Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Risk Factors of Stunting in Children Aged 6-59 Months: A Case-Control Study in Horticulture Area Prayudhy Yushananta; Mei Ahyanti; Yetti Anggraini
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol. 15 No. 4 (2021): Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology
Publisher : Institute of Medico-legal Publications Pvt Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37506/ijfmt.v15i4.17028

Abstract

Background. Stunting is a critical public health problem in Indonesia because it affects cognitive andphysical development and contributes to child mortality. This study aims to identify risk factors for stuntingin children aged 6-59 in the horticultural area. Methods. A case-control study was conducted to compareprevious exposure between stunted children and non-stunted children. Measurements and interviews wereconducted with 160 participants (120 controls and 40 cases), including mothers or caregivers. SPSS wasused for X2 statistical analysis, multiple logistic regression, and odds ratios. Results. The study identifiedfour risk factors for stunting: children who were born short (AOR = 17.57; 95% CI: 5.02-61.51), LBW(AOR = 4.35; 95% CI: 1.38-13, 78), and got a low protein intake (AOR = 4.96; 95% CI: 1.22-20.26).Significantly, a relationship between stunting and access to sanitation was also found (AOR = 6.06; 95%CI: 1.25-29.35). Conclusion. The risk factors for stunting in children aged 6-59 are related to nutritionduring pregnancy and the child’s quality of food. Nutrition interventions should emphasize improving thenutritional status of pregnant women and children and women empowering to affect access to resources andallocations for children’s nutrition.
PENINGKATKAN BERAT BADAN, KUALITAS TIDUR YANG BAIK DAN KELANCARAN BUANG AIR BESAR DENGAN PIJAT BAYI Yetti Anggraini; Sadiman; Firda Fibrila; Islamiyati
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Ungu( ABDI KE UNGU) Vol. 1 No. 1 (2019): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Ungu ( ABDI KE UNGU)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pijat bayi sebagai salah satu bentuk bahasa sentuhan ternyata memiliki efek yang positif untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Berdasarkan informasi pendahuluan yang didapatkan penulis bahwa budaya pijat bayi di wilayah Kota Metro masih cukup dilestarikan dan hal ini dilakukan oleh dukun bayi. Pelaksanaan pijat bayi oleh dukun pijat bayi banyak yang tidak sesuai dengan teknik yang terdapat dalam pedoman pemijatan menurut kesehatan. Pijat bayi sebaiknya dilakukan oleh orang yang terdekat dengan bayi dalam hal ini ibu bayi dalam rangka meningkatkan sentuhan fisik seperti belaian, pelukan dan pijatan lembut yang akan meningkatkan ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi. Bayi yang dipijat akan mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke 10) yang membuat kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin meningkat sehingga penyerapan sari makanan menjadi lebih baik, penyerapan makanan yang lebih baik akan menyebabkan bayi cepat lapar dan karena itu bayi akan lebih sering menyusu. Pemijatan juga mengoptimalkan tumbuh kembang bayi dengan resiko tinggi, yakni bayi-bayi yang dalam proses kehamilan dan kelahirannya mempunyai faktor-faktor resiko yang dapat mengganggu tumbuh kembangnya. Misalnya, berat lahir kurang dari 2000 gram. Pijat bayi dapat digolongkan sebagai aplikasi stimulasi sentuhan karena dalam pijat bayi terdapat unsur sentuhan berupa kasih sayang, perhatian, suara, pandangan mata, gerakan dan pijatan. Stimulasi ini akan merangsang perkembangan struktur dan fungsi sel- sel otak. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan penyuluhan tentang pijat bayi dapat meningkatkan berat badan, meningkatkan kualitas tidur, dan melancarkan buang ai besar pada bayi, serta melatih kader dan ibu bayi usia 3-6 bualn dalam menerapkan teknik komplementer pijat bayi secara mandiri. Metode pemecahan masalah yang dilakukan berupa penyuluhan tentang pentingnya pijat bayi, demonstrasi pijat dengan phantom bayi, serta langusng mempraktikkan langkah-langkah pijat bayi sesuai dengan langkah-langkah dan prosedural yang benar. