Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Gangguan Mental Emosional dan Kesepian pada Mahasiswa Baru Prasetio, Clement Eko; Rahman, Tiffani Amalia; Triwahyuni, Airin
Mediapsi Vol 5, No 2 (2019): DECEMBER
Publisher : MEDIAPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.461 KB) | DOI: 10.21776/ub.mps.2019.005.02.4

Abstract

In the transition period from high school to college, freshmen have to deal with the new environment, which makes them vulnerable to experience symptoms of mental  disorders. The aim of the current study was to examine the role of loneliness as a predictor of symptoms of mental disorders among freshmen. Using a convenience sampling, 151 first-year undergraduate students from one faculty at Universitas Padjadjaran took part in the current study. The respondents completed a self-report questionnaire consisting of WHO Self-Report Questionnaire (SRQ) to assess symptoms of mental disorders and UCLA Loneliness scale to assess loneliness. The result showed that loneliness significantly predicted  symptoms of mental disorders among freshmen. Theoretical implications of these empirical findings are discussed, as are practical implications highlighting the suggestions for the university stakeholders to implement an intervention that is effective in tackling freshmen’s mental disorders such as social skill training, increasing social support, and increasing probability of social contactPada masa transisi dari sekolah menengah atas ke perkuliahan, mahasiswa harus menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Akibatnya, pada masa ini mahasiswa sering mengalami gejala-gejala gangguan mental emosional. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji peran perasaan kesepian dalam memprediksi gangguan mental emosional di kalangan mahasiswa baru. Melalui penarikan sampel yang bersifat convenient, sebanyak 151 mahasiswa baru  pada salah satu fakultas di Universitas Padjadjaran berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yaitu Self Report Questionnaire (SRQ) untuk mengukur gejala gangguan mental emosional dan UCLA Loneliness Scale untuk mengukur tingkat kesepian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesepian dapat menjadi prediktor gangguan mental emosional pada mahasiswa baru. Implikasi teoretis dari temuan ini kami diskusikan, dan juga implikasi praktis yang menekankan pada pentingnya bagi pihak universitas untuk menerapkan sebuah intervensi yang efektif dalam menangani gangguan mental emosional di kalangan mahasiswa baru, seperti pemberian pelatihan keterampilan sosial, peningkatan dukungan sosial serta kontak sosial
Psychological Well-Being Sebagai Prediktor Tingkat Kesepian Mahasiswa Simanjuntak, Janice Grace Lusiani Larasati; Prasetio, Clement Eko; Tanjung, Firza Yusani; Triwahyuni, Airin
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol 11, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jptt.v11n2.p158-175

Abstract

Loneliness leads to several health risks, especially among university students who are prone to experience it. In order to cope with loneliness, university students need functional psychological resources, which can be measured by six-dimensional of psychological well-being (PWB) by Ryff. Thus, this study aims to predict university students’ loneliness using the multidimensional PWB. Loneliness was measured using Revised UCLA Loneliness Scale and PWB was measured using Ryff’s multi-dimensional PWB. A total number of 376 undergradute students in Faculty of Psychology Universitas Padjadjaran Indonesia were participated in this study. The test of correlation using Pearson’s r resulted all dimensions were negatively correlated. Stepwise regression analysis resulted that positive relationship, self-acceptance, environmental mastery, and autonomy were the significant predictors, predicted 74.7% of the variance, of loneliness among participants. These findings indicate that dimensions mentioned can be used as predictors of university students’ loneliness.Keywords: Loneliness, psychological well-being, university students Abstrak: Kesepian dapat memicu berbagai risiko kesehatan, terutama bagi mahasiswa yang rentan mengalaminya. Untuk menghadapi kesepian, mahasiswa memerlukan keberfungsian psikologis yang dapat ditandai oleh tingkat psychological well-being (PWB) oleh Ryff. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memprediksi tingkat kesepian dengan menggunakan PWB multidimensional. Tingkat kesepian diukur dengan kuesioner Revised UCLA Loneliness Scale, sementara tingkat PWB diukur dengan kuesioner PWB multidimensional dari Ryff. Sebanyak 376 mahasiswa tingkat sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Indonesia berpartisipasi. Uji korelasi (r) Pearson menunjukkan semua dimensi PWB berkorelasi negatif dengan kesepian. Analisis regresi stepwise menunjukkan prediktor terkuat adalah dimensi relasi positif, penerimaan diri, penguasaan lingkungan, dan otonomi, memprediksi 74,7% varians tingkat kesepian. Hasil ini mengindikasikan bahwa keempat dimensi tersebut dapat digunakan sebagai prediktor tingkat kesepian pada mahasiswa.
Properti Psikometri Beck Hopelessness Scale pada Populasi Non-Klinis Indonesia Hutajulu, Jiwika Mira Joice; Djunaidi, Achmad; Triwahyuni, Airin
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 13, No 1 (2021): Mei 2021
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v13i1.28037

