Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PEMANFAATAN SELULOSA DARI KULIT UMBUT ROTAN (Calamus sp) SEBAGAI ADSORBEN METILEN BIRU Nyahu Rumbang; Whendy Trissan; Karelius Karelius; Retno Agnestisia
Jurnal Sains dan Terapan Kimia Vol 15, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (565.173 KB) | DOI: 10.20527/jstk.v15i2.8266

Abstract

Kulit umbut rotan merupakan bahan berlignoselulosa. Kandungan selulosa yang cukup tinggi pada kulit umbut rotan, menjadikan selulosa kulit umbut rotan (Calamus sp) dapat dipertimbangkan sebagai sumber adsorben metilen biru. Persiapan Sampel Kulit Umbut Rotan (Calamus sp) dimulai dari pemotongan, pengeringan, penghalusan, dan pengayakan 60 mesh hingga diperoleh sampel kulit umbut rotan yang selanjutnya akan dilakukan isolasi selulosa. Dilanjutkan tahapan untuk memisahkan selulosa kulit umbut rotan (Calamus sp) dari komonen-komponen kimia yang lain dapat menggunakan pelarut NaOH 20% panas. Tahap terakhir adalah Uji adsorpsi terhadap metilen biru dilakukan dengan kajian pengaruh pH, kinetika adsorpsi dan kesetimbangan adsorpsi terhadap serbuk kulit umbut rotan dan selulosa kulit umbut rotan. Isolasi selulosa dari kulit umbut rotan dapat dilakukan dengan menggunakan pelarut basa (NaOH) panas yang dapat menyerang dan merusak struktur lignin pada bagian kristalin dan amorf serta memisahkan sebagian hemiselulosa. Proses adsorpsi serbuk selulosa kulit umbut rotan terhadap metilen biru mencapai optimum pada pH 8, dengan waktu optimum 40 menit. Kajian kinetika dan kesetimbangan adsorpsi menunjukkan bahwa adsorpsi metilen biru oleh selulosa kulit umbut rotan mengikuti kinetika orde dua semu dengan pola isoterm Langmuir.
ADSORPSI FOSFAT (PO43-) MENGGUNAKAN SELULOSA PURUN TIKUS (Eleocharis dulcis) TERMODIFIKASI HEKSADESILTRIMETILAMMONIUM BROMIDA (HDTMABr) Retno Agnestisia; Noer Komari; Sunardi Sunardi
Jurnal Sains dan Terapan Kimia Vol 6, No 1 (2012)
Publisher : Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (414.12 KB) | DOI: 10.20527/jstk.v6i1.2107

Abstract

Kajian preparasi, modifikasi dan uji adsorpsi selulosa purun tikus (Eleocharis dulcis) asal Handel Bakti, Kalimantan Selatan terhadap senyawa anionik fosfat (PO43-) telah dilakukan. Modifikasi selulosa dilakukan dengan rekayasa permukaan menggunakan surfaktan kationik heksadesiltrimetilamonium bromida (HDTMABr). Selulosa hasil modifikasi dianalisis menggunakan spektroskopi FTIR (Fourier Transform Infrared) dan derajat substitusi (DS) ditentukan dengan metode titrasi. Parameter adsorpsi yang dipelajari meliputi penentuan pH optimum, waktu kontak dan kapasitas adsorpsi dari sampel selulosa terhadap fosfat (PO43-). Hasil penelitian menunjukan bahwa selulosa termodifikasi surfaktan kationik merupakan adsorben yang baik untuk mengadsorpsi fosfat (PO43-) dengan derajat substitusi sebesar 1,24. Adsorpsi optimum dicapai pada pH 3 dan waktu kontak 60 menit pada selulosa dan 15 menit pada selulosa termodifikasi. Adsorpsi fosfat (PO43-) mengikuti isoterm Langmuir dengan kapasitas adsorpsi (qm) untuk selulosa, Sel-HDTMA-1 dan sel-HDTMA-2 berturut-turut sebesar 2,36 mg/g, 16,95 mg/g dan 20,83 mg/g. Kata kunci : selulosa, HDTMABr, senyawa fosfat (PO43-), adsorpsi. 
BENTONIT TERMODIFIKASI MAGNETIT DAN APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN Hg(II) Retno Agnestisia; Narsito Narsito; Suyanta Suyanta
Jurnal Sains dan Terapan Kimia Vol 10, No 1 (2016)
Publisher : Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (680.106 KB) | DOI: 10.20527/jstk.v10i1.3157

