Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

DOES CREATIVE THINKING INFUSION LEARNING FRAMEWORK ENHANCE STUDENTS ENTREPRENEURIAL SKILLS? Rifka Fachrunnisa; Hadi Suwono; Safitri Indah Putri Anisa
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 12, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um052v12i2p120-128

Abstract

Abstrak. Artikel ini menyoroti strategi baru untuk menumbuhkan keterampilan kewirausahaan siswa dengan menerapkan pembelajaran infusi berpikir kreatif sebagai kerangka pembelajaran di kelas biologi. Pembelajaran infusi berpikir kreatif diartikan sebagai usaha membawa atau menunjukkan tahapan berpikir kreatif pemecahan masalah pemikiran siswa di dalam kelas. Untuk membantu siswa terlibat dengan infusi di kelas, kami menggunakan diagram berpikir kreatif untuk menghasilkan ide-ide kewirausahaan yang menerapkan konsep Biologi dalam memecahkan masalah. Keterampilan kewirausahaan siswa diukur dengan enam indikator kewirausahaan kreatif. Untuk mengetahui indikator-indikator tersebut, artikel ini menggunakan rancangan one group pre-test post-test design dan pendekatan metode campuran dengan menggunakan diagram thinking, angket, esai reflektif, dan wawancara. Hasil analisis tidak menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari pembelajaran infusi berpikir kreatif terhadap keterampilan kewirausahaan. Hasil ini ditunjukkan dengan tidak terlihatnya perbedaan signifikansi pada keenam indikator.Abstract. This paper sheds a new light on the strategies to foster student’s entrepreneurial skills by administering creative thinking infusion learning as the learning framework in a biology classroom. Creative thinking infusion learning is construed as bringing or showing the stages of creative problem solving’s thinking of student thinking in the classroom. To assist student engaging with the infusion in the classroom, we utilised creative thinking diagram to generate entrepreneurial ideas that apply the concept of Biology in solving a problem. Student’s entrepreneurial skills were gauged by six creative entrepreneurship indicators. To investigate those indicators, this paper administrated one group pre-test post-test design and mixed-method approach by using diagram thinking, questionnaires, reflective essays, and interview. The analysis did not show any significant impact of the creative thinking infusion learning towards entrepreneurial skills. This result was demonstrated by no significance differences were seen in the sixth indicators.
TANTANGAN DAN PELUANG PENGEMBANGAN MATAKULIAH KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN DI ERA DISRUPSI DARI PERSPEKTIF CALON GURU BIOLOGI Umi Fitriyati; Rifka Fachrunnisa; Wachidah Hayuana
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 12, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um052v12i2p90-98

Abstract

Abstrak. Matakuliah Keanekaragaman Tumbuhan (KT) memainkan peran penting untuk membekali mahasiswa mempelajari prinsip taksonomi. Taksonomi merupakan salah satu upaya konservasi. Di saat era disrupsi seperti saat ini, konservasi merupakan masalah global yang mendesak. Namun, banyak penelitian yang melaporkan bahwa matakuliah KT sulit untuk dipelajari, sehingga mahasiswa menjadi tidak tertarik untuk belajar. Penelitian ini ditujukan untuk mengeksplorasi minat melalui persepsi mahasiswa calon guru biologi tentang tantangan yang terjadi selama perkuliahan KT berlangsung, serta solusi yang dapat digunakan untuk mengembangakan matakuliah KT. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data berupa reflective essay yang dianalisis menggunakan analisis tematik. Hasil eksplorasi persepsi mahasiswa calon guru biologi berupa tantangan dan peluang selama mengikuti perkuliahan KT. Tantangan yang dialami terangkum dalam empat tema: kesulitan pemahaman materi; keterbatasan media pembelajaran; metode pembelajaran kurang efektif; serta kesulitan management waktu. Peluang untuk mengembangkan matakuliah KT terangkum dalam empat tema besar: penguatan materi; optimalisasi media pembelajaran; optimalisasi metode pembelajaran; dan optimalisasi kegiatan praktikum.Abstract. Plant Diversity course (in Bahasa Keanekagaraman Tumbuhan) plays an essential role in facilitating students to learn taxonomic principles. Taxonomy is one of the conservation efforts. In this disruptive era, conservation is an urgent global problem. However, many studies have reported that this course is difficult to study, so that students are not interested in studying. This study is aimed at exploring interest through the perceptions of prospective biology teacher students about the challenges that emerge during KT course, as well as solutions that can be used to improve KT course. The research method used is qualitative research methods. The data collection technique was a reflective essay which  then was analyzed using thematic analysis. The results of an exploration of the perceptions of biology teacher candidate students in confronting challenges and opportunities during KT course. The challenges experienced are summarized in four themes: difficulties in understanding the material; limited learning media; less effective learning methods; as well as time management difficulties. Meanwhile, the opportunities to develop KT course are also summarized in four major themes: strengthening material; optimization of learning media; optimization of learning methods; and optimization of practicum activities.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN METODE HYBRID LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN KOMUNIKASI MAHASISWA PADA MATAKULIAH PENGEMBANGAN PROFESI GURU Deny Setiawan; Mimien Henie Irawati; Sri Endah Indriwati; Murni Sapta Sari; Rifka Fachrunnisa; Lely Mardiyanti
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 11, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um052v11i2p77-82

