p-Index From 2019 - 2024
1.556
P-Index
This Author published in this journals
All Journal JURNAL ILMIAH PLATAX
Sangari, Joudy R. R.
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Marine Sustainable Yield Analysis of Pelagic Fisheries in Sea Based on Catch Landing data From Tumumpa Fishery Harber, Manado North Sulawesi Rumambi, David Y; Rembet, Unstain N. W. J.; Sangari, Joudy R. R.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): EDISI JANUARI-JUNI 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.17866

Abstract

This research activity took place in Manado City, North Sulawesi Province with activities centered on the Tumumpa Fishery Harbor (PPP). The data were recorded from capture fisheries activity conducted in the Sulawesi Sea and its surroundings landed in the Tumumpa Fishery Harbor. The purpose of this study was to analyze the stock value and Maximum Sustainable Yield (MSY) of pelagic fish in the Sulawesi Sea based on the approach of the surplus production model (Model Schaefer). This research is expected to be used as a consideration in the management of pelagic fish stocks in the Sulawesi Sea, and can be used as a basis for further research. This research uses secondary data collection method in the form of statistical document and record available. The data taken, including fish catch and fishing effort or effort (trip), from 2012 to 2016 (5 years). The results show that production value is inversely proportional to the value of effort, where the value of production from 2012 to 2016 has decreased every year, while the value of effort from 2012 to 2016 has increased. This condition indicates that the presence of pelagic fish stocks in the Sulawesi Sea and surrounding areas has been and is experiencing a decline that impacts on the decrease of production every year with a large percentage and this condition also indicates the occurrence of potentially overfishing. The value of MSY utilization of capture fishery resources in the Sulawesi Sea based on Tumumpa Fishery Harbor data were 16,305.45 tons / year for HMSY and 1,664,59 trips / year for EMSY, with TAC of 13,044.36 tons / year.Keywords :  Capture fishery, MSY, Pelagic, Surplus Production Model, Tumumpa ABSTRAK Kegiatan penelitian ini berlangsung di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara dengan kegiatan berpusat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa Manado. Aktivitas perikanan tangkap yang ditelaah berlangsung di kawasan perairan Laut Sulawesi dan sekitarnya berdasarkan data PPP Tumumpa Manado. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai stok dan Maximum Sustainable Yield (MSY) ikan pelagis di Laut Sulawesi berdasarkan pendekatan model produksi surplus (Model Schaefer). Penelitan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan stok ikan pelagis di Laut Sulawesi dan sekitarnya, serta dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sekunder berbentuk dokumen. Data yang diambil adalah data tangkapan ikan dan upaya penangkapan ikan atau effort (trip), dari tahun 2012 sampai dengan 2016 (5 Tahun). Hasil penelitian menunjukkan nilai produksi berbanding terbalik dengan nilai effort, di mana nilai produksi dari tahun 2012 sampai 2016 mengalami penurunan setiap tahunnya, sedangkan nilai effort dari tahun 2012 sampai tahun 2016 mengalami peningkatan. Kondisi yang terjadi ini mengindikasikan bahwa keberadaan stok ikan pelagis di Laut Sulawesi dan sekitarnya telah dan sedang mengalami penurunan yang berdampak pada penurunan produksi setiap tahun dengan persentase yang cukup besar di mana kondisi ini mengindikasikan terjadinya overfishing. Nilai MSY pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap di Laut Sulawesi berdasarkan data PPP Tumumpa Manado sebesar 16.305,45 ton/tahun untuk HMSY, dan 1.664,59 trip/tahun untuk EMSY, dengan TAC sebesar 13.044,36 ton/tahun.Kata Kunci: Perikanan Tangkap, MSY, Pelagis, Model Produksi Surplus, Tumumpa
Avicennia marina Leaf Morphometric Digital Data Visualization In Tongkaina And Bintauna Coastal Areas Robot, Rianto; Sangari, Joudy R. R.; Toloh, Boyke H.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): ISSUE JANUARY-JUNE 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.17878

