Miskawi, Miskawi
History Education Study Program, Faculty Of Teacher Training And Education, PGRI Banyuwangi University Indonesia

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ANALISIS KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA PADA MASYARAKAT MULTIKULTUR DI UJUNG TIMUR PULAU JAWA (STUDI KASUS DI DESA PATOMAN, BLIMBINGSARI, BANYUWANGI, JAWA TIMUR) Yudiana, I Kadek; Miskawi, Miskawi; Pardi, I Wayan
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v6i2.12033

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk menganalisis latar belakang kerukunan antarumat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Patoman, Rogojampi, Banyuwangi, 2) Menganalisis bentuk kerukunan antarumat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Patoman, Rogojampi, Banyuwangi, 3) Menganalisis nilai-nilai karakter yang terkandung dalam kerukunan antarumat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Patoman Rogojampi, Banyuwangi. Sedangkan Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu penentuan lokasi penelitian, metode penentuan informan, metode pengumpulan data, istrumen penelitian, metode pengujian keabsahan data, dan metode analisis data. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang kerukunan antarumat beragama di Desa Patoman dapat dilihat dari perspektif agama Islam tentang toleransi; agama Hindu dengan ajaran Tat Twam Asi, Ahimsa, Tri Hita Karana, dan Desa Kala Patra; agama Kristen dengan ajaran cinta kasihnya. Sedangkan dalam perspektif ajaran agama Budha terdapat ajaran satu adalah semua dan semua adalah satu. Selain kemajemukan dan kemultikulturan masyarakat di Desa Patoman dapat terjaga berkat keberadaan ideologi pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa. Adapun bentuk kerukunan antarumat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Patoman meliputi: dialog lintas agama maupun etnik dan kerjasama antarumat beragama; meyakini agama sendiri dan menghargai agama orang lain; dan doa bersama. Sedangkan nilai yang terkandung dalam kemultikulturan masyarakat Desa Patoman meliputi: Nilai Social, Simpati, Toleransi dan Empati, Religious, Nasionalisme, Gotong Royong, Demokrasi, Bersahabat/komunikatif, kecintaan terhadap lingkungan, cinta damai, dan peduli sosial. Kata Kunci: Kerukunan,antar umat beragama,  Multikultural, dan Nilai Karakter
Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Gula Semut di Desa Patoman Kabupaten Banyuwangi I Wayan Pardi; I Kadek Yudiana; Miskawi Miskawi
Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 1 (2019): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.621 KB) | DOI: 10.30651/aks.v3i1.1792

Abstract

The purpose of this service is to train the community in producing and packaging sugar ants made from coconut sap. The service location is in Patoman Tengah Hamlet, Patoman Village, Blimbingsari District, Banyuwangi Regency. Meanwhile, the partners that were made the object of service were unproductive groups of people in producing brown sugar and people who had previously produced printed red sugar but had now stopped because of various kinds of problems. The method used in this training is to bring in experts from the Desperindag Banyuwangi who master the field of making ant sugar. The sugar production process of ants in Patoman Village starts from filtering coconut sap using a filter cloth to remove impurities, the clean coconut juice is then put into a pan and then cooked with a stove. After the head juice becomes thick, it is continued by solidification (compaction). Solid coconut sap continues to stir until it becomes a crystal (crystallization). After the crystal is formed, refinement is also carried out by using wood made of pressure. After that filtering is done using a sieve that has been prepared. The ant sugar is then dried under the sun for 3-4 hours. Finally, the packaging of ant sugar is done using plastic and plastic bottles. 
ANALISIS KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA PADA MASYARAKAT MULTIKULTUR DI UJUNG TIMUR PULAU JAWA (STUDI KASUS DI DESA PATOMAN, BLIMBINGSARI, BANYUWANGI, JAWA TIMUR) I Kadek Yudiana; Miskawi Miskawi; I Wayan Pardi
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 6 No. 2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish-undiksha.v6i2.12033