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat menunjukkan bahwa efektifitas pijat bayi terhadap peningkatan berat badan bayi baik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol ada perbedaan yang bermakna dengan p value 0,000, terhadap peningkatan waktu tidur baik kelompok perlakuan dan juga kelompok kontrol ada pebedaan yang bermakna dengan p value kelompok perlakuan 0,000 dan kelompok kontrol 0,003, dan terhadap peningkatan frekuensi BAB kelompok perlakuan ada perbedaan yang bermakna dengan p value 0,025 dan pada kelompok kontrol tidak ada pebedaan yang bermakna dengan p value 0,655. Diharapkan bidan sebagai pemberi pelayanan dapat mensosialisasikan dan atau pelatihan pijat bayi kepada para bidan desa maupun kader-kader yang ada disetiap posyandu di wilayah kerjanya, dan para ibu-ibu menyusui dapat melakukannya sendiri dirumah.
UPAYA MEMPERCEPAT PROSES INVOLUSI UTERUS DAN MEMPERLANCAR ASI DENGAN PIJAT OKSITOSIN Yuliawati; Yetti Anggraini; Sadiman
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Ungu( ABDI KE UNGU) Vol. 1 No. 1 (2019): Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Ungu ( ABDI KE UNGU)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berdasarkan data Kemenkes, pada 2015 tercatat ada 305 ibu meninggal per 100 ribu orang. Menurut WHO (2008) seperempat dari seluruh kematian ibu di tahun 2016, 32 persen diakibatkan perdarahan antepartum dan post partum, sementara 26 persen diakibatkan hipertensi yang menyebabkan terjadinya kejang, keracunan kehamilan, sehingga menyebabkan ibu meninggal (Kemenkes RI, 2013). Salah satu penyebab perdarahan adalah terjadinya sub involusi uterus. Sub involusi uterus adalah keadaan menetap atau terjadinya retardasi involusi. Proses normalnya menyebabkan uterus kembali ke bentuk semula. Akan tetapi, fenomena di lapangan, masih banyak ditemukan ibu nifas hari ketiga dengan TFU masih satu jari dibawah pusat, padahal seharusnya sudah tiga jari dibawah pusat. Hal ini mengindikasikan masih banyak ibu nifas yang mengalami keterlambatan penurunan TFU. Pemberian ASI eksklusif juga masih rendah, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) (2013) pemberianASI ekslusif pada bayi selama enam bulan hanya 40,6% jauh dari target nasional yang mencapai 80%. Upaya untuk mengatasi hal tersebut salah satunya dengan pijat oksitosin. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, proses involusi, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. Pengabmas ini bertujuan untuk memberikan informasi dan penyuluhan tentang pijat oksitosin untuk mempercepat proses inivolusi dan memperlancar ASI. Kegiatan pengabmas ini melatih kader dan ibu menyusui untuk dapat melakukan pijat oksitosin secara mandiri. Metode pemecahan masalah yang dilakukan berupa penyuluhan tentang pijat oksitosin, dengan langsung mendemonstrasi dan kemudian mempraktikkan langsung pada ibu-ibu menyusui langkah-langkah pijat oksitosin sesuai dengan prosedural. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat menunjukkan bahwa ada pengaruh pijat oksitosin terhadap perubahan tinggi fundus uteri dan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu post partum normal, ada pengaruh pijat oksitosin terhadap perubahan tinggi fundus uteri dan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu post SC. Pengabmas ini diharapkan bidan dapat mensosialisasikan teknik-teknik komplementer dimulai dari ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas, khususnya pijat oksitosin pada ibu nifas yang bertujuan untuk mempercepat proses involusi uterus dan memperlancar pengeluaran ASI.
ANALISIS PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMK MUHAMMADIYAH 3 METRO Martini Martini; Yetti Anggraini; Prasetyowati; Yoga Triwijayanti; Lia Fitri Andini
JOEL: Journal of Educational and Language Research Vol. 1 No. 8: Maret 2022
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.004 KB)