Abstract

Studies on Synthesis, Characterization, and Adsorption of Cationic Dyes from Aqueous Solutions Using Magnetic Composite Material from Natural Clay in Central Kalimantan, Indonesia I Made Sadiana; Karelius Karelius; Retno Agnestisia; Abdul Hadjranul Fatah
Molekul Vol 13, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.406 KB) | DOI: 10.20884/1.jm.2018.13.1.414

Abstract

Clay is a natural material from crystalline silicate with layered structures, has high cation exchange capacity, and large surface area. These advantages can be used as an adsorbent for the removal of contaminants in aqueous solutions, such as heavy metals and dyes. In Indonesia, clays from Java, Sulawesi, and Sumatra islands have been used as adsorbent, furniture, and construction materials. Due to limited information about basic characteristics of clay from Kalimantan, this clay has not been utilized well. Therefore, natural clay from Kalimantan, especially in Central Kalimantan, was used as adsorbent of cationic dyes in this present study. However, the clay has difficulty for separating the solid phase from aqueous solution after adsorption process. To solve this problem, combining clay with magnetic material was opted. The objectives of this study are to synthesize the magnetic composite material from natural clay by coprecipitation method and to characterize the synthesized magnetic composite material using an x-ray diffraction method, transmission electron microscopy, and vibrating sample magnetometer. The adsorption properties of the synthesized magnetic composite material were evaluated using rhodamine B and methylene blue dyes in aqueous solution. Before magnetic composite material was synthesized, the clay was previously being activated for removing impurities. The magnetic material formed in the structure of clay had magnetite with particle size of 2.75 nm and the magnetization value of 24.91emu/g. The adsorption capacities of natural clay, activated clay, and magnetic composite of clay in rhodamine B were 34.29, 76.27, and 81.46 mg/g, respectively, while in methylene blue were 30.25, 83.92, and 133.90 mg/g, respectively. These results suggested that magnetic composite of clay can increase the adsorption capacities against dyes and accelerate the separation of the adsorbent solid phase from aqueous solution with largest adsorption capacity on methylene blue dye.
PELATIHAN PEMBUATAN UNIT PENGOLAHAN AIR GAMBUT BAGI MASYARAKAT DI KELURAHAN KALAMPANGAN, KOTA PALANGKA RAYA Retno Agnestisia; Rendy Muhamad Iqbal; Akhmad Damsyik; Wayan Adhi Nareyasa
LOGISTA - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Department of Agricultural Product Technology, Faculty of Agricultural Technology, Universitas Andalas Kampus Limau Manis - Padang, Sumatera Barat Indonesia-25163

