Bahan baku utama dalam pembuatan mi instan adalah tepung terigu yang sampai saat ini biji gandum sebagai bahan bakunya masih harus diimpor. Kebutuhan gandum untuk tepung terigu di Indonesia sangat tinggi. Salah satu upaya mengurangi penggunaan tepung terigu dengan memanfaatkan bahan baku lokal yang banyak tersedia misalnya pati sagu. Saat ini konsumsi sagu kebanyakan dikonsumsi dalam bentuk makanan tradisional seperti papeda, kapurung, sagu bakar dan lain-lain. Produk olahan sagu perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan selera masyarakat. Salah satunya dijadikan bahan baku dalam proses pembuatan mi instan.           Penelitian ini dilakukan secara eksprimen dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam. Apabila hasil F hitung lebih besar atau sama dengan F tabel maka dilanjutkan dengan uji beda nyata DNMRT pada taraf 5%. Mi instan sagu yang dibuat dengan skala “home industry†dilakukan uji penerimaan oleh 35 panelis dengan cara membandingkannya dengan mi instan komersil. Uji organoleptik dilakukan pada dua sampel mi instan, mi instan sebelum dan setelah dimasak. Setelah itu dilakukan analisis usaha mi instan yang terbuat dari pati sagu asal Riau. Data penerimaan panelis terhadap mi instan sagu dianalisis menggunakan Qohran’s Q Test dan data analisis usaha mi instan sagu ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.           Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perebusan memberikan pengaruh nyata terhadap semua parameter mutu yaitu keutuhan, kadar air, kadar protein dan bilangan asam mi instan sagu. Mi instan sagu yang dihasilkan dari perlakuan P2, P4 dan P5 telah memenuhi standar mutu mi instan (SNI 01- 3551- 2000). Mi instan terbaik diperoleh dari perlakuan S2 (lama perebusan 15 menit) yang mempunyai keutuhan sebesar 93,96%, kadar air setelah pengeringan 10,87%, kadar air setelah penggorengan dan 9,99%, kadar protein 11,53% dan bilangan asam 0,21 mg KOH/g minyak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mi instan sagu dapat diterima oleh panelis berdasarkan uji Qohran Q test. “Home Industry†mi instan berbasis sagu mempunyai prospek yang menguntungkan dan layak untuk diusahakan karena nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C > 1)