Abstract

The development of biology has been a major step in explaining variations in form. Information on the morphometric characteristics of A. marina leaves can be collected, managed, calculated and displayed visually using the current emerging technologies. The emerging technology is image processing software. In this study, the leaf identification was performed automatically on digital image data to measure variations and make morphometrics leaf digitalization using the software. Measurement and visualization on the morphometric s of the shape based on digital image data is still rare. To know the comparison of morphometric characters of leaf based on location difference, the research was done by comparing morphometric of A. marina leaves in Bintauna and Tongkaina using digital image processing technology and object analysis. A. marina leaf samples were collected and imaged with the camera. Furthermore, the image is processed with ImageJ to obtain the results of morphometric character and leaf landmark data. The results of the length ratio and width of the leaf were tested by t test, while the landmark data was visualized with PAST software. Image data also analyzed and visualized using elliptic Fourier descriptors (EFDs) method, plus visualization of the size and overall shape of leaf contours using Photoshop. The results showed that the size of A. marina leaves in Tongkaina are greater than that of Bintauna. A. marina leaves at Tongkaina have a length of 65,36 mm, width 36,02 mm, wide by 169,24 mm2 and circle 178,78 mm, While in Bintauna have a length of 63,76 mm, width 31,82 mm, width 149.63 mm2 and circle 166.50 mm. Visualization applied directly on A. marina leaf shape using the technique of point of coordinates of leaf (landmark) and leaf edge contour detection technique using Photoshop, the result of a whole analysis indicates that A. marina leaves in Tongkaina have symmetrical mean (morphometric) which is slightly different than those in Bintauna. Based on the result of EFDs method calculation and statistical t test, the result shows that leaf size of both populations of A. marina in Tongkaina and Bintauna has no difference.Keywords: Digital Imagery, Visualization, Morphometrics, Avicennia marina, Bintauna, TongkainaABSTRAKPerkembangan biologi telah menjadi langkah besar dalam menjelaskan variasi bentuk. Informasi mengenai data karakteristik morfometrik daun A. marina dapat dikumpulkan, dikelola dan dihitung serta ditampilkan secara visual menggunakan teknologi yang berkembang saat ini. Teknologi yang sedang berkembang adalah perangkat lunak pengolah gambar. Identifikasi daun dapat dilakukan secara otomatis pada data citra digital untuk mengukur variasi dan membuat digitalisasi morfometrik daun menggunakan perangkat lunak.Pengukuran dan penggambaran (visualisasi) mengenai bentuk morfometrik berdasarkan data citra digital masih belum banyak dilakukan. Untuk mengetahui perbandingan karakteristik morfometrik daun berdasarkan perbedaan lokasi, dilakukan penelitian dengan membandingkan morfometrik daun A. marina yang ada di Bintauna dan Tongkaina menggunakan teknologi digital image processing dan analisis objek untuk melakukan visualisasi data. Sampel daun A. marina dikumpulkan dan dicitrakan dengan kamera. Selanjutnya citra diproses dengan ImageJ untuk mendapatkan hasil pengukuran karakter morfometrik dan data landmark daun. Hasil pengukuran rasio panjang dan lebar daun diuji dengan uji t, sedangkan data landmark divisualisasi dengan perangkat lunak PAST. Data citra juga dianalisis dan divisualisasi dengan metode elliptical fourier descriptors (EFDs), ditambah dengan visualisasi ukuran dan bentuk keseluruhan dari kontur daun menggunakan Photoshop. Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran daun A. marina yang ada di Tongkaina lebih besar dibandingkan dengan yang ada di Bintauna. Daun A. marina di Tongkaina memiliki ukuran panjang 65,36 mm, lebar 36,02 mm, luas 169,24 mm2 dan lingkaran 178,78 mm, Sedangkan di Bintauna memiliki ukuran panjang 63,76 mm, lebar 31,82 mm, luas 149,63 mm2 dan lingkaran 166,50 mm. Visualisasi secara langsung dari bentuk daun A. marina dengan teknik menggunakan titik koordinat daun (landmark) serta menggunakan teknik pendeteksian tepi bentuk kontur daun menggunakan Photoshop, hasil analisis keseluruhan menunjukan bahwa daun A. marina yang ada di Tongkaina memiliki bentuk rata-rata kesimetrisan (morfometrik) yang sedikit berbeda dibandingkan dengan yang berada di Bintauna. Berdasarkan hasil uji statistik dengan metode (EFDs) kemudian dilanjutkan dengan uji t, menunjukan hasil bahwa ukuran daun kedua populasi A. marina yang di Tongkaina dan Bintauna adalah tidak berbeda.Kata kunci : Citra digital, Visualisasi, Morfometrik, Avicennia marina, Bintauna, Tongkaina 
Development Of Community Based Ecotourism In Bahoi Village, West Likupang District, North Minahasa Regency Asari, Ayu; Toloh, Boyke H.; Sangari, Joudy R. R.
Jurnal Ilmiah PLATAX Vol 6, No 1 (2018): EDISI JANUARI-JUNI 2018
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.6.1.2018.17877