Abstract

Remaja antara 10-19 tahun serta belum kawin. Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjelaskan batasan remaja usia 10-24 tahun dan belum menikah (Kemenkes RI, 2016). Terdapat tiga risiko kesehatan reproduksi remaja (TRIAD KRR), yaitu Seksualitas (sex pranikah), HIV/AIDS dan Napza (penyalahgunaan obat-obatan terlarang). Kondisi saat ini sebagian dari remaja telah memasuki perilaku beresiko seperti menikah di usia dini, terlibat dalam perilaku seks pranikah, menggunakan Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), serta terinfeksi Human immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS). Di era pandemi terjadi penurunan pelayanan program generasi berencana (GenRe) secara nasional. Keadaan ini dikhawatirkan berdampak terhadap terjadi Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus pernikahan dini
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA BUMI AGUNG MARGA KECAMATAN ABUNG TIMUR KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2018 Evi Herlinda; Yetti Anggraini
Jurnal Gizi Aisyah Vol. 2 No. 1 (2019): Jurnal Gizi Aisyah
Publisher : Journal Aisyah University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.171 KB)

Abstract

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan bayi terbaik bagi bayi yang baru lahir. ASI adalah makanan yang paling sempurna karena bersih, mengandung antibodi yang penting, dan nutrisi yang tepat. ASI terbukti melindungi bayi dari penyakit dan baik bagi ibu. Cakupan ASI eksklusif Kabupaten Lampung Utara. pada tahun 2014 bayi yang mendapat ASI eksklusif sebanyak 42%. Tujuan penelitian adalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif di Klinik Nur Faiza Kotabumi Lampung Utara tahun 2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cros sectional. Populasi adalah ibu yang mempunyai bayi usia 0 - 6 bulan dengan rata-rata kunjungan perbulan sebanyak 30 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30. Analisa Univariat dan Bivariat. Hasil penelitian didapat Sebagian besar 43,3% (13 orang) ibu tidak memberikan ASI secara eksklusif. Sebagian besar ibu memiliki pendidikan tinggi 56,7% (17 orang). Sebagian besar ibu memiliki pengetahuan kurang baik 63,3% (19 orang). Sebagian besar ibu bekerja 58,5% (38 orang). Sebagian besar ibu memiliki pendapatan keluarga sesuai UMR 56,7% (17 orang). Sebagian peran ayah ASI sebagian besar tinggi 66,7% (20 orang). Sebagian besar ibu memiliki pengaruh sosial budaya yang mendukung pemberian ASI 70% (21 orang). Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif yaitu dapat dilihat dari nilai p.value 0,035 (<0,05). Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif p.value 0,000 (<0,05). Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif p.value 0,007. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif p.value 0,033 Ada hubungan antara peran Ayah ASI dengan pemberian ASI eksklusif p.value 0,000 Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif p.value 0,020. Saran untuk ibu menyusui hendaknya ditingkatkan lagi pengetahuan tentang menyusui dan ASI eksklusif sehingga meningkatkan perilaku dalam pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan
Sosialisasi dan Pemeriksaan Payudara (SADANIS) dan Kanker Serviks Metode IVA Di Puskesmas Yosomulyo Martini Martini; Yetti Anggraini; Yuliawati Yuliawati
Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama Vol 2, No 2 (2021): Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama Volume 2 Nomor 2 Agustus 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jpk.v2i2.95