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk menganalisis latar belakang kerukunan antarumat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Patoman, Rogojampi, Banyuwangi, 2) Menganalisis bentuk kerukunan antarumat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Patoman, Rogojampi, Banyuwangi, 3) Menganalisis nilai-nilai karakter yang terkandung dalam kerukunan antarumat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Patoman Rogojampi, Banyuwangi. Sedangkan Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu penentuan lokasi penelitian, metode penentuan informan, metode pengumpulan data, istrumen penelitian, metode pengujian keabsahan data, dan metode analisis data. Hasil penelitian menunjukkan latar belakang kerukunan antarumat beragama di Desa Patoman dapat dilihat dari perspektif agama Islam tentang toleransi; agama Hindu dengan ajaran Tat Twam Asi, Ahimsa, Tri Hita Karana, dan Desa Kala Patra; agama Kristen dengan ajaran cinta kasihnya. Sedangkan dalam perspektif ajaran agama Budha terdapat ajaran satu adalah semua dan semua adalah satu. Selain kemajemukan dan kemultikulturan masyarakat di Desa Patoman dapat terjaga berkat keberadaan ideologi pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa. Adapun bentuk kerukunan antarumat beragama pada masyarakat multikultur di Desa Patoman meliputi: dialog lintas agama maupun etnik dan kerjasama antarumat beragama; meyakini agama sendiri dan menghargai agama orang lain; dan doa bersama. Sedangkan nilai yang terkandung dalam kemultikulturan masyarakat Desa Patoman meliputi: Nilai Social, Simpati, Toleransi dan Empati, Religious, Nasionalisme, Gotong Royong, Demokrasi, Bersahabat/komunikatif, kecintaan terhadap lingkungan, cinta damai, dan peduli sosial. Kata Kunci: Kerukunan,antar umat beragama,  Multikultural, dan Nilai Karakter
PEGEMBANGAN PERAN PEREMPUAN PESISIR DI MUNCAR: ANALISIS DAN PEMETAAN KUALITAS SUMBER DAYA PADA PEREMPUAN MUDA Herwin Kurniadi; Mohammad Reza Pahlevi; Miskawi Miskawi; Teguh Purnomo
UNEJ e-Proceeding Seminar Nasional Ekonomi dan Bisnis (SNAPER-EBIS 2017) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jembe
Publisher : UPT Penerbitan Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fenomena kehidupan masyarakat pesisir selalu dicirikan oleh kemiskinan dan ketakberdayaan. Masyarakat nelayan sebagai ciri komunitas yang relatif dominan di wilayah pantai, seringkali diliputi oleh masalah perekonomian yang kurang stabil. Keadaan ini sangat fantastis dan kontradiktif, karena kondisi alam yang punya potensi dan sumber daya alam melimpah. Fokus penelitian ini adalah pada peran wanita yang mempunyai peran sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai pengelola dan pemasaran ikan hasil tangkapan dari kaum laki-laki. Penelitian ini menggunakan analisa kualitatif yang bertujuan mengungkapkan permasalahan yang ada sedetail mungkin pada kondisi perempuan muda pesisir dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, interview dan dokumentasi. Hasil penelitian ini adalah kemampuan dan peran wanita muda di Muncar masih rendah, hanya sebagai penjual ikan saja tanpa melakukan rekondisi apapun lagi juga tidak mengakomodasi potensi wilayah yang bisa digarap menjadi sumber pendapatan, terkesan tidak kreatif mengelola potensi, mempunyai pemikiran pragmatis dan minim skill/kemampuan dan mengarah pada perilaku konsumtif. Budaya dan nilai yang dibangun antar generasi perempuan menitik beratkan peran perempuan mendukung suami namun tidak dikembangkan mekanisasi logis bahwa kreativitas, pengetahuan dan keahlian sangatlah penting untuk membangun keluarga sejahtera. Sistem dan jaringan program-program yang ada terkait pengembangan perempuan banyak namun tidak memiliki koherensi kepada tujuan pengembangan dan kemanfaatannya. Disini diperlukan upaya menajamkan semua sistem dan tata nilai sehingga perubahan dinamis diperlukan untuk mengubah kondisi yang ada.
MODEL PENGEMBANGAN BUNGKER JEPANG SEBAGAI DESTINASI WISATA SEJARAH DI DESA KETAPANG, KECAMATAN KALIPURO, KABUPATEN BANYUWANGI Miskawi; Abdul Shomad
Candra Sangkala Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jcs.v3i2.47053