Abstract

In the spatial development of North Sulawesi Province, Bahoi Village is one of the coral reef conservation development areas developed into community based ecotourism village. One area that has the potential is Bahoi Village District West Likupang North Minahasa District with the concept of marine community-based ecotourism. This potential is supported by Regional Regulation No. 1 of 2014 in North Sulawesi Province Spatial Planning. This study aims to determine the status of ecotourism development in Bahoi Village and evaluate the principles and concepts of ecotourism using a qualitative descriptive method. In this research, the data were taken by conducting literature study, verification, field survey, and an interview. Interviews were conducted using questionnaires as many as 18 questions/statements containing topics on the management of ecotourism in Bahoi Village, ecotourism concepts, and principles. Questions are presented and analyzed using R and SPSS programs. R is an integrated software unit with several facilities for manipulation, calculation, and reliable graphics performance. SPSS is an application that has a high enough statistical analysis capability and data management systems in the graphical environment by using descriptive menus in simple dialog boxes and easy to understand how to operate. Based on the results of the analysis, there are several problems concerning the management of ecotourism that still overlap, ecotourism principles that have not been reached, especially on economic principles, and the lack of community empowerment. Through this research it can be concluded that ecotourism of Bahoi Village has not given full impact, ecotourism management which is not good can, in turn, forget the economic interest of the local community, and there is urgent need to make Standard Operational Procedure (SOP) of ecotourism for community-based ecotourism management. Furthermore, the concept and principles of ecotourism that has not been applied thoroughly then need to be reviewed for better future.Keywords: development, marine ecotourism, ecotourism management, Bahoi villageABSTRAKDalam pengembangan tata ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Desa Bahoi merupakan salah satu kawasan pengembangan koservasi terumbu karang yang dikembangkan menjadi Desa Ekowisata Berbasis Masyarakat.Salah satu wilayah yang memiliki potensi tersebut yaitu Desa Bahoi Kecamatan Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara dengan konsep ekowisata bahari berbasis masyarakat. Potensi ini didukung dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara yaitu Desa Bahoi merupakan salah satu kawasan pengembangan konservasi terumbu karang.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status pengembangan ekowisata yang ada di Desa Bahoi dan mengevaluasi prinsip-prinsip dan konsep ekowisata menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini data di ambil dengan studi literature, verifikasi, survei lapangan dan wawancara. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebanyak 18 Pertanyaan/pernyataan yang berisisi tentang pengelolaan ekowisata di Desa Bahoi, konsep dan prinsip-prinsip ekowisata. Pertanyaan disajikan dan di analisis menggunakan program R dan SPSS. R adalah suatu kesatuan software yang terintegrasi dengan beberapa fasilitas untuk manipulasi, perhitungan dan penampilan grafik yang handal. SPSS adalah sebuah program aplikasi yang memiliki kemampuan analisis statistik cukup tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis dengan menggunakan menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog yang sederhana sehingga mudah untuk dipahami cara pengoperasiannya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat beberapa masalah mengenai pengelolaan ekowisata yang masih tumpang tindih, peinsip-prinsip ekowisata yang belum tercapai terutama pada prinsip ekonomi, kurangnya pemberdayaan masyarakat .Dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan ekowisata Desa Bahoi belum memeberi dampak secara menyeluruh, pengolaan ekowisata yang kurang baik dapat melupakan kepentingan ekonomi masyarakat lokal untuk itu perlu di buat Standar Operasional Prosedur ekowisata yang mengatur manajemen ekowisata,. Kosep dan prinsip-prinsip ekowisata yang belum diterapkan secara menyeluruh  maka perlu di kaji kembali.Kata Kunci: Kajian pengembangan, ekowisata bahari, pengelolaan Ekowisata, Desa Bahoi 
Spatial Distribution of Marine Debris on Northern Coastal Waters of Minahasa Moningka, Ivana Trixie Louisa; Sangari, Joudy R. R.; Wantasen, Adnan S.; Lumingas, Lawrence J. L.; Moningkey, Ruddy D.; Pelle, Wilmy E.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 9 No. 1 (2021): ISSUE JANUARY - JUNE 2021
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.9.1.2021.34021