Abstract

Data Globocan menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker. Target pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim Kota Metro sendiri sampai dengan tahun 2019 masih belum tercapai. keberhasilan dan pencapaian target deteksi dini kanker perlu kerjasama dan koordinasi yang baik dengan Lintas Program dan Lintas Sektor melalui pemeriksaan sedini mungkin kanker payudara dan kanker leher rahim sebagai Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) bagi Pasangan Usia Subur (PUS) di Kota Metro. Bentuk kegiatan ini pelayanan pemeriksaan dan penyuluhan tentang kanker servik melalui IVA dan deteksi kanker payudara melalui metode Sadanis dan SADARI yang dilaksanakan di puskesmas Yosomulyo Kota Metro. Jumlah peserta perempuan yang sudah menikah sebanyak 32 orang domisili Kecamatan Metro Pusat. Pada kegiatan ini sebanyak 2 orang terdeteksi IVA positif dengan diagnosis cervicitis dan kondiloma. Penatalaksanaan langsung dilakukan cryo oleh dokter. Pemeriksaan deteksi cancer payudara satu orang diduga POM dari 32 jumlah seluruh peserta kegiatan yang melakukan skreening IVA dan kanker payudara di Puskesmas Yosomulyo Metro Pusat Kota Metro.
Upaya Mempercepat Proses Involusi Uterus dan Memperlancar Asi Dengan Pijat Oksitosin Yuliawati Yuliawati; Yetti Anggraini; Sadiman Sadiman
Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama Vol 1, No 1 (2020): Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama Volume 1 Nomor 1 April 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jpk.v1i1.18

Abstract

Data Kemenkes pada 2015 tercatat ada 305 ibu meninggal per 100 ribu orang. Menurut WHO (2008) seperempat dari seluruh kematian ibu di tahun 2016, 32 persen diakibatkan perdarahan antepartum dan post partum, sementara 26 persen diakibatkan hipertensi yang menyebabkan terjadinya kejang, keracunan kehamilan, sehingga menyebabkan ibu meninggal (Kemenkes RI, 2013). Salah satu penyebab perdarahan adalah terjadinya sub involusi uterus. Sub involusi uterus adalah keadaan menetap atau terjadinya retardasi involusi. Proses normalnya menyebabkan uterus kembali ke bentuk semula. Akan tetapi, fenomena di lapangan, masih banyak ditemukan ibu nifas hari ketiga dengan TFU masih satu jari dibawah pusat, padahal seharusnya sudah tiga jari dibawah pusat. Hal ini mengindikasikan masih banyak ibu nifas yang mengalami keterlambatan penurunan TFU. Pemberian ASI eksklusif juga masih rendah, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) (2013) pemberianASI ekslusif pada bayi selama enam bulan hanya 40,6% jauh dari target nasional yang mencapai 80%. Upaya untuk mengatasi hal tersebut salah satunya dengan pijat oksitosin. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk  merangsang  hormon  prolaktin  dan  oksitosin  setelah  melahirkan. Manfaat pijat  oksitosin  adalah memberikan  kenyamanan  pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, proses involusi, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. Pengabmas ini bertujuan untuk memberikan informasi dan penyuluhan tentang pijat oksitosin untuk mempercepat proses inivolusi dan memperlancar ASI. Kegiatan pengabmas ini melatih kader dan  ibu menyusui untuk dapat melakukan pijat oksitosin secara mandiri. Metode pemecahan masalah yang dilakukan berupa penyuluhan tentang pijat oksitosin, dengan langsung  mendemonstrasi dan kemudian mempraktikkan langsung pada ibu-ibu menyusui langkah-langkah pijat oksitosin sesuai dengan procedural. Hasil kegiatan pengabdian masyarakat menunjukkan bahwa ada pengaruh pijat oksitosin terhadap perubahan tinggi fundus uteri dan kelancaran pengeluaran  ASI pada ibu post partum normal, ada pengaruh pijat oksitosin terhadap perubahan tinggi fundus uteri dan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu post SC.  Pengabmas ini diharapkan bidan dapat mensosialisasikan teknik-teknik komplementer dimulai dari ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas, khususnya pijat oksitosin pada ibu  nifas  yang bertujuan untuk mempercepat proses involusi uterus dan memperlancar pengeluaran ASI.