Abstract

Teori hopelessness dari Beck telah dibuktikan memiliki struktur yang berbeda di populasi non-klinis. Hal ini diasumsikan karena konsep hopelessness tidak terlalu kuat pada populasi non-klinis. Penelitian pada populasi non-klinis dibutuhkan agar kita dapat memahami konstruk ini lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau properti psikometri dari Beck Hopelessness Scale (BHS) pada populasi non-klinis di Indonesia. Metode sampling yang digunakan adalah convenience sampling (N = 295) dan instrumen yang digunakan adalah translasi BHS dengan skala likert 6 skala. Properti psikometri ditinjau melalui analisis reliabilitas, daya diskriminasi, dan validitas. Reliabilitas internal consistency menunjukkan bahwa alat ukur ini memiliki reliabilitas yang tinggi (α = 0.918) dengan daya diskriminasi item berada di rentang 0.39 – 0.78. Confirmatory factor analysis menunjukkan bahwa model hierarchical (second-order) 3 faktor fit, dan mengonfirmasi teori hopelessness dari Beck (3 faktor 18 item). 2 item dari dimensi future expectations dieliminasi karena berkontribusi terhadap dimensi lain. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis bahwa alat ukur ini memiliki properti psikometri yang baik dan dapat digunakan untuk mengukur hopelessness pada populasi umum (non-klinis) di Indonesia.Previous researches have proved that the structure of Beck’s theory of hopelessness in non-clinical populations is different from clinical populations. The underlying assumption is that the concept of hopelessness is not as well established in non-clinical populations. Research in non-clinical populations is needed for further understanding about this construct, thus the aim of this study was to explore the psychometric properties of the Beck Hopelessness Scale (BHS) in Indonesian non-clinical sample. The samples were collected using convenience sampling (N = 295) and the instrument used was the translation of BHS using a 6-point Likert-scale. The psychometric properties were examined through reliability, item discriminant, and validity analyses. Internal consistency reliability exhibited satisfactory reliability (α = 0.918) and item discriminant analysis through corrected total-item correlation ranged from 0.39 – 0.78. Confirmatory factor analysis showed that hierarchical (second-order) 3-factors model fit the data, thus confirming Beck’s theory of hopelessness (3 factors 18 items). 2 items from future expectations factor were eliminated because of cross-loadings. The findings support our hypothesis that this instrument has a good psychometric property and thus can be used to measure hopelessness in non-clinical populations in Indonesia.
Peran self-esteem sebagai mediator dukungan sosial teman dan keluarga terhadap gangguan psikologis pada mahasiswa Prasetio, Clement Eko; Triwahyuni, Airin
Persona:Jurnal Psikologi Indonesia Vol 10 No 2 (2021): Desember
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (802.435 KB) | DOI: 10.30996/persona.v10i2.5178