Abstract

Marine debris is one of the biggest pollution problems in the world. There are various potentials of marine and beach tourism to attract tourists, but in turn, cause a waste disposal accumulation and coupled with the built-in garbage that comes from the sea. The research was conducted at Tasik Ria Beach, Tombariri, and Marine Field Station of the Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Sam Ratulangi University in Likupang. The aims of this study were (1) to identify the types of marine debris, and (2) to determine and compare the spatial distribution pattern of marine debris in the two designed locations. The sampling technique adapted from the shoreline survey methodology designed by NOAA was used in the study. Data were then statistically processed and analyzed using data mining software (MS Excel and Orange). This study found that the category of plastic and rubber waste is the most common category with the total amount on Tasik Ria Beach 54.39% and 97.55% in the Marine Field Station of Faculty of Fisheries and Marine Sciences in Likupang respectively. The correlation coefficient between the composition of the amount and mass of marine debris is 0.89 which indicates a close relationship between the amount and mass composition. There are many factors that cause the distribution of various types of marine debris, one of which is the activities of the people around the coastal area.Keywords: Marine debris; Category; Type; CompositionAbstrakSampah laut merupakan salah satu masalah polusi yang besar di dunia. Beragam potensi wisata bahari dan pantai menjadi daya tarik wisatawan namun aktivitas wisata dapat mengakibatkan adanya buangan sampah oleh masyarakat dan wisatawan, ditambah lagi dengan sampah bawaan yang berasal dari laut. Penelitian ini dilakukan di Pantai Tasik Ria, Tombariri dan Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi untuk mengidentifikasi jenis sampah laut di perairan pantai Minahasa bagian utara dan mengetahui persebaran dan perbandingan distribusi sampah laut dua lokasi penelitian. Berdasarkan hasil pengambilan sampel dengan mengadaptasi metode Shoreline Survey Methodology berdasarkan NOAA yang kemudian diolah dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan beberapa perangkat lunak (MS Excel dan Orange) diperoleh kategori sampah plastik dan karet sebagai kategori yang paling banyak ditemukan dengan komposisi jumlahnya di Pantai Tasik Ria sebesar 54,39% dan 97,55% di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Nilai koefisien korelasi antara komposisi jumlah dan massa sampah laut sebesar 0.89 yang menyatakan hubungan yang erat antara komposisi jumlah dan massa. Banyaknya faktor yang menyebabkan terdistribusinya beragam jenis sampah laut, salah satunya adalah aktivitas masyarakat di sekitar wilayah pesisir.Kata kunci: Sampah Laut; Kategori; Jenis; Komposisi
Structure Of The Mangrove Community In Meras Beach, Bunaken District, Manado City, North Sulawesi Situmorang, Ezra Monika; Kambey, Alex D.; Salaki, Meiske Sofie; Lasabuda, Ridwan; Sangari, Joudy R. R.; Djamaluddin, Rignolda
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 9 No. 2 (2021): ISSUE JULY-DECEMBER 2021
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.9.2.2021.35323