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/logista.6.2.108-111.2022

Abstract

Air merupakan kebutuhan paling dasar manusia untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Persediaan air bersih merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh masyarakat di Kelurahan Kalampangan, Kecamatan Sebangau, Kota Palangka Raya. Masyarakat setempat yang tidak mendapatkan pelayanan air bersih umumnya menggunakan air gambut sebagai sumber air karena dinilai lebih ekonomis dan melimpah. Namun demikian, air gambut yang digunakan tidak memenuhi persyaratan sebagai air bersih. Oleh karena itu, muncullah sebuah gagasan untuk memberikan pelatihan tentang pembuatan unit pengolahan air gambut kepada masyarakat setempat. Metode yang dipilih untuk pengolahan air gambut terdiri dari beberapa tahapan, yaitu netralisasi, koagulasi-flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa unit pengolahan air gambut yang didemokan dapat dimanfaatkan untuk mengolah air gambut menjadi air yang layak untuk digunakan pada kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat terutama dari sisi pemenuhan akan kebutuhan air bersih. Kata kunci: air bersih, pengolahan air, air gambut, Palangka Raya ABSTRACT The most fundamental requirement for humans to sustain daily life is water. The supply of clean water is one of the problems faced by the community in Kelampangan Village, Sebangau District, Palangka Raya City. Local people who do not get clean water services generally use peat water as a water source because it is considered more economical and abundant. However, the peat water does not qualify as clean water. Therefore, an idea emerged to provide socialization about constructing a peat water treatment unit for local communities. The method chosen to treat peat water consists of four stages, i.e., neutralization, coagulation-flocculation, sedimentation, and filtration. The results show that the peat water treatment unit demonstrated can be used to treat peat water into water suitable for use in daily life. This activity is expected to improve their quality of life, especially to fulfill the clean water requirement. Keywords: clean water, water treatment, peat water, Palangka Raya
Characteristics and Chemical Composition of Fly Ash From Pulang Pisau’s Power Plant as A Potential Material for Synthesis of Aluminosilicate Materials Rendy Muhamad Iqbal; Akhmad Damsyik; Retno Agnestisia; Siswo Siswo
Jurnal Sains dan Terapan Kimia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jstk.v16i2.12191

Abstract

The Steam-Electric Power Station (PLTU) is one of the initiatives to meet the nation's current electricity requirements. The use of fuel for steam power plant is still dominated by fossil fuels such as coal. Even though domestic energy needs are met, steam power plant turns out to be a contributor to gas emissions that cause global warming, as well as a by-product in the form of fly ash which can cause environmental and ecosystem problems. Fly ash contains silica oxide (SiO2) and aluminum oxide (Al2O3) compounds which can be used as raw materials for synthesizing aluminosilicate-based materials such as geopolymers and zeolites. This study tested the characteristics and composition of chemical compounds in fly ash from Pulang Pisau’s power plant, Central Kalimantan. Characterization using X-Ray Diffraction (XRD) showed that peaks of quartz material dominated fly ash from Pulang Pisau’s power plant at 2θ=20.82°;26.61° and mullite minerals at 2θ= 31.2°;33.1°; 35.4°;39.2°;59.8°. The results of the chemical compound composition were tested using the ASTM-D3682-12 standard. Fly ash has a composition of 29.00% SiO2, 9.98% Al2O3, 13.75% Fe2O3, and 28.37% CaO. Fly ash from Pulang Pisau’s power plant is classified as type C fly ash, which can potentially be used as a source of aluminosilicate-based material synthesis.
SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNETIT (Fe3O4) SERTA APLIKASINYA SEBAGAI ADSORBEN METHYLENE BLUE Retno Agnestisia
Jurnal Sains dan Terapan Kimia Vol 11, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6090.582 KB) | DOI: 10.20527/jstk.v11i2.4039

Abstract

Synthesis, characterization and adsorption study of magnetite have beenconducted. Magnetite was synthesized by coprecipitation method. The characterizations of magnetite were carried out with spectroscopy FTIR (Fourier Transform Infrared) and XRD (X-ray diffraction). The adsorption study was conducted using a batch system with the studied adsorption study including optimum pH, optimum contact time and adsorption equilibrium. The results showed that coprecipitation method has succeeded to form magnetite that has magnetism properties. Magnetite can adsorbed methylene blue from aqueous phase, with the maximum adsorption at pH 5 and contact time of 90 minutes. Adsorption of methylene blue by magnetite follows the adsorption pattern of the Langmuir isotherm with the adsorption energy of 25.59 kJ/mol and adsorption capacity of 43.86 mg/g. The results of magnetite synthesis can accelerate the process of separating the adsorbent particles in a methylene blue solution using an external magnetic field.Keywords : magnetite, coprecipitation, adsorption, and methylene blue.
Sosialisasi Pembuatan Biopestisida Alami dari Babadotan Kepada Kelompok Tani Kelurahan Habaring Hurung, Kecamatan Bukit Batu, Palangkaraya Chuchita C; Retno Agnestisia; Marvin Horale Pasaribu; Muh. Supwatul Hakim; Zimon Pereiz
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia Vol 2, No 4 (2023): July
Publisher : Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.8260334

