Gede Kambayana
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FK Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia

Published : 33 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : ISM (Intisari Sains Medis) : Jurnal Kedokteran

Keberhasilan Terapi Rituximab pada Seorang Pasien dengan Lupus Nephritis Berat: Laporan Kasus Ni Putu Dewi Indriyani; Pande Ketut Kurniari; Gede Kambayana
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 3 (2020): (Available online: 1 December 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (658.839 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i3.631

Abstract

Background: Lupus nephritis is one of complication of systemic lupus erythematosus (SLE) which manifests to the kidneys. Lupus nephritis occur in 50-60% of cases in the first ten years of the onset of SLE. Standard therapy for lupus nephritis are immunosuppressive drugs such as corticosteroids and cytostatics. In a refracter case, biologic agent has giving new hope.Case description: We report a case of seventeen years old female with chief complaints of edema in both feet, skin rash caused by sun exposure, joint pain, mouth ulcer with positive ANA test, proteinuria and high blood sugar level. Patient was then diagnosed with SLE, lupus nephritis and other types of DM. Patient was treated with combination theraphy of cycloposphamide and Rituximab. Patient then discharged in good condition.Conclusion:  we suggest that combination of cycloposphamide and Rituximab is effective in controlling SLE and reducing the dose of steroid theraphy.Keyword: biological agents, systemic lupus erythematosus, lupus nephritis  Latar belakang: Lupus nephritis merupakan salah satu komplikasi penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang bermanifestasi ke ginjal. Komplikasi lupus nephritis terjadi pada 50-60% kasus dalam sepuluh tahun pertama onset penyakit SLE. Terapi lupus nephritis meliputi obat-obatan imunosupresif seperti kortikosteroid dan sitostatika. Pada kasus-kasus yang refrakter, terapi dengan agen biologis memberikan harapan baru. Harapan hidup jangka panjang dan renal survival pasien SLE dengan lupus nephritis secara progresif telah mengalami peningkatan sejak ditemukannya agen biologis, rujukan yang lebih dini, dan kriteria diagnostik yang lebih baik.Deskripsi kasus:Kami melaporkan kasus seorang perempuan, berusia 17 tahun, suku Timor, datang dengan keluhan utama bengkak pada kedua punggung kaki, kemerahan pada kulit bila terkena sinar matahari, nyeri sendi, ulserasi pada mulut, dengan hasil laboratorium ANA test positif, proteinuria, disertai kadar gula darah yang tinggi. Pasien didiagnosis dengan SLE, lupus nephritis, dan DM Tipe lain. Setelah diberikan terapi cycloposphamide dan Rituximab, kondisi pasien membaik. Kesimpulan: regimen terapi ini efektif untuk mengontrol penyakit SLE dan memungkinkan untuk penurunan dosis terapi steroid.
Fenomena raynaud sekunder pada seorang penderita kanker kolon I Gusti Agung Indra Adi Kusuma; Gede Kambayana
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 3 (2020): (Available online: 1 December 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.144 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i3.801

Abstract

Introduction: Secondary Raynaud's phenomenon (RP) is a transient microvascular spasm associated with other etiologies with clinical features of triphasic manifestations. Malignancy is a rare cause of secondary RP. Case Report: A man, 46 years, came to Sanglah General Hospital with secondary RP and colorectal malignancy. Discoloration white at the distal digits of the right manus and digits 3-5 left and sometimes accompanied thick at the fingertips, involved proximal to the medial phalanges. Laboratory examination showed albumin 2.55 g / dL, globulin 2.12 g / dL, LDH 323 IU / L, CRP 6.5 mg / dL, CEA 5.83 ng / mL plain abdominal radiograph impression of thickening on the part of the wall and show colitis appearance, be suspected ileus in the upper left abdominal region. Base on histopathological examination, ascending colon presents well-differentiated adenocarcinoma, and abdominal CT shows liver metastases. Management of patients with secondary RP with lifestyle and pharmacological interventions and chemotherapy for colorectal adenocarcinoma as the underlying cause. Pharmacological therapy of RP with intraoral amlodipine Conclusion: Malignancy in this patient as a cause of RP and management is carried out to treat primary disease and Raynaud's  Pendahuluan:    Fenomena Raynaud (RP) sekunder merupakan vasokontriksi transien pada mikrovaskular dikaitkan dengan etiologi lain dengan gambaran manifestasi trifasik. Keganasan menjadi kausa yang jarang pada RP sekunder.Laporan Kasus: Seorang laki-laki, usia 46 tahun, datang ke RSUP Sanglah dengan RP sekunder dan keganasan kolorektal. Dengan pucat  pada distal digiti manus dekstra dan digiti 3-5 sinistra dan disertai kadang tebal di ujung jari, meliputi proksimal sampai  medial falang. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan albumin 2,55 g/dL, dan globulin 2,12 g/dL, LDH 323 IU/L, CRP  6,5 mg/dL, CEA 5,83 ng/mL dengan foto polos abdomen kesan penebalan pada sebagian dinding usus menunjukkan suatu gambaran kolitis yang diduga ileus pada regio abdomen kiri atas, kolon asenden dengan gambaran well differentiated adenokarsinoma  pada hasil biopsi histopatologi dan CT abdomen menunjukkan metastasis pada hepar. Penatalaksanaan pasien RP sekunder dengan intervensi gaya hidup dan farmakologis serta kemoterapi untuk adenokarsinoma kolorektal sebagai penyebab dasar. Terapi farmakologis RP dengan pemberian amlodipin intra oral.Simpulan: Kondisi keganasan pada pasien sebagai kausa dari RP dan tatalaksana  pengobatan spesifik RP.