Abstract

Meras is one of the sub-districts with high potential for coastal areas, located in Bunaken District, is the largest sub-district in Manado city, North Sulawesi, has a variety of complete coastal ecosystems such as mangrove forests. The potential of mangrove forests along the Meras coast in the northern part of Bunaken National Park has an important role in terms of ecology and economy as well as an important asset to be maintained and preserved. This study aims to determine the structure of the mangrove community and the current mangrove area. This research was conducted on May 29, 2021, carried out using the quadratic method. The results showed that the highest species density was Sonneratia alba with a value of 900 trees/ha with a relative density of 61.4%, while the lowest species density was Rhizophora mucronata (33 ind/ha) with a relative density of 2.3%. Furthermore, the highest frequency was found in the species Sonneratia alba and Avicenia marina with the same relative frequency value of 38%. Meanwhile, the species with the highest dominance value was Nypa fruticant, with a relative dominance value of 39.9%, and the species with the lowest value, Bruguiera gymnorhiza, with a relative dominance value of 4.6%. The results of the calculation of the mangrove area on the Meras beach are 53.9 hectares.Keywords: Meras Beach; Mangrove; Community StructureAbstrakHutan mangrove merupakan tipe hutan tropika dan subtropika yang khas, tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Kelurahan Meras adalah salah satu Kelurahan dengan potensi wilayah pesisir yang tinggi, terletak di Kecamatan Bunaken, merupakan wilayah kecamatan terluas di kota Manado Sulawesi Utara yang memiliki beranekaragam ekosistem pesisir yang lengkap yang salah satunya adalah hutan mangrove. Potensi  hutan  mangrove yang terdapat  di sepanjang  pesisir pantai Meras wilayah Taman Nasional Bunaken bagian utara yang masih menyimpan hutan mangrove, memiliki peran penting baik itu dari segi ekologi maupun ekonomi yang merupakan salah satu aset yang penting untuk  dijaga dan dilestarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana struktur komunitas mangrove dan berapa luasan mangrove yang tersisa saat ini. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2021, dilakukan di kawasan mangrove Pantai Meras, Kecamatan Bunaken, Kota Manado, Sulawesi Utara. Metode yang di gunakan yaitu metode kuadrat (quadrat methods) untuk mengetahui struktur komunitas mangrove. Berdasarkan hasil dari ke-3 zona menunjukkan  bahwa kerapatan jenis tertinggi dimiliki oleh Sonneratia alba dengan nilai 900 pohon/ha dengan kerapatan relatif jenis 61,4%, sedangkan kerapatan spesies terendah yaitu spesies Rhizophora mucronata (33 ind/ha) dengan nilai kerapatan relatif spesies yaitu 2,3%. Selanjutnya frekuensi tertinggi terdapat pada spesies Sonneratia alba dan Avicenia marina  dengan nilai frekuensi relatif yang sama sebesar 38%. Sedangkan  spesies yang memiliki nilai dominasi paling tinggi Nypa fruticant yaitu dengan nilai dominasi relatif 39,9% dan spesies yang yang memiliki nilai paling rendah Bruguiera gymnorhiza yaitu dengan nilai dominasi relatif 4,6%. Hasil perhitungan luas mangrove di pantai Meras 53,9 hektar.Kata kunci: Pantai Meras, Mangrove, Struktur Komunitas
Meristic And Morfometric Characteristics Of Scad Mackerel Decapterus macarellus (Cuvier, 1833) Karundeng, Christian; Lohoo, Anneke V.; Manginsela, Fransine B.; Tilaar, Ferdinand F.; Sangari, Joudy R. R.; Kusen, Janny D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 2 (2022): ISSUE JULY-DECEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i2.41285

Abstract

Fish are cold-blooded vertebrates, whose body movements and balance are mainly using fins, breathing through gills, and living in an aquatic environment. Most vertebrates in the world are fish covering 48.1%, mammals (10.8%), reptiles (14.4%), amphibians (6.0%), and birds (20.7%). One of the fish consumed in North Sulawesi is scad mackerel locally called malalugis. This research focused on the meristic and morphometric characteristics of blue scad. The samples were caught in Makalehi waters and then landed in Manado Bay. Meristic observations (related to the number) included the number of spines and soft dorsal fin, pectoral fin, pelvic fin, anal fin (anal), and caudal fin. There were 9 spines on the first dorsal (D1), 2 spines and 30-37 soft rays on the second dorsal (D2), 3 spines and 24-31 soft rays on the anal fin (A), and 1,327 linea lateralis (LL). The morphometric observations cover total length, standard length, fork length, head length, tail stem length, eye width, body width, pectoral fin length, and anal fin length (anal). The total length ranged from 180 mm to 303 mm with a mean of 223 mm and a standard deviation of 25 mm.Keywords: fin, linea lateralis, Makalehi waters.AbstrakIkan merupakan hewan vertebrata berdarah dingin, yang pergerakan dan keseimbangan tubuhnya terutama menggunakan sirip dan umumnya bernapas dengan insang serta hidup dalam lingkungan air. Spesies hewan vertebrata terbanyak di dunia adalah ikan dengan persentase 48,1 persen dari keseluruhan hewan vertebrata yang ada, pada mamalia memiliki presentase 10,8 persen, reptile memiliki 14,4 persen, amfibi hanya 6,0 persen dan spesies burung 20,7 persen. Salah satu ikan yang dikenal dan dikonsumsi di Sulawesi Utara adalah ikan layang biru atau disebut ikan malalugis. Penelitian ini mengenai karakteristik meristik dan morfometrik ikan layang biru. Penelitian sampel ikan layang biru yang ditangkap di Perairan Makalehi dan kemudian didaratkan di Teluk Manado. Pengamatan meristik (berkaitan dengan jumlah) meliputi jumlah jari-jari keras dan jari-jari lemah pada sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal (dubur) dan sirip ekor. Terdapat 9 duri sirip pada dorsal pertama (D1), 2 duri dan 30-37 sirip lemah pada dorsal kedua (D2); 3 duri dan dan 24-31 sirip lemah pada anal (A), dan 13-27 linea lateralis (LL). Pengamatan morfometrik (berkaitan dengan ukuran antara lain panjang total, panjang standar, panjang garpu,panjang kepala, panjang batang ekor, lebar mata, lebar badan, panjang sirip dada, panjang sirip anal (dubur). Panjang total berkisar 180-303 mm dengan rerata 223 mm dan standar deviasi 25 mm.Kata kunci: Sirip; Linea lateralis; perairan Makalehi. 
The form and distribution of microplastic in sediment and water columns of Manado Bay, North Sulawesi Imanuel, Tonny; Pelle, Wilmy E.; Schaduw, Joshian N. W.; Paulus, James J. H.; Rumampuk, Natalie D. C.; Sangari, Joudy R. R.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 10 No. 2 (2022): ISSUE JULY-DECEMBER 2022
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v10i2.42085

