Claim Missing Document
Check
Articles

Solusi Strategis Penangan Masalah Sampah Dengan Mengolah Sampah Dapur Menjadi Pupuk Organik Cair (POC): (Kasus Dua Desa Pinggir Kota di Kota Singaraja Bali) Pageh, I Made; Aryana, I Gusti Made
Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.692 KB) | DOI: 10.23887/jiis.v4i2.16533

Abstract

Kajian ini memiliki tujuan untuk memberikan edukasi kepadamasyarakat di Desa Sari Mekar dan Desa Banyuasri di Buleleng Balitentang pentingnya pengelolaan sampah menjadi Pupuk Organik Cair(POC). Bentuk kegiatan berupa pelatihan, pendampingan dan workshoppengelolaan sampah dapur keluarga menjadi POC. Dilaksanakan di desaSari Mekar (2017) dan Desa Banyuasri (2018). Produk kegiatan iniadalah POC yang dapat dipergunakan sebagai penyubur tanaman dariakar maupun daun, termasuk hidroponik. POC hasil komposisasi inidapat dikembangkan dengan menggunakan sistem peragian, denganlimbah air beras dan gula aren. Dampak langsung Kegiatan ini padakeluarga, dengan membiasakan memilah sampah organik dengananorganik, tidak membuang sampah sembarangan, dan tumbuhkesadaran ekonomis bahwa sampah dapat berubah dari masalah menjadiberkah. Sampah organik dapur adalah sampah terbanyak menggunakanpalastik, strofum, dan kemasan makanan fastfood. Dengan melakukan pemilahan sampah dari rumahtangga dapat berdampak langsung pada lingkungan paling hulu dalam siklus sampah di dua desa ini.Sedangkan sampah anorganik dapat dilola menjadi barang berguna lainnya, atau dijual langsung padabank sampah yang sudah tersedia di Buleleng. Dengan demikian pengabdian ini menjadi sangat strategisdalam menangani masalah sampah perkotaan dan pedesaan.
POWER BEHIND HARMONY: CRITICAL ETHNOGRAPHY OF RELATION BETWEEN CHINESE ETHNIC GROUP AND BALINESE ETHNIC GROUP AT PUPUAN VILLAGE, TABANAN, BALI Aryana, I Gusti Made; Wirawan, AA Bagus; Atmadja, Nengah Bawa
E-Journal of Cultural Studies Volume 10, Number 3, August 2017
Publisher : Cultural Studies Doctorate Program, Postgraduate Program of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (520.439 KB) | DOI: 10.24843/cs.2017.v10.i03.p02

Abstract

The harmonious relation between the ethnic groups living at Pupuan Village can be evidenced by the inter-ethnic marriages. The problems of the present study can be formulated in three questions. They are why the Chinese ethnic people can live harmoniously with the Balinese ethnic people, how is the dynamics of the power behind the harmonious relation between the Chinese ethnic people and Balinese ethnic people at Pupuan Village, and how the educational model implemented by the Chinese ethnic people and Balinese ethnic people is developed to contribute to the harmonious relation between the two ethnic groups from the ethno pedagogic perspective. The descriptive and qualitative method was used in the present study. The data were collected through in-depth interview, observation, and documentary study. The data were analyzed using the interactive analysis method. The theories used include the Theory of Practice proposed by Bourdieu, the Theory of Discourse of Power/Knowledge proposed by Foucault, theory of Habernas Education, and so forth. The result of the study shows that there are several reasons why the relation between the Balinese ethnic people and Chinese ethnic people has become harmonious. They use power and capital. The Balinese ethnic people use the spiritual capital (the capital of cultural power) through the values of the local genius. The Chinese ethnic people use the socio-economic capital they have to make the domination of the Balinese people balanced. The dynamics of the power behind harmony shows that the relation between the two ethnic people at Pupuan Village is made to be diluted resulting from the power of the internal (local) people and the external (national) people which can be seen from the religious aspect, political aspect, socio-cultural aspect, and socio-economic aspect. The ethnopedagogic educational model is developed using different media such as the societal organization, the social activity in the forms of ngayah (doing voluntary religious things) and ngoupin (helping other people living in the neighborhood prepare and perform their traditional and religious activities).
