Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Pengkaryaan tari kreasi di SMP Negeri 3 Bissapu Kabupaten Bantaeng Syakhruni, Syakhruni; Prusdianto, Prusdianto
DEDIKASI Vol 22, No 1 (2020): Jurnal Dedikasi
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/dedikasi.v22i1.13824

Abstract

Dance as a form of art is an expression of human feelings expressed by body movements that have undergone processing, sterilization or distortion, which manifests into a natural aesthetic expression. Dance in the world of education, has a positive impact, not only for the preservation of dance, but also for the benefit of education itself. The age of junior high school students ranges from 13 to 15 years and belongs to the early adolescence group, where the transition from childhood to adulthood experiences development of all aspects or functions to enter adulthood. As a successor to the nation, if it is not directed to something positive, it could be that junior high school students will experience the tendency of negative traits as described previously. For this reason, a positive media is needed to build the positive character of middle school students who experience age transition. One of them is dance with its learning can be used as a means of expression, imagination and creativity to foster a rational and emotional balance, intellectual and aesthetic awareness. On the basis of these problems, a community activity program was made "Creative Work Creation PKM in Junior High School 3 Bissapu Bantaeng Regency". The results of these activities produce; (1) Creative Dance adds insight into students' skills in dance, (2) Through this activity students are familiar with dance and know the process of its creation, (3) The creation of creative dance performances based on the movement of the tradition of South Sulawesi.
Struktur Gerak Tari Pakarena Bura’ne Canggolong-Golong Di Kelurahan Anrong Appaka (Pacce’lang) Kecamatan Pangkaje’ne Kabupaten Pangkep. Nelan Fenty Mardian M; Syakhruni Syakhruni; Bau Salawati Bau Salawati
JURNAL PAKARENA Vol 5, No 1 (2020): Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/p.v5i1.12508

Abstract

Peneliti ini bertujuan memperoleh data yang jelas dan akurat mengenai: Struktur Gerak Tari Pakarena Bura’ne Canggolong-Golong Di Kelurahan Anrong Appaka (Pacce’lang) Kecamatan Pangkaje’ne Kabupaten Pangkep yang dianalisis atau diuraikan dari latar belakang tari Pakarena Bura’ne dan tataran-tataran geraknya hingga tersusun suatu bentuk tari secara utuh dimulai dari Motif gerak, Frase gerak dan Kalimat gerak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik yang digunakan untuk mendapatkan data-data dalam penelitian ini yaitu studi pustaka, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian Struktur Gerak Tari Pakarena Bura’ne Canggolong-Golong Di Kelurahan Anrong Appaka (Pacce’lang) Kecamatan Pangkaje’ne Kabupaten Pangkep terdapat dua ragam gerak yang terdiri dari 3 motif gerak, 3 frase gerak diantaranya 1 frase angkatan dan 2 frase seleh, dan terdapat 2 kalimat gerak.
Simbol dan Makna Tari Toerang Batu Suraya Suraya; Jamilah Jamilah; Syakhruni Syakhruni
xxxx
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.005 KB) | DOI: 10.26858/bl.v1i1.32396