Abstract

Keterampilan berkomunikasi yang efektif baik secara oral maupun tertulis merupakan salah satu kompetensi dalam menghadapi kehidupan di abad ke-21. Berdasarkan pengalaman membina matakuliah Pengembangan Profesi Guru, ditemukan mahasiswa kurang terampil dalam berkomunikasi, baik secara oral maupun tertulis. Pembelajaran berbasis berbasis masalah dengan metode Hybrid Learning dapat menjadi solusinya. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan metode Hybrid Learning terhadap keterampilan komunikasi mahasiswa pada matakuliah Pengembangan Profesi Guru. Penelitian kuasi eksperimen ini dilakukan pada 2 kelas matakuliah Pengembangan Profesi Guru. Pengumpulan data keterampilan komunikasi dilakukan dengan rubrik observasi keterampilan komunikasi mahasiswa. Data dianalisis menggunakan statistika deskripstif dan independent t-test. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dengan metode hybrid learning tidak menimbulkan perbedaan yang signifikan terhadap keterampilan komunikasi mahasiswa di kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, khususnya di aspek konten serta tampilan dan informasi.  keterampilan komunikasi, khususnya aspek orientasi dan sintaks, pada mahasiswa kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada mahasiswa kelompok kontrol.
Identifikasi Waste pada Proses Produksi Bakso Aci di UMKM Sekar Group Rifka Fachrunnisa; Dino Rimantho
JOURNAL OF INDUSTRIAL AND MANUFACTURE ENGINEERING Vol. 6 No. 2 (2022): EDISI NOVEMBER
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/jime.v6i2.7140

Abstract

Tugas masyarakat terkait dengan pembangunan dalam aspek ekonomi salah satunya dengan membuka Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Salah satu UMKM yang bergerak di bidang industri makanan yaitu Sekar Group yang menjual produk jajanan Bakso Aci dengan nama produk BOCIKAR. Seiring dengan pertumbuhan bisnis, mendorong peningkatan permintaan pelanggan terhadap produk BOCIKAR. Pertumbuhan bisnis ini dapat menghasilkan banyak pemborosan (waste) dalam berbagai cara. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengidentifikasi dan menganalisis jenis pemborosan dan faktor penyebabnya menggunakan diagram fishbone. Hasil penelitian menunjukkan tujuh waste yang terdiri dari 11 unit defect, overprocessing berupa Bakso Aci yang terlalu matang, dan waktu tunggu total 132,67 menit. Selanjutnya transportation sekitar 11,44 menit, inventory karena bahan yang busuk dan kadaluarsa, motion karena semua kegiatan dilakukan secara manual. Selain itu, overproduction karena ada beberapa unit Bakso Aci berlebih 3-5 unit. Kemudian dari hasil penentuan diagram fishbone yang telah dilakukan, didapatkan faktor-faktor penyebab waste yang teridentifikasi pada proses produksi BOCIKAR, antara lain dari manusia, metode, mesin, material, dan lingkungan.
PENGEMBANGAN CELL THRU AUGMENTED REALITY PADA MATAKULIAH BIOLOGI SEL Deny Setiawan; Umi Fitriyati; Rifka Fachrunnisa; Sunarmi Sunarmi; Jasmine Nurul Izza; Zahra Firdaus
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 13, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um052v13i2p121-130