TRADISI PANGUANGAN DI DESA ULIAN, KINTAMANI, BANGLI, BALI, SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA N 1 KINTAMANI ., I Komang Dedi Indra Asmara p; ., Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum; ., Drs. I Wayan Mudana,M.Si.
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v2i2.3825

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latar belakang keberadaan Tradisi Panguangan di Desa Ulian, Kintamani, Bangli, Bali; (2) Bentuk/wujud dari Tradisi Panguangan, dan (3) Aspek-aspek dari Tradisi Panguangan yang dapat dijadikan sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA N 1 Kintamani. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) penentuan lokasi penelitian, (2) penentuan informan, (3) pengumpulan data (observasi, wawancara, pencatatan dukumen), (4) penjaminan keaslian data (triangulasi data dan triangulasi metode), dan (5) analisis data. Hasil penelitian menunjukan Tradisi Panguangan merupakan uapcara yadnya yang didasari oleh rasa bakti umat Hindu di Ulian untuk memohon anugrah kehadapan Ida Sang Hyang Widhi. Pelaksanaan upacara ini pada dasarnya dilatarbelakangi oleh rasa bakti dan cinta kasih masyarakat Desa Ulian kepada leluhurnya yang telah meninggalkan bermacam-macam kebudayaan terutama pelestarian lingkungan hidup serta menjaga keharmonisan kehidupan manusia melalui upacara yadnya. Bentuk/wujud tradisi panguangan yaitu : (1) Gagasan Tradisi Panguangan merupakan tradisi yang digagas dengan tujuan untuk meletarikan lingkungan. (2) aktivitas Tradisi Panguangan berkaitan dengan bentuk aktivitas Tradisi Panguangan, masyarakat Desa Ulian melaksanakan aktivitas-aktivitas untuk mewujudkan tradisi ini berjalan secara optimal. (3) Atefak Tradisi Panguangan Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia. Aspek-aspek yang bisa dijadikan sumber belajar dalam Tradisi Panguangan adalah bentuk fisik bangunan, sejarah, gotong royong dan kebersamaan, dan religius.Kata Kunci : Tradisi Panguangan, bentuk/wujud tradisi, sumber belajar sejarah This study aimed to determine (1) the background in the village where Tradition Panguangan Ulian, Kintamani, Bangli, Bali; (2) The shape / form of Tradition Panguangan, and (3) aspects of the Tradition Panguangan that can be used as a source of Learning History in SMA N 1 Kintamani. This study used a qualitative approach, namely: (1) determining the location of the research, (2) the determination of the informant, (3) data collection (observation, interview, recording dukumen), (4) guarantees the authenticity of the data (triangulasi triangulasi data and methods), and (5) data analysis. The results showed a uapcara yadnya Panguangan tradition based on the devotion of Hindus in Ulian to invoke the gift presented to Ida Sang Hyang Widhi. Implementation of this ceremony is essentially motivated by a sense of devotion and love to his ancestors Ulian villagers who have left a variety of cultures, especially the preservation of the environment and maintain harmonious human life through yadnya ceremony. Shape / form Panguangan Tradition that is: (1) The idea Panguangan Tradition is a Tradition that was initiated with the aim to meletarikan environment. (2) activity Panguangan Tradition associated with this form of activity Panguangan Tradition, villagers Ulian implement activities to achieve this tradition running optimally. (3) Artifacts Panguangan Atefak Tradition is a form of physical culture in the form of the results of the activities, actions, and the work of all human beings. Aspects that could be used as a source of learning in the tradition of Panguangan is the physical form of the building, history, mutual assistance and solidarity, and religious.keyword : Tradition Panguangan, shape / form of the tradition, the history of learning resources.