Abstract

Penelitian ini bertujuan menjawab permasalahan tentang simbol dan makna yang ada pada tari Toerang Batu di Kecamatan Binuang Kabupaten Binuang Polewali Mandar. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data yang diperoleh dengan melakukan teknik pengumpulan data (observasi, wawancara terstruktur, dan Dokumentasi). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) simbol yang ada pada tari Toerang Batu di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar yang meliputi ragam gerak terdiri dari 3 ragam yaitu; angnggaru’ (pesan yang disampaikan), mapapi-papi (mengipas) dan  minani (menyambut). Penari tari Toerang Batu terdiri 6 orang yaitu,  3 orang penari laki-laki yang masing-masing memegang properti yaitu tombak, pedang dan keris dan 3 orang penari wanita memegang bosara. Musik iringan terdiri dari 2 jenis irama yaitu irama musik gendang dan gong juga syair lagu bahasa pattae, pola lantai, busana dan aksesoris, dan tempat pertunjukan; 2) makna yang ada pada Tari Toerang Batu di Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar yaitu ragam gerak angnggaru’ memiliki makna sumpah setia seorang prajurit kepada atasannya dan bertanggung jawab melindungi keluarganya, ragam gerak mapapi-papi dan minani memiliki makna rasa hormat sebagai tanda penghormatan dan rasa syukur, properti yang digunakan penari laki-laki memiliki makna keseluruhan yaitu alat untuk membela diri dan kejantanan seorang laki-laki serta bosara dimaknai sebagai piring untuk menjamu tamu.  This study aims to answer problems about the symbols and meanings that exist in the Toerang Batu dance in Binuang District, Binuang Polewali Mandar Regency. This research is qualitative research. Data was obtained by performing data collection techniques (observation, structured interviews, and documentation). The results of this study indicate that: 1) the symbols in the Toerang Batu dance in Binuang District, Polewali Mandar Regency which include a variety of movements consist of 3 variations, namely; angnggaru' (message delivered), mapapi-papi (fan) and minani (welcome). Toerang Batu dance dancers consist of 6 people, namely, 3 male dancers who each hold a property, namely spears, swords, and kris, and 3 female dancers holding bosara. The musical accompaniment consists of 2 types of rhythm, namely the rhythm of drum and gong music as well as pattae language songs, floor patterns, clothing, and accessories, and performance venues; 2) the meaning of Toerang Batu Dance in Binuang District, Polewali Mandar Regency, namely the variety of angnggaru' movements which means a soldier's oath of loyalty to his superiors and is responsible for protecting his family, the various movements of mapapi-papi and minani have the meaning of respect as a sign of respect and sense of belonging. thankfully, the properties used by male dancers have an overall meaning, namely a tool for self-defense and a man's virility, and bosara is interpreted as a plate to entertain guests.
Tari Tradisional Sulawesi Selatan untuk Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal pada Anak di Desa Wisata Rammang-Rammang Syakhruni Syakhruni; Jalil Jalil; Prusdianto Prusdianto
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat SEMINAR NASIONAL 2021 : PROSIDING EDISI 5
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.891 KB)

Abstract

Abstrak. Salah satu bentuk kekayaan dalam kemajemukan yang Indonesia miliki adalah ragam kesenian. Tari merupakan salah satu unsur dalam kesenian. Setiap daerah di Indonesia memiliki seni tari yang berbeda-beda. Kesenian pada setiap suku bangsa menunjukkan adanya ikatan lokal yang khas, seperti gerakan dalam seni tari menunjukkan bahwa kelokalan mereka tereksplor menjadi unsur gerak gemulai dalam sebuah tarian. Tidak terkecuali di Sulawesi Selatan yang mayoritas Suku Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar juga memiliki kesenian tari. Akan tetapi generasi muda pada saat ini sudah mulai kurang meminati kesenian tradisional seperti tari karena dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan jaman. Padahal banyak pesan-pesan moral dan adiluhur yang tersimpan dari makna gerak pada sebuah tari. Implikasi dari kecintaan budaya lokal pada usia anak adalah meningkatnya kesadaran dan identitas budaya lokal pemuda dalam mempertahankan keberadaan dan kelangsungan seni tradisional, melakukan berbagai macam perubahan tanpa menyalahi kaidah-kaidah orisinalitas bu daya lokal, dan melakukan upaya menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya lokal. Atas dasar permasalahan tersebut maka dibuatlah sebuah program kegiatan masyarakat “Tari Tradisional Sulawesi Selatan untuk Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal pada Anak” dengan tujuan menjadikan pelatihan sebagai media untuk menumbuhkan rasa cinta budaya lokal sebagai bentuk pelestarian tari tradisional.Kata kunci : Tari Tradisional, Sulawesi Selatan, Budaya Lokal, Anak
Tari Tradisional Sulawesi Selatan untuk Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal pada Anak di Desa Wisata Rammang-Rammang Syakhruni Syakhruni; Jalil Jalil; Prusdianto Prusdianto; Selfiana Saenal
Sureq: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berbasis Seni dan Desain Vol 1, No 1 (2022): Jan-Jun
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.403 KB) | DOI: 10.26858/srq.v1i1.33398