Abstract

Abstrak. Penelitian dan Pengembangan dilakukan untuk menghasilkan produk berupa Media Cell Thru Augmented Reality yang multirepresentatif pada matakuliah Biologi Sel yang valid dan praktis. Model ADDIE digunakan dalam pengembangan produk yang disusun. Tahap Analisis, Desain, Pengembangan dan Evaluasi dilakukan dengan lengkap, namun tahap Penerapan belum dilaksanakan. Data kuantitatif yaitu data hasil uji validitas dan kepraktisan dianalisis secara deskriptif. Data kualitatif yaitu data saran dari validator, praktikan, dan responden dianalisis secara kualitatif, dan dievaluasi sebagai dasar revisi produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk telah valid, dengan rata-rata dari validator ahli materi, ahli perangkat dan ahli media berturut-turut adalah 100%, 96.75%, 97.33%, serta produk telah diperbaiki sesuai saran. Produk juga dinyatakan telah praktis dengan rata-rata 96.82%. Hasil produk yang dikembangkan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya.Abstract. Research and Development was carried out to produce a product in the form of Cell Thru Augmented Reality Media which is multi-representative in Cell Biology courses that are valid and practical. The ADDIE model was used in the development of the products that were prepared. Analysis, Design, Development and Evaluation stages are carried out completely, but the Implementation stage has not been carried out. Quantitative data, that is, data from validity and practicality tests, were analyzed descriptively. The suggestions from validators, practitioners, and respondents, was analyzed qualitatively, and evaluated as a basis for product revision based on qualitative data. The results showed that the product was valid, with an average of 100%, 96.75%, 97.33% from material expert validators, device experts and media experts respectively, and the product had been improved according to suggestions. The product was also declared practical with an average of 96.82%. The results of the developed product can be continued at the next stage.
Profil Keterbukaan Inovasi Masyarakat Nelayan Kecamatan Gedangan, Malang dalam Mendukung Program Ekonomi Kreatif Indra Kurniawan Saputra; Yunita Rakhmawati; Rifka Fachrunnisa; Mardiana Lelitawati; Nur'aini Kartikasari; Tsania Wardah Maulidiyah; Febriandri Annisa Murti; Arik Anggara; Aisyah Khoirunnisa
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SINAPMAS) Perguruan Tinggi Mengabdi: Berkarya dan Berinovasi Untuk Membangun Masyarakat Semakin Tangguh di Mas
Publisher : Prosiding Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (SINAPMAS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada akhir dekade ini menuntut semua kalangan masyarakat untuk terbuka terhadap perubahan dan inovasi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran profil keterbukaan inovasi masyarakat nelayan di Kecamatan Gedangan KabupatenMalang sebagai daerah yang secara intens menerima pelatihan dan pembinaan. Sebagai konsekuensinya, penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif sebagai pendekatan penelitiannya dengan metode survei. Masyarakat nelayan yang berpartisipasi dalam penelitian ini berjumlah 52 orang dengan 28 laki-laki dan 24 perempuan yang memiliki latar belakang pendidikan yang beragam mulai dari SD hingga Sarjana. Survei dalam studi ini dilakukan bersamaan dengan acara pelatihan pembuatan saus ikan Juni 2021. Angket keterbukaan terhadap inovasi diukur dengan dengan lima indikator utama yaitu keluasan (breadth); kedalaman (depth); keterlibatan (number of actors); ketercapaian (number of phases); dan kebebasan (freedom). Berdasarkan hasil, hampir semua indikator pengukuran keterbukaan inovasi masyarakat nelayan Gedangan menunjukan rerata di atas 75% (masing-masing keluasan 82%; kedalaman 88%; keterlibatan 78%; ketercapaian 75%; dan kebebasan 94%). Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Gedangan memiliki keterbukaan inovasi yang tinggi, sehingga masyarakat di daerah lain juga perlu mendapatkan pelatihan dan pembinaan secara intens.Kata kunci: Keterbukaan inovasi, nelayan, ekonomi kreatif