MASJID AL IMRON: LATAR BELAKANG PENDIRIAN DAN NILAI PENDIDIKAN SEJARAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI DESA TOYAPAKEH, NUSA PENIDA, KLUNGKUNG, BALI ., Ni Ketut Eka Kresna Dewipayanti; ., Dra. Luh Putu Sendratari,M.Hum; ., Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v4i1.2125

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) faktor-faktor yang melatarbelakangi pendirian Masjid Al Imron; (2) fungsi Masjid Al Imron bagi komunitas muslim setempat; dan (3) nilai pendidikan sejarah yang dapat diambil dari Masjid Al Imron di Desa Toyapakeh sebagai sumber belajar sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) Metode penentuan lokasi penelitian; (2) Metode penentuan informan; (3) Metode pengumpulan data (observasi, wawancara, dan studi dokumentasi); (4) Metode analisis data; dan (5) Metode pelaporan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) faktor-faktor yang melatarbelakangi pendirian Masjid Al Imron yakni (a) faktor religi; (b) faktor sosial; dan (c) faktor budaya. 2) Fungsi Masjid Al Imron bagi komunitas muslim setempat, di antaranya (a) Fungsi religi; (b) fungsi sosial; (c) fungsi budaya; dan fungsi pendidikan. 3) Nilai pendidikan sejarah yang dapat diambil dari Masjid Al Imron sebagai sumber belajar sejarah yaitu, (a) Nilai religius; (b) nilai keagungan budaya; (c) nilai toleransi; dan (d) nilai kepahlawanan. Kata Kunci : Masjid, nilai sejarah, sumber belajar. This study attempted to investigate: (1) The factors underlying the establishment of Masjid Al Imron , (2) the function of Masjid Al Imron for the local Muslim community, and (3) educational value of history that can be taken from the mosque in the village of Al Imron Toyapakeh as a source of learning history. This study used qualitative approach, there are: (1) method of determining research location, (2) method of determining sources, (3) data collection methods (observation , interviews , and documentation), (4) methods of data analysis, and (5) methods of reporting research results. The results showed that: 1) The factors underlying the establishment of Masjid Al Imron namely (a) the religious factor, (b) social factors and (c) cultural factors. 2) Function Masjid Al Imron for the local Muslim community, including (a) the function of religion, (b) social function, (c) the function of culture, and educational functions. 3) The value of education that can be drawn from the history of Masjid Al Imron as a source of learning history that is, (a) religious value, (b) the value of cultural greatness ; (c) the value of tolerance, and (d) the value of heroism. keyword : Mosque, history value, sources.
Peranan Nyoman Gempol Dalam Menentang Kolonialisme Belanda di Buleleng Tahun 1858 ( Nilai-nilai Kepahlawanan dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Indonesia di SMA/SMK) ., Made Arya Jini Setiawan; ., Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum; ., Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v2i3.4274

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peranan Nyoman Gempol pada tahun 1858 dalam menentang kekuasaan Belanda tahun 1858, (2) Nilai – nilai kepahlawanan yang dapat diwariskan dari perjuangan Nyoman Gempol dalam menentang kekuasaan Belanda di Buleleng pada tahun 1858 dan (3) Nilai-nilai kepahlawanan perjuangan Nyoman Gempol yang dapat diwariskan dan bisa berkontribusi bagi sumber belajar sejarah SMA/SMK Kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan langkah-langkah yaitu: (1) Pengumpulan Sumber / jejak-jejak sejarah (Heurisrik): studi dokumentasi, wawancara, dan observasi, (2) Kritik Sumber (eksternal dan internal), (3) Interpretasi/penafsiran, (4) Penulisan kisah Sejarah (Historiografi). Penelitian ini menghasilkan temuan, antara lain: (1) Pahlawan Nyoman Gempol di dalam menentang Kolonialisme Belanda di Buleleng pada tahun 1858 terjadi karena ketidaksetujuannya Raja Buleleng dari keturunan Panji Sakti dijadikan sebagai Regent Belanda, selain itu akibat meninggalnya Wayan Liar ayah dari Nyoman Gempol pada saat perang Buleleng mengakibatkan Nyoman Gempol dendam kepada Belanda, sehingga beliau mengadakan sebuah pemberontakan terhadap kekuasaan Belanda di Buleleng. (2) Nilai-nilai kepahlawanan yang terkandung dari sosok Nyoman Gempol yaitu: (a) Keberanian; (b) patriotisme; (c) rela