understand the congregation. This research examines the congregation's understanding of the presence of people with disabilities in the church. The research method used is quantitative through a google form. The sample congregation is Gereja Kemenangan Iman Indonesia Bekasi. The research results show that GKII Bekasi is not hospitable to people with disabilities. Therefore, special attention is needed for people with disabilities and themes that discuss the existence of people with disabilities. The researcher suggested several theological themes from the perspective of disability that need to be developed, namely the destruction of sin and disability, self-identity healing, wholeness and disability, theology of the body, and hospitality for people with disabilities. Such actions will destroy the negative stigma of the congregation.Orang dengan disabilitas merupakan citra Allah yang sering didiskriminasi di gereja. Diskriminasi dilakukan karena orang dengan disabilitas dianggap berbeda dari orang yang lain dan dalam keadaan normal sebagai manusia. Anggapan ini perlu diafirmasi dengan data lapangan untuk dapat menjadi bahan pertimbangan gereja dalam merespons perjumpaan dan kehadiran orang dengan disabilitas di gereja. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa pemahaman jemaat tentang keberadaan orang dengan disabilitas yang ada di gereja. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif melalui Google form. Sampel jemaat adalah Gereja Kemenangan Iman Indonesia Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GKII Bekasi belum menunjukkan keramahtamahan terhadap orang dengan disabilitas yang tercermin dari persepsi jemaat dan keterlibatan orang disabilitas dalam pelayanan gerejawi. Oleh karena itu, diperlukan perhatian khusus bagi orang dengan disabilitas dan tema-tema yang membahas keberadaan orang dengan disabilitas. Peneliti menyarankan beberapa tema tentang teologi dari perspektif disabilitas yang perlu dikembangkan yaitu menghancurkan pemahaman dosa dan disabilitas, penyembuhan identitas diri, keutuhan dan disabilitas, teologi tubuh, dan hospitalitas bagi orang dengan disabilitas. Tindakan-tindakan demikian akan menghancurkan stigma negatif dari jemaat.
Sikap terhadap Kaum Liyan: Refleksi Teologis Penglihatan Rasul Petrus di Yope Joseph Christ Santo
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 6, No 1 (2023): September 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v6i1.564

Abstract

Indonesia is a country with various diversity, one of which is the diversity of beliefs. The potential for blind fanaticism exists in every belief. Even in Christianity there can be blind fanaticism, thus viewing oneself exclusively towards people from other groups. It is recorded in the Bible that God gave a vision to the Apostle Peter in Joppa, so that he would welcome the arrival of Cornelius' messenger, a group that differed in nationality and creed. The idea of accepting others as a theological reflection of Peter's vision has never been reported in previous research and is interesting to examine to bring about diversity tolerance. With a qualitative approach that uses the hermeneutic method of the biblical text, theological principles are found from the vision of the Apostle Peter. The implication of these theological principles is the need for the proper attitude of Christians in welcoming others, that is, a church that converts, a church that continues to learn, and a church that accepts others without prejudice. Indonesia adalah negara dengan berbagai keragaman, salah satunya adalah keragaman keyakinan. Potensi terjadinya fanatisme buta ada pada setiap keyakinan. Bahkan dalam kekristenan pun dapat terjadi fanatisme buta, sehingga memandang diri eksklusif terhadap orang dari kelompok lain. Dicatat dalam Alkitab bahwa Tuhan memberikan penglihatan kepada Rasul Petrus di Yope, agar ia mau menyambut kedatangan utusan Kornelius, kelompok yang berbeda dari segi kebangsaan dan keyakinan. Gagasan penerimaan kaum liyan sebagai refleksi teologis dari penglihatan Petrus belum pernah dilaporkan dalam penelitian sebelumnya, dan menarik untuk diteliti dalam rangka mewujudkan toleransi keberagaman. Dengan pendekatan kualitatif yang menggunakan metode hermeneutika terhadap teks Alkitab, ditemukan prinsip-prinsip teologis dari penglihatan Rasul Petrus tersebut. Implikasi dari prinsip-prinsip teologis ini adalah perlunya sikap yang tepat dari orang Kristen dalam menyambut kaum liyan, yaitu gereja yang bertobat, gereja yang terus belajar, dan gereja yang menerima kaum liyan tanpa prasangka.