Abstract

Salah satu bentuk kekayaan dalam kemajemukan yang Indonesia miliki adalah ragam kesenian. Tari merupakan salah satu unsur dalam kesenian. Setiap daerah di Indonesia memiliki seni tari yang berbeda-beda. Kesenian pada setiap suku bangsa menunjukkan adanya ikatan lokal yang khas, seperti gerakan dalam seni tari menunjukkan bahwa kelokalan mereka tereksplor menjadi unsur gerak gemulai dalam sebuah tarian. Tidak terkecuali di Sulawesi Selatan yang mayoritas Suku Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar juga memiliki kesenian tari. Akan tetapi generasi muda pada saat ini sudah mulai kurang meminati kesenian tradisional seperti tari karena dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan jaman. Padahal banyak pesan-pesan moral dan adiluhur yang tersimpan dari makna gerak pada sebuah tari. Implikasi dari kecintaan budaya lokal pada usia anak adalah meningkatnya kesadaran dan identitas budaya lokal pemuda dalam mempertahankan keberadaan dan kelangsungan seni tradisional, melakukan berbagai macam perubahan tanpa menyalahi kaidah-kaidah orisinalitas bu daya lokal, dan melakukan upaya menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai dengan budaya lokal. Atas dasar permasalahan tersebut maka dibuatlah sebuah program kegiatan masyarakat “Tari Tradisional Sulawesi Selatan untuk Menumbuhkan Kecintaan Budaya Lokal pada Anak” dengan tujuan menjadikan pelatihan sebagai media untuk menumbuhkan rasa cinta budaya lokal sebagai bentuk pelestarian tari tradisional.Kata kunci : Tari Tradisional, Sulawesi Selatan, Budaya Lokal, Anak ABSTRACTOne form of wealth in the diversity that Indonesia has is a variety of arts. Dance is one of the elements in art. Each region in Indonesia has a different dance art. Art in each ethnic group shows a distinctive locale, such as movement in dance, showing that their locality is explored as an element of graceful movement in a dance. Not in South Sulawesi where the majority of the Bugis, Makassar, Toraja and Mandar tribes also have art. However, the younger generation at this time has begun to be less interested in traditional arts such as dance because they are considered irrelevant to the times. Whereas many moral and noble messages are stored from the meaning of motion in a dance. The implication of the love of local culture at a child's age is awareness and identity of local culture in maintaining the existence and traditional arts, making various kinds of changes without violating the exploration of cultural originality, and making efforts to fight foreign cultures that are not in accordance with local culture. On the basis of these problems, a community activity program "South Sulawesi Traditional Dance to Foster Love of Local Culture in Children" was created with the aim of making training as a medium to foster a sense of love for local culture as a form of preserving traditional dance.Keywords: Traditional Dance, South Sulawesi, Local Culture, Children
Pendampingan Sitasi Karya Ilmiah Mahasiswa Seni Tari FSD UNM Menggunakan Mendeley Sri Wahyuni Muhtar; Syakhruni Syakhruni; Jamilah Jamilah
Nuansa Journal of Arts and Design Vol 6, No 2 (2022): September
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/njad.v6i2.37273

Abstract

Pendampingan mahasiswa Seni Tari Fakultas Seni dan Desain Universitas Negeri Makassar dihadiri sebanyak 34 orang, kegiatan ini berbentuk PKM dimana mitra pengabdian adalah mahasiswa semester akhir yang membutuhkan refreshment penggunaan Mendeley untuk kepentingan penyusunan skripsi. Metode yang digunakan adalah demonstrasi dan praktik terbimbing. Enam langkah pendampingan sitasi karya ilmiah telah dilaksanakan mulai dari pengenalan Mendeley, penyiapan artikel ilmiah, unduh Mendeley dan sinkronisasi Word, input artikel ilmiah ke Mendeley, sitasi karya ilmiah menggunakan Mendeley terakhir yaitu pembuatan daftar pustaka menggunakan Mendeley. Hasil pengabdian menunjukkan bahwa mahasiswa mampu menggunakan Mendeley dengan baik sejalan dengan tujuan PKM menjaga kualitas tulisan karya ilmiah mahasiswa Seni Tari FSD UNM.
PKM Pelatihan Tari Kreasi untuk Meningkatkan Kecerdasan Kreatif Anak di SD Negeri 60 Lembang Kabupaten Majene Sulawesi Barat Syakhruni Syakhruni; Heriyati Yatim; Jalil Jalil
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat SEMINAR NASIONAL 2022:PROSIDING EDISI 4
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Mitra Program Kemitraan Komunitas (PKM) ini adalah siswa SD Negeri 60 Lembang. Masalahnya adalah: (1) kercedasan kreatif siswa belum dioptimalkan, (2) pembelajaran tari yang dilaksanakan berfokus kepada guru, (3) tidak adanya pelatihan tari kepada anak yang berfokus kepada kecerdasan kreatif. Metode yang digunakan adalah: (1) diskusi awal, (2) diskusi karya tari tradisi, (3) demonstrasi, (4) orientasi musik, (5) orientasi kostum dan make -up, (6) praktek, (7) evaluasi, dan (8) pementasan. Hasil yang dicapai adalah (1) kegiatan ini menghasilkan beberapa perubahan kepada peserta, yakni; peningkatan kreatifitas, khusunya dalam menciptkan gerak tari yang dikembangakan berdasarkan pengalaman siswa sendiri., (2) Pembelajaran tari ini meningkatkan kecerdasan kreatif terhadap siswa di SD Negeri 60 Lembang. Kata kunci: tari, kreasi, kecerdasan kreatif
PKM Peningkatan Kreativitas Seni melalui Pelatihan Menggambar dan Mewarnai dengan Menggunakan Pewarna Alam pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 60 Majene Jalil Jalil; Syakhruni Syakhruni
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat SEMINAR NASIONAL 2022:PROSIDING EDISI 4
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Mitra Program Kemitraan Komunitas (PKM) ini adalah siswa SD Negeri 60 Majene. Masalahnya adalah: (1) pengelolaan pembelajaran menggambar dan mewarnai di tingkat sekolah dasar kurang dapat meningkatkan kreatifitas siswa., (2) beberapa sekolah yang memiliki siswa dalan keadaan ekonomi lemah tidak sanggup untuk membeli bahan pewarna untuk pembelajaran menggambar dan mewarnai., (3) tidak adanya pelatihan menggambar dan mewarnai yang dibuat sedemikian rupa agar lebih menyenangkan untuk tingkatan sekolah dasar. Metode yang digunakan adalah: (1) diskusi awal, (2) diskusi bahan pewarna alam, (3) persiapan bahan, (4) pelaksanaan kegiatan, (5) praktek, (6) evaluasi, dan (7) pameran. Hasil yang dicapai adalah (1) kegiatan ini menghasilkan beberapa perubahan kepada peserta, yakni; peningkatan kreatifitas, khususnya dalam menentukan bahan pewarna yang dibuat sendiri dari lingkungan sekitar mereka, (2) kegiatan menggambar dan mewarnai ini meningkatkan kreatifitas terhadap siswa di SD Negeri 60 Majene.
PELATIHAN TARI DALAM PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DI SEKOLAH DASAR Syakhruni Syakhruni; Heriyati Yatim; Jalil Jalil; Andi Taslim Saputra; Siti Asmaulul Izmi
Sureq: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berbasis Seni dan Desain Vol 1, No 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/srq.v1i2.39435