berkorban; (d) kewibawaan; (e) solidaritas, (f) religius, (g) kejujuran, dan (3) Nilai-nilai kepahlawanan Nyoman Gempol yang bisa berkontribusi menjadi sumber pembelajaran sejarah Indonesia di SMA/SMK.Kata Kunci : Pahlawan, Nilai-nilai kepahlawanan, Sumber Belajar This study aimed to determine (1) the role of Nyoman Gempol in 1858 in opposition to Dutch rule in 1858, (2) Value - the value of heroism that can be inherited from Nyoman Gempol struggle against Dutch rule in Buleleng in 1858 and (3) values Nyoman heroic struggle Gempol value that can be inherited and could contribute to the source to learn the history of SMA / SMK curriculum 2013. the method used in this study is the method of historical research with the steps are: (1) collection of source / traces of history (Heurisrik) : study of documentation, interviews, and observations, (2) Criticism Sources (external and internal), (3) interpretation / interpretation, (4) Writing History stories (historiography). The research resulted in findings, among others: (1) Heroes Nyoman Gempol inside against the Dutch Colonialism in Buleleng in 1858 occurred because of disapproval of the descendants of Raja Panji Sakti of Buleleng serve as Regent Netherlands, on the other hand due to the death of Wayan Liar who the father of Nyoman Gempol upon Buleleng war resulted Nyoman Gempol revenge against the Netherlands, so he organized a rebellion against Dutch rule in Buleleng. (2) The values of heroism embodied by the figure of Nyoman Gempol namely: (a) Courage; (b) patriotism; (c) self-sacrifice; (d) the authority; (e) solidarity, (f) religious, (g) honesty, and (3) The values of heroism Nyoman Gempol that could contribute to the source of the teaching of history Indonesian in high school / vocational school. Keywords: Heroes, The values of heroism, Learning Resources. keyword : Heroes, The values of heroism, Learning Resources.
Tradisi Mepasah di Setra Wayah Desa Trunyan, Kintamani, Bangli dan Pemanfaatannya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Peminatan di SMA Berbasis Kurikulum 2013 ., I Wayan Dedi Pranata; ., Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum; ., Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v3i1.4179

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) latarbelakang dilaksanakannya tradisi mepasah di Setra Wayah Desa Trunyan, Kintamani, Bangli; (2) pelaksanaan tradisi mepasah di Setra Wayah Desa Trunyan, Kintamani, Bangli dan (3) potensi yang dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran Sejarah dari tradisi mepasah di Setra Wayah Desa Trunyan, Kintamani, Bangli. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu: (1) penentuan lokasi ;(2) penentuan informan; (3) pengumpulan data (observasi, wawancara dan studi dokumen);(4) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data,triangulasi metode) ;(5) teknik analisis data dan (6) metode penulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Latar belakang masyarakat Desa Trunyan melaksanakan tradisi mepasah dapat dilihat dari beberapa factor yaitu faktor historis, faktor keyakinan atau kepercayaan, faktor upacara ritual. (2) proses pelaksanaan tradisi Mepasah yaitu Upacara Mepasah dilaksanakan pada dua tempat yakni di areal rumah pemiliki jenasah (rumah duka) dan di Setra Wayah, pelaksanaan tradisi mepasah menggunakan peralatan atau sarana penunjang kegiatan di antaranya yaitu: bakti angkebnasi (sesajen),ambuh (kramas), boreh (lulur), pemebek (daun lemo yang dibakar), sigsig (tapal gigi), kelatkat (anyaman bambu),lante(pembalut jenasah), ancak saji (anyaman bambu untuk melindungi jenasah dari binatang), sundin (lampu),buki (lampu pengantar jenasah), rerebu (pandan dipotong kecil-kecil yang dipercaya mampu mengusir roh jahat), tradisi mepash melibatkan tiga kelompok atau Manggalaning Yadnya yaitu: Sang Sadaka, yaitu pendeta, Sang Widya, Tukang Banten, Sang Yajamana, umat yang menyelenggarakan upacara; (3)Aspek-aspek yang terdapat pada Tradisi Mepasah di Desa Trunyan yang bisa dikembangkan menjadi sumber belajar sejarah yaitu Aspek bentuk fisik bangunan (patung Ratu Sakti Pancaring Jagat),aspek sejarah (historis), aspek gotong goyong dan kebersamaan.Kata Kunci : Tradisi, Mepasah , Setra Wayah , Sumber Belajar Sejarah This study aimed to determine (1) The background of the implementation