Abstract

Abstract Students face many demands, both academically and psychologically. The number of demands makes students vulnerable to psychological disorders. Psychological disorders have a negative impact on the lives of students and also the people around them. Students who have social support are thought to have a lower risk of experiencing psychological disorders. This study aims to determine the role of self-esteem as a mediator between social support and psychological disorders. Research participants were 376 students from second to fourth year in a Faculty at X University. Research measurement tools which were used in this study, consist of Perceived Social Support Friends (α =0,860) and Family (α =0,902); Rosenberg Self-Esteem's Scale (α =0,871); and Self-Report Questionnaire (α =0,860). Simple mediation analysis using SPSS, especially PROCESS were used for analyzing the results. The results of the analysis show that self-esteem can mediate the relationship between social support from friends and family with psychological disorders in undergraduate students. The implications of the research results are also discussed. Keywords: College Student; Mediation; Perceived Social Support; Psychological Problems; Self-Esteem Abstrak Mahasiswa menghadapi banyak tuntutan, baik secara akademik maupun psikologis. Banyaknya tuntutan membuat mahasiswa rentan mengalami gangguan psikologis. Gangguan psikologis berdampak negatif bagi kehidupan mahasiswa dan juga orang-orang disekitarnya. Mahasiswa yang memiliki dukungan sosial diduga memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami gangguan psikologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran self-esteem sebagai mediator antara dukungan sosial dengan gangguan psikologis. Sebanyak 376 mahasiswa angkatan 2016-2018 pada sebuah fakultas di Universitas X menjadi partisipan penelitian. Alat ukur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perceived Social Support Scale Friend (α =0,860) and Family (α =0,902); Rosenberg Self-Esteem’s Scale (α =0,871); dan Self-Report Questionnaire-20 (α =0,860). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis mediasi sederhana dengan menggunakan SPSS, khususnya PROCESS. Hasil analisis menunjukkan bahwa self-esteem dapat memediasi hubungan antara dukungan sosial teman dan keluarga dengan gangguan psikologis pada mahasiswa. Implikasi dari hasil penelitian juga ikut serta dibahas. Kata Kunci: Dukungan Sosial; Gangguan Psikologis; Self-Esteem; Mahasiswa; Mediasi
Gangguan Psikologis dan Kesejahteraan Psikologis pada Mahasiswa Baru Airin Triwahyuni; Clement Eko Prasetio
Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi Vol. 26 No. 1 (2021)
Publisher : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/psikologika.vol26.iss1.art3

Abstract

Mahasiswa baru memiliki kerentanan mengalami gangguan psikologis. Kesejahteraan psikologis diketahui merupakan sumber daya bagi mahasiswa baru dalam menghadapi tantangan perkuliahan. Namun, demikian, studi yang mengidentifikasi dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis sebagai faktor protektif mahasiswa baru masih jarang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode regresi sederhana untuk mengetahui hubungan indikasi gangguan psikologis dengan kesejahteraan psikologis secara umum dan stepwise multiple regression untuk mengidentifikasi dimensi kesejahteraan psikologis yang signifikan menjadi prediktor indikasi gangguan psikologis. Partisipan penelitian ini berjumlah 151 mahasiswa baru di Fakultas Psikologi Universitas “X”, Jawa Barat. Alat ukur penelitian ini adalah kesejahteraan psikologis dari Ryff dan Self Report Questionnaire (SRQ-20). Hasil menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis secara umum dapat menjadi faktor protektif dan secara spesifik, dimensi penerimaan diri dan penguasaan lingkungan merupakan faktor protektif terhadap indikasi gangguan mental pada mahasiswa baru.Kata Kunci: gangguan psikologis, kesejahteraan psikologis, mahasiswa baruPsychological Disorder and Psychological Well-Being among First-year University StudentsAbstractFirst-year university students are vulnerable to certain psychological disorders.Psychological Well-Being (PWB) is one of the resources they can use to face academic challenges. However, research focusing to identify PWB as protective factor among first-year university students is still rare. This study employs quantitative method involving 151 respondents from the Faculty of Psychology of University X in West Java. It uses a PWB scale composed by Ryff and Self Report Questionnaire (SRQ-20). It also employs simple multiple regression to determine the relation between PWB and symptoms of psychological disorders, on one hand, and stepwise multiple regression to find out which dimensions of PWB are significant to anticipate psychological disorder, on the other. This study argues that PWB, especially self-acceptance and environment mastery dimension, can be used as a protective factor against psychological disorders.Keywords: first-year university students, psychological disorders, psychological well-being
Adaptasi Alat Ukur Emotional Leadership untuk Mengukur Kapabilitas Kecerdasan Emosional Pimpinan Perusahaan di Indonesia Sekar Ayu Anjani; Airin Triwahyuni; Anissa Lestari Kadiyono
Jurnal Online Psikogenesis Vol 9, No 1 (2021): Juni
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jps.v9i1.1647