Abstract

Microplastics are particles measuring <5mm that is the result of degradation from plastic waste that enters the environment. Plastic waste is degraded into microplastics through physical, chemical, and biological processes. Pollutants such as microplastics that enter the waters of Manado Bay can reduce the biological and ecological functions of the ecosystem in the waters. The purpose of this study was to determine the shape and density of microplastics in Manado Bay. The sediment sampling method was carried out by purposive sampling method and for the water, column using a plankton net withdrawal method of 10 meters with 3 replications at 3 stations. The sample will be prepared and then identified. Then the sample density was calculated and then analyzed using a one-way ANOVA test and Pearson correlation. The results showed that there were 4 forms of microplastic found, namely the form of fragments, films, fibers, and foams. The density of sediment sample 1 found 187 microplastic particles with a density of 63.38 particles/kg, at station 2 a total of 479 particles with a density of 182.12 particles/kg, and at station 3 a total of 311 particles with a density of 115.07 particles/kg. In station 1 seawater samples were found 154 particles with a density of 7.26 particles/m³, station 2 a total of 299 particles with a density of 14.10 particles/m³.Keywords: microplastic, shape, density, Manado Bay AbstrakMikroplastik adalah partikel berukuran <5mm hasil degradasi dari sampah plastik yang masuk ke lingkungan. Sampah plastik terdegradasi menjadi mikroplastik melalui proses fisik, kimia, dan biologis. Bahan pencemar mikroplastik yang masuk ke perairan Teluk Manado dapat mengurangi fungsi biologis dan ekologis dari ekosistem yang ada di dalam perairan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bentuk dan distribusi mikroplastik yang ada di Teluk Manado. Metode pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan metode purposive sampling dan untuk kolom perairan menggunakan metode penarikan plankton net sepanjang 10 meter sebanyak 3 kali ulangan di 3 stasiun. Sampel akan dipreparasi kemudian diidentifikasi. Selanjutnya sampel dihitung kepadatannya kemudian dianalisis menggunakan uji one-way ANOVA dan korelasi Pearson. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 4 bentuk mikroplastik yang ditemukan yaitu bentuk fragmen, film, fiber, dan busa. Kepadatan pada sampel sedimen 1 ditemukan 187 partikel mikroplastik dengan kepadatan 63,38 partikel/kg, pada stasiun 2 total 479 partikel dengan kepadatan 182,12 partikel/kg, dan pada stasiun 3 total 311 partikel dengan kepadatan 115,07 partikel/kg. Pada sampel air laut stasiun 1 ditemukan 154 partikel dengan kepadatan 7,26 partikel/m³, stasiun 2 total 299 partikel dengan kepadatan 14,10 partikel/m³.Kata kunci: mikroplastik, bentuk, kepadatan, Teluk Manado
Identification Of Marine Debris By Focusing The Study Of Clean Coast Index On Karang Ria Tuminting Beach Poluan, Tirza I. A.; Sangari, Joudy R. R.; Tilaar, Ferdinand Frans; Lumingas, Lawrence J. L.; Pelle, Wilmy E.; Lasabuda, Ridwan
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 11 No. 1 (2023): ISSUE JANUARY-JUNE 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i1.44018