Abstract

Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi peninggalan sejarah Jepang yaitu Bungker. Namun peninggalan Bungker Jepang belum terinventarisasi dan belum dapat dikembangkan menjadi objek wisata sejarah. Tujuan dalam penelitian ini, Pertama: inventarisi Peninggalan Bangker dan Gua Jepang, Kedua: Model Pengembangan Bungker jepang sebagai destinasi wisata sejarah. Metodelogi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif kualitatif. Metode Pengumpulan data Observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisi yang digunakan adalah Analisis SWOT. Hasil penelitian Keberadaan Bungker dan Gua Jepang berada di Desa Ketapang terdapat di Dusun Gunung Remuk dan Dusun Selogiri. Di Dusun Selogiri terdapat 2 yaitu bungker dan Gua KTP-WD 01 & KTP-WD 02 dan di Dusun Gunung Remuk terdapat 22 bungker dan Gua yaitu KTP-GNR 01 s.d KTP-GNR 22. Hasil analisis faktor internal dan analisis faktor eksternal bahwa pengembangan bungker sebagai destinasi wisata sejarah di kabupaten Banyuwangi memiliki peluang yang sangat baik. Model pengembangan Bungker sebagai objek Wisata sejarah adalah pariwisata terpadu dan berkelanjutan dengan fokus pada pengembangan kawasan wisata. Strategi pemasaran yang digunakan adalah model pemasaran terpadu dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki yang meliputi Sumberdaya arkeologi, sumberdaya alam, dan sumberdaya manusia dengan menggunakan media promosi online dan offline.
COMMUNITY LIFE “KAMPUNG BALI” REVIEW FROM SOCIAL, ECONOMIC AND CULTURAL ASPECTS (STUDY IN PATOMAN VILLAGE, BLIMBINGSARI DISTRICT, BANYUWANGI DISTRICT) Dhalia Soetopo; Miskawi; Hanaul Vera Fatehah
International Jurnal of Education Schoolars Vol. 1 No. 3 (2020): INTERNATIONAL JOURNAL OF EDUCATION SCHOOLARS
Publisher : MAN Insan Cendekia Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kampung Bali is an inland area located in Patoman Village, Blimbingsari District, Banyuwangi Regency in the midst of cultural, religious, ethnic and linguistic diversity, but can live side by side with one another. The topics of the problem in this research are: (1) The history of the existence of Kampung Bali in Patoman Village, Blimbingsari District, Banyuwangi Regency, (2) The Social, Economic and Cultural Life of Kampung Bali in Patoman Village, Blimbingsari District, Banyuwangi Regency, (3) Community efforts Kampung Bali in Banyuwangi Regency in preserving Balinese culture. The method used is a qualitative descriptive method with data collection techniques of observation, interviews, and documentation. The theory used in analyzing this research is Talcott Parsons' theory of Structural Functionalism. The results of this study indicate that (1) the history of the existence of the Balinese village is divided into three waves, namely wave I, there was upheaval during the Blambangan kingdom, waves II & III occurred during the eruption of Mount Agung, (2) the Balinese village community was able to adapt to maintain its sustainability both in terms social, economic and cultural. (3) The efforts of the people of Kampung Bali to preserve Balinese culture include the holding of PKB, the existence of a school for Balinese arts and culture, socialization to youth about Balinese customs and culture, the formation of the Youth Union in the Balinese village called Peradah (Indonesian Hindu Dharma Association).
HISTORY OF THE LOCALIZATION OF GEMPOL PORONG YEAR 1974-2020 IN KALIPOSO VILLAGE: HISTORY OF THE LOCALIZATION OF GEMPOL PORONG YEAR 1974-2020 IN KALIPOSO VILLAGE Siti Holifatun; Dhalia Soetopo; Agus Mursidi; Miskawi
International Jurnal of Education Schoolars Vol. 2 No. 3 (2021): INTERNATIONAL JOURNAL OF EDUCATION SCHOOLARS
Publisher : MAN Insan Cendekia Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the historical dynamics of Gempol Porong localization which is located in Kaliploso Village, Cluring District, Banyuwangi Regency. The problems studied in this research are: 1). What is the background of the establishment of Gempol Porong Localization? 2). What are the positive and negative impacts of Gempol Porong Localization for the people of Kaliploso Village? 3). What are the community's efforts to prevent the growth of Gempol Porong Localization in Kaliploso Village?. The methodology used in this research is a qualitative analysis approach, which is used to describe the Gempol Porong Localization in 1974-2020. The results of the research conducted at Gempol Porong Localization, Kaliploso Village, started from a collection of small locations located in Cawanan, Plampang, Plosorejo and Rumping. After deliberation and consideration of the establishment of localization in 1974, there was a policy from the Village Government to relocate the locations of these illegal sex workers to remote areas of Cangkring away from the crowds, at that time they were still under the Tampo Village Administration. The year 1998 became a new historical finding regarding the division of the Village, where Dusun Plosorejo carried out the division of the territory, becoming the Village of Kaliploso. The policy shifts to Kaliploso Village to oversee the growth and development of the Gempol Porong Localization. The dynamics of Gempol Porong localization have changed from a social and economic perspective. In 1974-2020 the localization experienced ups and downs of changes from an increase in the economy, changes in lifestyle (clothing, home design and health care). The 2011 policy on localization closures issued by Banyuwangi Regent Regulation No. 88 of 2011. Impact on the income of dependent people. Therefore, the government must also provide a solution with the closure. Various efforts have been made by the community to break the chain of localization development by providing health education conducted by the health authorities, creativity training and child assistance by volunteers to provide education about protecting themselves to avoid sexual crimes
Pendampingan Kegiatan Organisasi Legiun Veteran di Kabupaten Banyuwangi Miskawi Miskawi; Abdul Shomad; Wageyono Wageyono
JATI EMAS (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat) Vol 6 No 3 (2022): Jati Emas (Jurnal Aplikasi Teknik dan Pengabdian Masyarakat)
Publisher : Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perkumpulan Dosen Indonesia Semesta (DIS) Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36339/je.v6i3.648