of mepasah tradition in Setra Wayah Trunyan Village, Kintamani, Bangli; (2) The implementation of mepasah tradition in Setra Wayah Trunyan Village, Kintamani, Bangli; (3) The potential that can be used as a source of learning history from mepasah tradition in Setra Wayah Trunyan Village, Kintamani, Bangli. This study used a descriptive qualitative approach, namely: (1) location determination technique; (2) the determining of informant technique; (3) data collection techniques (observation, interviews and study of documents); (4) the guarantor of data authenticity techniques (data triangulation, method triangulation); (5) data analysis technique; (6) writing technique. The results showed that (1) Background of the Trunyan villagers implement mepasah tradition can be seen from several factors: historical factors, belief or faith factors, ritual factors. (2) the process of implementation Mepasah tradition that is Mepasah ceremony held at two places namely in the area of home owner's body (the funeral home) and at Setra Wayah, implementation of mepasah tradition is using equipment or facilities to support activities such as: bakti angkeb nasi (offerings),ambuh (shampooing), boreh (scrubs), pemebek (lemo leaves were burned), sigsig (toothpaste), kelatkat (woven bamboo), lante (pads bodies), ancak saji (woven bamboo to protect the bodies from animals), sundih (lamp),buki (bodies conductor lamp), rerebu (pandan leaves cut into small pieces which is believed to ward off evil spirits), mepasah tradition involves three groups or Manggalaning Yadnya: Sang sadaka, the pastor, Sang Widya, Tukang Banten, Sang Yajamana, the people who organize ceremony; (3) The aspects contained in Mepasah Tradition in Trunyan village could be developed into a source of learning the history of that aspect of the physical form of the building (the statue of Ratu Sakti Pancaring Jagat), aspects of history (historical), aspects of cooperation and togetherness.keyword : tradition, mepasah, Setra wayah , sources of learning education
Identifikasi Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) di Kelurahan Gilimanuk, Melaya, Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Kebudayaan Jurusan Bahasa di SMA ., I Putu Anggita Suprarendra; ., Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum; ., Dra. Tuty Maryati,M.Pd
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v5i2.4867

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Sejarah keberadaan Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), (2) Struktur bangunan Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), dan (3) Aspek-aspek dari Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) yang dapat digunakan sebagai sumber belajar Sejarah Kebudayaan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tahap-tahap penelitian yang dilakukan yaitu (1) Penentuan Lokasi Penelitian, (2) Teknik Penentuan Informan, (3) Metode Pengumpulan Data melalui Observasi, Wawancara, dan Studi Dokumen, dan (4) Teknik Analisis Data. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Sejarah keberadaan Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) yang dilatarbelakangi oleh temuan batu nisan kembar oleh seorang Kawi Tuo bernama Bapak Mat Yasin, dari Melaya ketika kudanya yang lepas ditemukan sedang mencakar-cakarkan kakinya di batu nisan tersebut, dan didirikan gubug di Pesarean tersebut akibat banyaknya pengunjung ke sana yang sampai kini terus ditata. (2) Struktur pembangunan Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) menggunakan konsep Dwi Loka yang terdiri atas Bagian Luar (Jabanan) meliputi Tiga buah gubug peristirahatan dan Situs kuda milik Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), dan Bagian Dalam (Jeroan) terdapat Makam (Pesarean) Embah Temon. Dan (3) Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) dua aspek yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah kebudayaan yaitu: Aspek Fisik meliputi Gapura Candi Pemedal Pesarean Embah Temon, Togog Candi Gapura Pesarean Embah Temon, Kaligrafi Ong-Kara dan Kaligrafi Arab di Pesarean Embah Temon, Bentuk Punden Berundak Pelinggih Penunggu Pesarean Embah Temon, dan Aspek Non Fisik meliputi Sejarah Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), dan Pendidikan Karakter.Kata Kunci : Pesarean, Sumber