Abstract

Marine debris is rapidly gaining worldwide recognition as a major anthropogenic threat to global ocean ecosystems and produces a wide range of negative environmental, economic, safety, health and cultural impacts (UNEP, 2009). East Asia is the region with the fastest growing waste production in the world. Indonesia is in second position after China which produces the most waste in the world (Jambeck et al, 2015). The Beach Hygiene Index is a scaled index in a “Clean Coast” program launched by the Israeli ministry in an effort to solve the problem of littering on Israel's beaches. This index can be used as an indicator of pollution in a marine tourism area. The purpose of this study was to identify types of marine debris in the coastal waters of Karang Ria Tuminting and determine the value of the Clean Coast Index as an indicator of pollution. The collected data was then processed and statistically analyzed using Excel, Orange and SPSS software. Sampling was done by adapting the Shoreline Survey Methodology. approximately 1 month and made 2 direct observations, the plastic and rubber waste categories were found as the most common categories with the first observation being 73.4% and the second observation being 10.1%. The activities of the surrounding community are the main factors causing the abundance of marine debris around the coastal areas. The index value obtained is 39.5 with a total of 395 waste in various categories as stated by NOAA (2016). Keywords: Marine debris, Index, Identification, Category ABSTRAK Sampah laut dengan cepat mendapatkan pengakuan dunia sebagai ancaman antropogenik utama bagi ekosistem lautan global dan menghasilkan berbagai macam dampak negatif lingkungan, ekonomi, keselamatan, kesehatan, dan budaya (UNEP, 2009). Asia Timur adalah wilayah dengan pertumbuhan produksi sampah tercepat di dunia. Indonesia berada pada posisi kedua setelah China yang memproduksi sampah terbanyak di dunia (Jambeck et al, 2015). Indeks Kebersihan Pantai adalah skala indeks dalam suatu program “Clean Coast” yang diluncurkan kementerian Israel dalam upaya untuk memecahkan permasalahan sampah di pantai-pantai Israel. Indeks ini dapat digunakan sebagai indikator polusi pada suatu kawasan wisata bahari. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis sampah laut di perairan pantai Karang Ria Tuminting dan menentukan nilai Indeks Kebersihan Pantai (Clean Coast Index) sebagai indikator polusi. Data yang dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis secara statistik dengan menggunakan perangkat lunak Excel, Orange dan SPSS. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengadaptasi metode Shoreline Survey Methodology. Pengamatan dilaksanakan kurang lebih 1 bulan dan dilakukan 2 kali pengamatan langsung, diperoleh kategori sampah plastik dan karet sebagai kategori yang paling banyak ditemukan dengan komposisi jumlah pada pengamatan pertama sebesar 73.4% dan pengamatan kedua sebanyak 10.1%. aktivitas masyarakat sekitar menjadi faktor utama penyebab berlimpahnya sampah laut di sekitar wilayah pesisir. Nilai indeks yang diperoleh yaitu sebanyak 39,5 dengan jumlah total 395 sampah dengan berbagai kategori sesuai dengan yang dikemukakan oleh NOAA (2016). Kata kunci : Sampah laut, Indeks, Identifikasi, Kategori
Gastropod community structure on seagrass beds in Bahoi Village, North Minahasa Tualangi, Jehezkiel Timotius; Rangan, Jety K.; Sangari, Joudy R. R.; Rondonuwu, Ari B.; Manu, Gaspar D.; Kondoy, Khristin I. F.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 11 No. 2 (2023): ISSUE JULY-DECEMBER 2023
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v11i2.48307