Abstract

Dalam berdirinya suatu perusahaan, pasti terdapat pemimpin yang mengarahkan geraknya roda dan seluruh sumberdaya di dalamnya untuk mencapai tujuan bersama. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu mengelola emosinya dengan baik dalam segala kondisi yang dihadapi oleh perusahaan. Keefktifan pimpinan tersebut, lebih besar membutuhkan peranan kecerdasan emosional dirinya daripada kecerdasan secara intelektual. Maka, perlu diketahui bagaimana dinamika dan skala kapabilitas kecerdasan emosional pimpinan agar dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan intervensi. Emotional leadership questionnaire (ELQ) pertama kali dikembangkan di Finlandia pada tahun 2011 dan belum pernah dilakukan adaptasi di Indonesia. Tujuan adaptasi alat ukur ELQ di Indonesia adalah untuk mengenalkan istilah dan mengembangkan alat ukur baru yang bermanfaat di bidang industri perusahaan. Adaptasi dilakukan kepada 171 karyawan yang memberikan penilaian atas sikap, emosi, dan perilaku atasannya. Hasil dari adaptasi didapatkan nilai reliabilitas cronbach’s alpha 0,968 dan RMSEA melalui uji CFA dengan nilai 0,078 serta reliabilitas person-item berdasarkan uji Rasch model sebesar  0,95 dan 0,93 yang menunjukkan bahwa alat ukur reliabel, valid, dan benar dapat mengukur konstruk emotional leadership dengan baik dan konsisten sehingga siap untuk digunakan dalam pengumpulan data berulang.
Adaptasi Five Facet Mindfulness Questionnaire Bahasa Indonesia Nadhira Meindy; Achmad Djunaidi; Airin Triwahyuni
Psychocentrum Review Vol 4, No 1 (2022): Psychocentrum Review
Publisher : Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26539/pcr.41849

Abstract

Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ) merupakan instrumen pengukuran yang saat ini paling banyak digunakan untuk mengukur mindfulness. Artikel ini melaporkan proses dan hasil adaptasi FFMQ ke Bahasa Indonesia agar dapat digunakan pada populasi dewasa secara umum. Proses adaptasi dimulai dari mempersiapkan instrumen hingga pengukuran psikometri untuk membuktikan kelayakan FFMQ Bahasa Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa FFMQ Bahasa Indonesia memiliki konsistensi internal yang dapat diterima. FFMQ juga memiliki bukti validitas baik secara content maupun internal structure. Bukti validitas konten dilakukan melalui metode content validity index yang melibatkan tiga orang ahli. Bukti validitas internal structure dilakukan dengan melakukan uji confirmatory factor analysis terhadap model lima aspek mindfulness. Berdasarkan proses adaptasi yang dilakukan, FFMQ Bahasa Indonesia dapat digunakan untuk mengukur mindfulness pada populasi dewasa umum di Indonesia.
Undergraduate Students' Intelligence Profiles According to the Tes Intelligensi Kolektif Indonesia Tinggi (TIKI-T): A Cluster Analysis Based on the Rasch Model Person Ability Yudiana, Whisnu; Susanto, Hery; Triwahyuni, Airin
Makara Human Behavior Studies in Asia Vol. 23, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to identify undergraduate students’ intelligence profiles using a two-stage cluster analysis based on the person’s ability of the Rasch model to examine the effect of the clusters on academic performance. A total of 1443 undergraduate students from nine academic disciplines at Universitas Padjadjaran in Bandung, Indonesia, participated in the study, completing 11 subtests of the Tes Intelligensi Kolektip Indonesia Tinggi (TIKI-T). A hierarchical cluster analysis approach using Ward’s linkage method and squared Euclidean distance was conducted, followed by a nonhierarchical k-means cluster analysis using simple Euclidean distance as the similarity measure to examine two-, three-, four-, and five-cluster solutions. An intra-class correlation (ICC) and a discriminant analysis were also conducted to validate the cluster membership results. This research identified five profiles of intelligence that had an effect on academic performance. Students with high scores in the scholastic aptitude subtests tended to have higher grade point average than those with high scores in the nonverbal ability subtests and the speed and accuracy ability subtests. The findings can be used as a recommendation for psychologists in Indonesia for university placement tests.
Psychological Well-Being Sebagai Prediktor Tingkat Kesepian Mahasiswa Janice Grace Lusiani Larasati Simanjuntak; Clement Eko Prasetio; Firza Yusani Tanjung; Airin Triwahyuni
Jurnal Psikologi Teori dan Terapan Vol. 11 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.039 KB) | DOI: 10.26740/jptt.v11n2.p158-175