Belajar, Sejarah Kebudayaan This study aims to determine (1) the History of existence Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), (2) Structure of Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), and (3) Aspects of Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) which can be used as a learning resource of Cultural History in High School (SMA). This study is a qualitative research wich is conducted of some stages of research, namely (1) Determining the Research Location, (2) Technique of Informant Selecting, (3) Data Collection Method through Observation, Interviews, and Study Documents, and (4) Data Analysis Techniques. The results showed: (1) The historical existence of Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) was motivated by the findings of tombstones twins by a Kawi Tuo person named Mr. Mat Yasin, from Melaya, when he found that his loose horse is kicking off its feet on the gravestone, and the hut in the Pesarean was established due to the number of visitors which is until now continuous to organized. (2) The construction structure of Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) using the Dwi Loka concept consisting of Exterior (Jabanan) includes Three huts resting and Site horses owned by Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), and Interior (Jeroan) include the Tomb (Pesarean) of Embah Temon. And (3) Pesarean Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon) are two aspects that can be used as a source of learning the Cultural History, namely: Physical Aspects include Gapura Candi Pemedal Pesarean Embah Temon, Togog Candi Gapura Pesarean Embah Temon, Calligraphy Ong-Kara and Arabic Calligraphy in Pesarean Embah Temon, the Form of Punden Berundak Pelinggih Penunggu Pesarean Embah Temon and Non-Physical Aspects include History of Panembahan Senopati Sunan Kanjeng Mataram (Embah Temon), and Education Character.keyword : Pesarean, Learning Resources, Cultural History
PURA MANIK GENI DI DESA PUJUNGAN, PUPUAN, TABANAN, BALI (SEJARAH, FUNGSI DAN POTENSINYA SEBAGAI MEDIA PENDIDIKAN MULTIKULTUR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS) ., I Made Adi Astawa; ., Drs. I Gusti Made Aryana, M.Hum.; ., Ketut Sedana Arta, S.Pd., M.Pd.
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v7i1.15004

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) sejarah keberadaan Pura Manik Geni Desa Pujungan, Pupuan, Tabanan, Bali, (2) fungsi Pura Manik Geni Desa Pujungan, Pupuan,Tabanan, Bali, dan (3) aspek-aspek dari Pura Manik Geni, Desa Pujungan, Pupuan, Tabanan, Bali yang dapat dijadikan sebagai media pendidikan multikultur di Sekolah Menengah Atas. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui beberapa langkah meliputi: (1) Penentuaan lokasi penelitian, (2) Penentuaan informan, (3) pengumpulan data, (4) validasi data, dan (5) analisis data. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa: (1) Pendirian Pura Manik Geni bertujuan untuk menghormati seorang brahmana yang nywanaprasta mapadukuhan dan yang mampu mengembangkan daerah di sebelah barat Gunung Batukaru pada abad XII masa pemeritahan kerajaan Bali kuno dengan rajanya yang bernama Ida Sri Jayapangus. (2) Secara struktur Pura Manik Geni masih mengunakan konsep Dwi Mandala yang hanya terdiri dari utama mandala dan nista mandala. Untuk struktur bangunan pelinggih telah menggunakan konsep tri angga yang terdiri dari kaki, badan dan kepala. (3) Potensi Pura Manik Geni yang dapat digunakan sebagai media pendidikan multikultur yaitu terletak pada beberapa tinggalan arkeologi yaitu: (a) Kentongan (kulkul) perunggu yang di bagian badan kentongan ini berisi tulisan Kediri kwadrat yang menunjukan nama suatu daerah di Lombok yaitu Sasak. (2) Guci Cina yang diperkirakan hasil kebudayaan Cina ini memiliki hiasan pada badan guci yang berbentuk naga yang sangat lekat dengan kebudayaan Cina.Kata Kunci : Sejarah, Struktur, Media Pendidikan, Multikultur The purpose of this research is to know: (1) the history of the existence of Pura Manik Geni in Pujungan Village, Pupuan, Tabanan, Bali, (2) function of Pura Manik Geni in Pujungan village, Pupuan, Tabanan, Bali, and (3) any aspects of the Pura Manik Geni ,in Pujungan Village, Pupuan, Tabanan, Bali which can be used serve as a medium of multicultural education in High School. This