Abstract

Mitra Program Kemitraan Komunitas (PKM) ini adalah siswa SD Negeri 60 Lembang. Masalahnya adalah: (1) kercedasan kreatif siswa belum dioptimalkan, (2) pembelajaran tari yang dilaksanakan berfokus kepada guru, (3) tidak adanya pelatihan tari kepada anak yang berfokus kepada kecerdasan kreatif. Metode yang digunakan adalah: (1) diskusi awal, (2) diskusi karya tari tradisi, (3) demonstrasi, (4) orientasi musik, (5) orientasi kostum dan make -up, (6) praktek, (7) evaluasi, dan (8) pementasan. Hasil yang dicapai adalah (1) kegiatan ini menghasilkan beberapa perubahan kepada peserta, yakni; peningkatan kreatifitas, khusunya dalam menciptkan gerak tari yang dikembangakan berdasarkan pengalaman siswa sendiri., (2) Pembelajaran tari ini meningkatkan kecerdasan kreatif terhadap siswa di SD Negeri 60 Lembang
Tari Pepe-Pepeka ri Makka: Analisis Perubahan Bentuk dan Fungsi Syakhruni Syakhruni; Andi Taslim Saputra; Jalil Saleh
PANGGUNG Vol 32, No 4 (2022): Keragaman Budaya, Kajian Seni, dan Media
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (539.457 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v32i4.2011

Abstract

Tari Pepe-Pepeka ri Makka merupakan salah satu warisan budaya leluhur yang masih hidup sampai sekarang. Tari ini semula berfungsi sebagai penyebaran agama Islam dan sebagai sarana ritual bagi umat islam. Seiring dengan perkembangan zaman fungsinya berubah menjadi pertunjukan hiburan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perubahan bentuk dan fungsi pada pertunjukan tari Pepe-Pepeka ri Makka di Paropo Makassar. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan pendekatan etnokoreologi dan -pepeka ri Makka dan faktor penyebabnya sehingga tetap eksis. Penelitian ini bersifat penelitian kualitatif dengan pendekatan etnokoreologi yang dikemukakan oleh Soedarsono, yaitu penelitian yang mengkombinasikan antara tekstual dan kontekstual serta menggunakan teori bantu yakni teori perubahan Alvin Boskoff yaitu perubahan dilihat dari segi internal dan eksternal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan bentuk dan fungsi tari Pepe-Pepeka ri Makka tampak pada penambahan dan penggarapan gerak, desain lantai, alat musik, waktu, dan tempat pertunjukan. Perubahan bentuk dan fungsi tari Pepe-Pepeka ri Makka didukung oleh masyarakat, seniman, dan lembaga yang terkait sehingga menjadikan tari Pepe-Pepeka ri Makka tetap eksis hingga saat ini.