Abstract

Loneliness leads to several health risks, especially among university students who are prone to experience it. In order to cope with loneliness, university students need functional psychological resources, which can be measured by six-dimensional of psychological well-being (PWB) by Ryff. Thus, this study aims to predict university students loneliness using the multidimensional PWB. Loneliness was measured using Revised UCLA Loneliness Scale and PWB was measured using Ryffs multi-dimensional PWB. A total number of 376 undergradute students in Faculty of Psychology Universitas Padjadjaran Indonesia were participated in this study. The test of correlation using Pearsons r resulted all dimensions were negatively correlated. Stepwise regression analysis resulted that positive relationship, self-acceptance, environmental mastery, and autonomy were the significant predictors, predicted 74.7% of the variance, of loneliness among participants. These findings indicate that dimensions mentioned can be used as predictors of university students loneliness.Keywords: Loneliness, psychological well-being, university students Abstrak: Kesepian dapat memicu berbagai risiko kesehatan, terutama bagi mahasiswa yang rentan mengalaminya. Untuk menghadapi kesepian, mahasiswa memerlukan keberfungsian psikologis yang dapat ditandai oleh tingkat psychological well-being (PWB) oleh Ryff. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk memprediksi tingkat kesepian dengan menggunakan PWB multidimensional. Tingkat kesepian diukur dengan kuesioner Revised UCLA Loneliness Scale, sementara tingkat PWB diukur dengan kuesioner PWB multidimensional dari Ryff. Sebanyak 376 mahasiswa tingkat sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Indonesia berpartisipasi. Uji korelasi (r) Pearson menunjukkan semua dimensi PWB berkorelasi negatif dengan kesepian. Analisis regresi stepwise menunjukkan prediktor terkuat adalah dimensi relasi positif, penerimaan diri, penguasaan lingkungan, dan otonomi, memprediksi 74,7% varians tingkat kesepian. Hasil ini mengindikasikan bahwa keempat dimensi tersebut dapat digunakan sebagai prediktor tingkat kesepian pada mahasiswa.
Gangguan Psikologis pada Mahasiswa Jenjang Sarjana: Faktor-Faktor Risiko dan Protektif Clement Eko Prasetio; Airin Triwahyuni
Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP) Vol 8, No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (626.036 KB) | DOI: 10.22146/gamajop.68205

Abstract

Mahasiswa merupakan kelompok yang rentan mengalami gangguan psikologis. Maka dari itu, diperlukan informasi mengenai faktor-faktor yang membuat mahasiswa lebih rentan mengalami gangguan, serta juga faktor yang dapat melindungi mahasiswa dari gangguan psikologis. Teknik sampling yang digunakan adalah stratified random sampling dengan populasi adalah mahasiswa sarjana angkatan 2017-2019 di Universitas X. Total partisipan adalah 674 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur SRQ-20 dari WHO untuk mengukur gangguan psikologis. Kemudian, faktor-faktor yang ditanyakan adalah jenis kelamin, angkatan, aktivitas olahraga, aktivitas hobi, jenis hobi, merokok, riwayat keluarga mengalami gangguan psikologis, riwayat menggunakan layanan psikologis, riwayat diagnosis depresi dan kecemasan dari psikolog/psikiater, dan pengalaman trauma masa kecil dan remaja. Setiap faktor ditanyakan menggunakan satu pertanyaan saja dengan pilihan jawaban, ya, tidak, atau tidak berkenan menjawab. Analisis yang digunakan adalah t-test dan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya faktor angkatan, aktivitas merokok, riwayat keluarga mengalami gangguan psikologis, dan jenis hobi yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada rata-rata gangguan psikologis (p > 0,05). Alasan dan implikasi dari hasil penelitian ini juga dibahas secara detail.