Abstract

Legiun Veteran Republik Indonesia or LVRI is an organization that brings together veterans of the Republic of Indonesia. LVRI Banyuwangi Regency has a routine agenda of activities. One of them is the commemoration of National Veterans Day every August 10. This community service activity is carried out in the form of mentoring this commemoration activity. The series of activities include the sowing of flowers which begins with a ceremony at the hero's graveyard and a thanksgiving event. Assistance is provided to assist in organizing events, particularly in the form of event arrangements and personnel assistance. In the Thanksgiving event, the team of lecturers helped organize the event. The students were involved as conductors and MCs. This assistance is a pioneer of cooperation to provide a forum for veterans to pass on their love for the homeland.
Sejarah Lembaga dan Kebudayaan Agama Khonghucu di Indonesia Topan Priananda Adinata; Miskawi Miskawi
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 1 No 2 (2017): Santhet : Jurnal Sejarah, Pendidikan dan Humaniora
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.114 KB)

Abstract

Keragaman budaya yang ada di Indonesia dan kebebasan dalam beragama memberikan ruang tersendiri terhadap perkembangan kebudayaan Khonghucu. Kedatangan budaya Khonghucu berawal dari kedatangan Portugis dan Belanda yang mana mereka telah memeluk agama ini, tapi tidak menjadi bangsa Cina. Metode penulisan ini menggunakan pendekatan historis dan studi pustaka menunjukan hasil bahawa khonghucu merupakan bagian dari kebinekaan Indosesia
Strategi Pengembangan Potensi Desa Melalui Peran Pemuda Menuju Desa Berdaya Dan Desa Wisata: Strategy For Developing Village Potential Through Role Youth Towards A Powerful Village and Tourism Village Dhalia Soetopo; Miskawi Miskawi; Hervina Nurullita; Siti Holifatun
Ngarsa: Journal of Dedication Based on Local Wisdom Vol. 2 No. 1 (2022): Ngarsa: Journal of Dedication Based on Local Wisdom
Publisher : LP2M UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kaliploso is a village in Cluring District, Banyuwangi Regency which has a lot of potential, one of which is a Horticultural Village. The existing potentials must be developed to become village-based tourist destinations in order to improve the community's economy. Village development efforts must involve many parties, one of which is the role of youth. Youth as the spearhead towards change with all the potential it has. The method used is qualitative research. The data collectors used include observation, interviews and documentation. Based on the results and discussion, the existence of Karangtaruna contributes a lot to the development of Kaliploso Village as an empowered village and a tourist village. The youth together with the village government produced various creative ideas packaged in a festival agenda ranging from agriculture, animal husbandry, health, culture and religion. Kaliploso adalah sebuah desa di Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi yang memiliki banyak potensi salah satunya sebagai Desa Hortikultura. Potensi-potensi yang ada harus dikembangkan untuk menjadi destinasi wisata berbasis desa agar dapat memperbaiki ekonomi masyarakat. Upaya pengembangan desa harus melibatkan banyak pihak salah satunya peran pemuda. Pemuda sebagai ujung tombak menuju perubahan dengan segala potensi yang dimilikinya. Metode yang digunakan penelitian kualitatif. Pengumplan data yang diunakan antara lain observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil dan pembahasan, keberadaan Karangtaruna banyak memberikan konstribusi bagi pengembangan Desa Kaliploso sebagai desa berdaya dan desa wisata. Dari pemuda bersama pemerintah desa menghasilkan berbagai ide kreative dikemas agenda festival mulai dari pertanian, peternakan, kesehatan, budaya dan keagamaan