Abstract

The village of Bahoi has a vast expanse of seagrass meadows of approximately 16.50 Ha, located between mangrove and coral reef ecosystems. This study aims to inventory the gastropod species in the seagrass meadow of Bahoi village waters and to determine the gastropod community structure through analysis of species density, relative density, species diversity index, and dominance index. The method used was a transect line method along 50 meters and a 1x1m quadrat pulled towards the sea, repeated three times during low tide. A total of 117 individuals were found, belonging to 26 species (11 families and 17 genera) of gastropods in the seagrass meadow of Bahoi village coastal waters. Based on the results, the highest density value was 1.10 ind/m2 with a relative density of 28.20%. Based on the analysis, the dominance index (D) of gastropods in the seagrass meadow of Bahoi village coastal waters was low, with values of D = 0.019 to 0.041, indicating that there was no specific species dominance in the seagrass meadow of Bahoi village coastal waters. This has an effect on the diversity index with a value of H' = 2.51, which is categorized as moderate. These results show that the diversity of gastropod species in the seagrass meadow of Bahoi village waters is quite diverse due to the absence of specific gastropod species dominance. Keywords: Bahoi, Seagrass Meadow, Gastropods, Community Structure. Abstrak Desa Bahoi memiliki luas hamparan padang lamun ± 16.50 Ha yang berada di antara ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi jenis-jenis gastropoda di hamparan lamun perairan Desa Bahoi, dan mengetahui struktur komunitas gastropoda melalui analisis kepadatan spesies, kepadatan relatif, indeks keanekaragaman spesies, dan indeks dominasi. Metode yang digunakan adalah metode transek garis sepanjang 50 meter dan kuadrat berukuran 1×1m yang ditarik ke arah laut, dan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali pada saat air surut.Ditemukan 117 individu yang termasuk ke dalam 26 spesies (11 famili dan 17 genera) gastropoda di hamparan padang lamun perairan pantai desa Bahoi. Berdasarkan hasil penelitian, nilai kepadatan tertinggi sebesar 1,10 ind/m2 dengan kepadatan relatif 28,20%. Berdasarkan hasil analisis, Indeks Dominansi (D) gastropoda di hamparan lamun perairan pantai desa Bahoi tergolong rendah, dengan nilai D=0,019 sampai dengan 0,041 menunjukkan bahwa tidak terdapat dominasi spesies tertentu di hamparan padang lamun perairan pantai desa Bahoi. Hal ini berpengaruh terhadap Indeks Keanekaragaman dengan nilai H’=2,51 sehingga berada pada kategori sedang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis gastropoda di hamparan lamun perairan pantai desa Bahoi cukup beragam dikarenakan tidak adanya dominasi spesies gastropoda tertentu. Kata kunci: Bahoi, Padang Lamun, Gastropoda, Struktur Komunitas
Direct Benefit Value Of Coral Reefs Ecosystem in Bahoi Village West Likupang District North Minahasa Regency Kindangen, Rezky G. T. L; Sangari, Joudy R. R.; Wantasen, Adnan S.; Rembet, Unstain N. W. J.; Mandagi, Stephanus V.; Kambey, Alex D.
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 12 No. 1 (2024): ISSUE JANUARY-JUNE 2024
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jip.v12i1.50086

Abstract

The high use of coastal resources especially coral reefs by the people of Bahoi Village can affect the existing ecosystem. This research was conducted in July 2021 in Bahoi Village, West Likupang District, North Minahasa Regency designed to determine the value of direct benefits of the coral reefs ecosystem at the location. The data collected in this study were primary and secondary data. Primary data were obtained by conducting interviews among the fishermen as respondents. The interview was conducted using the purposive sampling method by taking a sample of 30 respondents from fishermen's households in the community. As for secondary data, namely the ecological condition of coral reefs (coral cover), the general condition and population of Bahoi Village were based on YAPEKA 2015 data. The data collected were then tabulated and analyzed using the effect on production (EOP) model to determine the value of the direct benefits of coral reefs. The main livelihood of the people of Bahoi Village is fishermen, which is comprised of 107 people (60% of the total number of households in Bahoi Village. The results show that the community of Bahoi is very dependent on the coastal resources. Based on the result of the EOP analysis technique used the value of direct use benefits obtained from coral reef fisheries is Rp. 379,746,378,-/ha/year. Keywords: Direct benefits, ecosystem value, Coral reefs Abstrak Tingginya pemanfaatan pesisir khususnya terumbu karang oleh masyarakat Desa Bahoi dapat mempengaruhi sumber daya ekosistem yang ada. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2021 di Desa Bahoi, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara dengan tujuan untuk mengetahui nilai manfaat langsung ekosistem terumbu karang di lokasi tersebut. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari hasil wawancara. Wawancara yang dilakukan menggunakan metode purposive sampling dengan mengambil sampel responden sebanyak 30 orang. Sedangkan untuk data sekunder yaitu kondisi ekologi terumbu karang (tutupan karang) Desa Bahoi, Gambaran umum Desa Bahoi dan jumlah penduduk Desa Bahoi. Data yang dikumpulkan selanjutnya dibuat tabulasi dan dilakukan analisis untuk menentukan nilai manfaat langsung dari terumbu karang yang ada di Desa Bahoi. Mata pencaharian utama masyarakat Desa Bahoi adalah nelayan yaitu sebanyak 107 orang (60% dari total jumlah kepala keluarga Desa Bahoi). Dimana menunjukkan bahwa masyarakat Desa Bahoi sangat bergantung pada hasil perairan di Desa Bahoi. Berdasarkan hasil analisis dengan pendekatan EOP, diperoleh nilai manfaat langsung yang didapatkan dari pemanfaatan terumbu karang sebagai perikanan tangkap di Desa Bahoi yaitu sebesar  Rp. 379.746.378,-/ha/tahun. Kata kunci: Manfaat langsung, Nilai, Terumbu karang