research uses qualitative research method through several steps, including: (1) determination of research location, (2) determination of informant, (3) data collection, (4) data validation, and (5) data analysis. From these results it can be know that: (1) The establishment of Pura Manik Geni aims to respect of a brahmin who is nymanaprasta mapadukuhan and who was able to develop the area in the west of Mount Batukaru in the XII century the reign of the ancient Balinese kingdom with its king named Ida Sri Jayapangus. (2) Structurally Pura Manik Geni still use Dwi Mandala concept which only consist of utama mandala and nista mandala. For pelinggih building structures have used the concept of tri angga consisting of legs, body and head. (3) Potency of Manik Geni Temple that can be used as a medium of multicultural education that is located on some archaeological remains: (a) Kentongan (kulkul) bronze which in this body kentongan contains writing Kediri quadrat that shows the name of a region in Lombok is Sasak. (b) Chinese jars that are predicted to be Chinese cultures have decorations on dragon-shaped urns that are closely related to Chinese culture.keyword : History, Structure, Educational Media, Multicultural.
Pemertahanan Tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA ., Desak Made Suprayanti; ., Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum; ., Dra. Desak Made Oka Purnawati,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v3i1.4173

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Latar belakang dilaksanakannya tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali, (2) Upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali dalam mempertahankan tradisi Gebug Ende dan, (3) Aspek-aspek apa saja dari tradisi Gebug Ende di Desa Pakraman Seraya, Karangasem, Bali yang dapat dipakai sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan tahap-tahap: (1) Penentuan lokasi penelitian, (2) Teknik penentuan informan, (3) Metode pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian dokumen), (4) Teknik penjamin keaslian data (triangulasi data, triangulasi metode), dan (5) Teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Latar belakang dilaksanakannya tradisi Gebug Ende yaitu adanya nilai religius yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat bahwa dengan melakukan pementasan tradisi Gebug Ende dapat dijadikan perantara dalam mengundang hujan. Proses pelaksanaan tradisi Gebug Ende yaitu: ritual/upacara pementasan, tempat/areal pementasan, alat pementasan, sekaa tabuh, peraturan permainan Gebug Ende, busana/pakaian Gebug Ende, dan dinamika gerak serta dalam pementasan tradisi Gebug Ende terdapat penerapan ajaran Tri Hita Karana. (2) Upaya Desa Pakraman Seraya dalam mempertahankan tradisi Gebug Ende yaitu sebagai fasilitator dalam mengadakan pementasan di Pura Puseh pada saat piodalan dan melakukan sosialisasi serta melakukan pertunjukan- pertunjukan ditempat lain. Tradisi Gebug Ende juga mengupayakan peran keluarga serta pentingnya peran generasi muda dalam mempertahankan serta melestarikan tradisi Gebug Ende. (3) Aspek-aspek dari pelaksanaan tradisi Gebug Ende yang dapat dipakai sebagai sumber belajar sejarah di SMA yaitu aspek historis, aspek pendidikan dan aspek sosial yang kemudian dijabarkan ke dalam silabus mata pelajaran sejarah pada kelas X semester ganjil kurikulum 2013. Kata Kunci : Tradisi Gebug Ende, Desa Pakraman Seraya, Sumber Belajar Sejarah This study aims to knowing (1) The background of the implementation of tradition Gebug Ende in Pakraman Seraya village, Karangasem, Bali, (2) The efforts undertaken by the community in Pakraman Seraya village, Karangasem, Bali in maintaining the tradition Gebug Ende and, (3) The aspects of tradition Gebug Ende in Pakraman Seraya village, Karangasem, Bali that can be used as a learning resource in the history of SMA. The method used in this research is descriptive qualitative method with stages: (1) Determining the location of the research, (2) technique of determining informant, (3) Methods of data collection (observation, interviews, review of documents), (4) the authenticity of the data guarantor techniques (data triangulation, triangulation methods), and (5) data analysis techniques. The result of this study showed that, (1) the background