Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PEMANFAATAN KACANG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L) TERHADAP PEMBUATAN TAHU KACANG KORO BERDASARKAN PERBEDAAN KONSENTRASI KOAGULAN Tantan Widiantara; WIsnu Cahyadi
Pasundan Food Technology Journal (PFTJ) Vol 4 No 3 (2017): PASUNDAN FOOD TECHNOLOGY JOURNAL (PFTJ)
Publisher : Department of Food Technology, Universitas Pasundan, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.112 KB) | DOI: 10.23969/pftj.v4i3.644

Abstract

Tahu adalah makanan semi padat yang terbuat dari susu kedelai dengan proses pengendapan protein pada titik isoelektrik, yang dipenelitian ini kacang koro sebagai bahan baku utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh konsentrasi koagulan terhadap karakteristik tahu koro pedang tanpa penambahan atau penggantian bahan lainnya. Penelitian ini terdiri dari dua tahapan yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama, untuk tahap pendahuluan terdiri dari dua faktor yang menentukan jenis koagulan dan suhu yang dipilih, jenis koagulan adalah asam sitrat, asam asetat dan kalsium sulfat, yang menggunakan suhu 60 ° C, 70 ° C dan 80 ° C. Penelitian utama terdiri dari 1 faktor dengan jumlah taraf adalah 5 (variasi konsentrasi sebagai taraf ) yaitu ; 0,25%, 1%, 1,25%, 1,5%, 1,75% dengan temperatur pemasakan adalah 70 ° C. Metode eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan ulangan sebanyak 5 kali sehingga ada 25 satuan percobaan. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa kalsium sulfat adalah koagulan terpilih dengan pada suhu pemasakan 70°C, sedangkan penelitian utama menunjukkan bahwa kalsium sulfat koagulan pada konsentrasi 1,75% adalah perlakuan yang dipilih, berdasarkan respon kimia untuk mengetahui sebelum dan sesudah penggorengan yang mengandung kadar protein tinggi sebelum digoreng sebesar 26,41% dan 23,56% setelah penggorengan, Tingkat HCN sebelum digoreng pada 43,87 ppm dan 29,25 ppm setelah digoreng, kadar karbohidrat sebelum digoreng sebesar 26,06% dan 21,15% setelah menggoreng, menggoreng kandungan lemak 2% sebelum dan setelah menggoreng sampai 21% kadar air sebelum menggoreng sebesar 76, 92 % dan 36% setelah penggorengan, dan total mikroba sebelum menggoreng 5.45x105 cfu / ml, 5,32 x 103 cfu / ml.
Determination of Galendo’s Shelf Life on Various of Storage Temperatures by Arrhenius Method Asep Dedy Sutrisno; Wisnu Cahyadi
International Journal of Science and Society Vol 3 No 4 (2021): International Journal of Science and Society (IJSOC)
Publisher : GoAcademica Research & Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.753 KB) | DOI: 10.54783/ijsoc.v3i4.400

Abstract

This study aims to estimate the shelf life by applying the Arrhenius formula model to "galendo" which is vacuum packed and stored at various temperatures. Estimation of the shelf-life limit of galendos was carried out by measuring the peroxide number and sensory values ​​of galendos which were deliberately kept open without being packed at room temperature (25 ○C). The sensory values ​​used as the threshold for consumer rejection of the level of galendo's rancid odor were achieved on the 27th day of storage and the current peroxide count value was 42.2724 meq/kg. Galendo which was vacuum packed with aluminum foil and stored at various temperatures of 15 ○C, 25 ○C, and 35 ○C, then the shelf life was determined using the Arrhenius and Q10 models based on the parameters of the total peroxide number (TPN) and the total microbial content. Based on the experiment in this study, the estimation results of galendo's shelf life based on the total peroxide number (TPN) test parameter show that storage at 15 ○C has a shelf life of 83 days with a deterioration rate (k) of 0.0207, storage at 25 ○C shelf life 67 days with a deterioration rate (k) 0.0247, and storage at a temperature of 35 ○C for 58 days with a deterioration rate (k) 0.0286. The rate of quality degradation with a value of Q10 (15 oC - 25 oC) of 1.23 and a value of Q10 (25 oC - 35 oC) of 1.16. The higher the storage temperature, the higher the microorganism content.
Perbandingan Tepung Sorgum (sorghum bicolor l. moench) dengan Tepung Singkong (Manihot Escolenta) dan Konsentrasi Gliserol Monostearat (GMS) terhadap Karakteristik Beras Analog Fortifikasi Irfan Hadiyan; Wisnu Cahyadi; Ina Siti Nurminabari
AGRIEKSTENSIA Vol 17 No 2 (2018): AGRIEKSTENSIA: Jurnal Penelitian Terapan Bidang Pertanian
Publisher : Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.358 KB) | DOI: 10.34145/agriekstensia.v17i2.86

Abstract

Latar belakang dalam penelitian ini adalah untuk memanfaatkan komoditi bahan pangan lokal sebagai upaya diversifikasi pangan dan untuk menanggulangi kekurangan akan zat gizi mikro. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan formulasi beras analog terbaik dengan menggunakan teknologi ekstruksi yang dapat diterima konsumen secara sensori. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi tepung sorgum merah dan tepung singkong dan konsentrasi gliserol monostearat terhadap beras analog yang difortifikasi. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai pembuatan beras analog yang berbasis dari tanaman sorgum dan singkong yang dapat menjadi alternatif makanan pokok dan meningkatkan nilai tambah bahan pangan lokal. Penelitian ini terdiri atas dua tahap yaitu penelitian pendahuluan sebagai yang ditujukan untuk menganalisis secara kimia terhadap bahan baku meliputi kadar air, karbohidrat, lemak, dan protein. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang meliputi dua faktor yaitu perbandingan tepung sorgum merah dan tepung sigkong, faktor kedua adalah variasi konsentrasi gliserol monostearat (GMS) Kemudian tahap yang kedua yaitu penelitian utama yang dilakukan meliputi rancangan respon organoleptik, penentuan sampel terpilih, dan analisis yang teridiri dari analisis secara kimia meliputi kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, serat, amilosa, amilopektin, zat besi, dan iodium, kemudian analisis secara mikrobiologis meliputi angka lempeng total dan analisis e.coli, kemudian analisis secara fisik meliputi pengukuran dimensi, bobot 1000 butir, dan densitas kamba.