of the implementation of tradition Gebug Ende that the religious values of faith communities that by staging the tradition Gebug Ende can be used as an intermediary in the rain invites. The process of implementation of the tradition Gebug Ende that: Ceremony staging, staging area, staging tool, sekaa tabuh, Traditional game rules Gebug Ende, costume tradition Gebug Ende, and dynamics as well in the staging of tradition Gebug Ende there is applying the teachings of Tri Hita Karana. (2) The effort in Pakraman Seraya village in maintaining the tradition Gebug Ende that is as a facilitator in staging held tradition in the temple Puseh Gebug Ende when piodalan and socializing as well as doing performances elsewhere. Tradition Gebug Ende also sought the role of family and the importance of the role of young people in maintaining and preserving the tradition Gebug Ende. (3) Aspects of the implementation of the tradition Gebug Ende used as a learning resource in the history of SMA namely historical aspects, educational aspect and social aspects which are further described in syllabus history courses in the first semester of class X curriculum 2013.keyword : Tradition Gebug Ende, Pakraman Seraya Village, Source learning history.
PEMANFAATAN KLIPING HARIAN BALI POST SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH KEBUDAYAAN DI SMA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ., I Nyoman Candra Wiguna; ., Drs. I Gusti Made Aryana,M.Hum; ., Dra. Luh Putu Sendratari,M.Hum
Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jjps.v3i1.4174

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) tulisan-tulisan khas yang ada dalam harian Bali Post yang dapat dijadikan kliping sebagai sumber belajar Sejarah Kebudayaan, (2) mengetahui bagian dari tulisan itu yang dapat dimasukkan dalam pelajaran Sejarah Kebudayaan berdasarkan Kurikulum 2013. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian deskriptif kualitatif adalah (1) Penentuan Objek Penelitian (2) Penentuan Informan (3) Pengumpulan Data (studi dokumentasi, observasi dan wawancara), (4) Analisis Data yang terdiri dari analisis isi dan analisis interaktif dan (5) Pelaporan Hasil. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Tulisan-tulisan khas yang terdapat dalam harian Bali Post, yang memiliki relevansi untuk dapat dijadikan sumber belajar sejarah kebudayaan di SMA dalam bentuk kliping, yaitu dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) laporan khusus, (2) artikel, dan (3) opini. Tulisan-tulisan khas tersebut, mengulas berita mengenai event budaya; (2) Tulisan ini dapat dimasukkan dalam Kurikulum 2013 pada bagian Kompetensi Dasar 3.6, yaitu menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat pemerintahan, dan kebudayaan pada masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku. Kata Kunci : Kliping Harian Bali Post, Sumber Belajar, Sejarah Kebudayaan, dan Kurikulum 2013. This study aimed to describe (1 Typical writings that exist in the Bali Post that can be made as clippings that can be used as a source of learning Cultural History (2) know the parts of the text that can be included in the study of Cultural History based on curriculum 2013. This research is a kind of descriptive qualitative research. The steps are carried out in a qualitative descriptive study was (1) Determination of an object research (2) Determination of the informant (3) Data Collection (study documentation, observation, interview) (4) Data analysis that consisted of content analysis and interactive analysis (5) reporting Results. The results showed: (1 typical writings contained in the daily of Bali Post, which has relevance for the study can be used as a source of cultural history at the senior high school in the form of clippings, which are grouped into three types. The three types of writing that are specific reports, articles and opinions. The typical writings, review news about cultural events; (2) This paper can be included in the curriculum 2013 on the part of Basic Competence 3.6, which analyzed the characteristics of people's lives administration, and culture in the period of kingdoms of the Hindu-Buddhist in Indonesia as well as show examples of evidence still valid.keyword : Daily Clipping of Bali Post, Sources of Study, Cultural History, and Curriculum 2013