Abstract

Penggunaan pestisida kimia dilakukan petani untuk menjaga tanamannya terhindar dari hama penyakit. Namun penggunaan pestisida kimia secara terus-menerus akan mengganggu kesehatan petani yang terlibat kontak langsung dengan pestisida kimia tersebut pada proses penyemprotan, dan juga kesehatan masyarakat yang bertindak sebagai konsumen karena bahan pestisida kimia yang digunakan pada hasil panen tidak akan hilang hanya dengan dibersihkan menggunakan air bersih. Selain penggunaan pestisida kimia juga akan mencemari lingkungan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan sosialisasi biopestisida alami dari Babadotan kepada kelompok tani Kelurahan Habaring Hurung, di Kecamatan Bukit Batu, Palangka Raya. Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kualitas hidup masyarakat setempat terutama dari sisi kesehatan masyarakat terkhususnya petani. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dengan praktik pembuatan biopestisida alami babadotan, pemberian materi berupa leaflet atau brosur, dan FGD (Focus Group Discussion). Hasil dari pengabdian ini secara umum memberikan bekal pengetahuan bagi petani tentang biopestisida alami yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan Babadotan yang keberadaannya dianggap sebagai tumbuhan pengganggu bagi masyarakat terkhususnya petani menjadi tumbuhan yang sebaliknya sangat bermanfaat melalui pelatihan yang diberikan. Sehingga melalui pengabdian kepada masyarakat tersebut, dapat membantu petani di Kelurahan Habaring Hurung dalam mengatasi masalah kesehatan yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida kimia. Luaran dari pengabdian masyarakat ini adalah brosur dan biopestisida alami dari Babadotan yang siap digunakan.
Sosialisasi Pembuatan Biopestisida Alami dari Babadotan Kepada Kelompok Tani Kelurahan Habaring Hurung, Kecamatan Bukit Batu, Palangkaraya Chuchita C; Retno Agnestisia; Marvin Horale Pasaribu; Muh. Supwatul Hakim; Zimon Pereiz
Nanggroe: Jurnal Pengabdian Cendikia Vol 2, No 4 (2023): July
Publisher : Yayasan Daarul Huda Kruengmane

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/zenodo.8260334

Abstract

Penggunaan pestisida kimia dilakukan petani untuk menjaga tanamannya terhindar dari hama penyakit. Namun penggunaan pestisida kimia secara terus-menerus akan mengganggu kesehatan petani yang terlibat kontak langsung dengan pestisida kimia tersebut pada proses penyemprotan, dan juga kesehatan masyarakat yang bertindak sebagai konsumen karena bahan pestisida kimia yang digunakan pada hasil panen tidak akan hilang hanya dengan dibersihkan menggunakan air bersih. Selain penggunaan pestisida kimia juga akan mencemari lingkungan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dilakukan sosialisasi biopestisida alami dari Babadotan kepada kelompok tani Kelurahan Habaring Hurung, di Kecamatan Bukit Batu, Palangka Raya. Sosialisasi ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan kualitas hidup masyarakat setempat terutama dari sisi kesehatan masyarakat terkhususnya petani. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dengan praktik pembuatan biopestisida alami babadotan, pemberian materi berupa leaflet atau brosur, dan FGD (Focus Group Discussion). Hasil dari pengabdian ini secara umum memberikan bekal pengetahuan bagi petani tentang biopestisida alami yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan Babadotan yang keberadaannya dianggap sebagai tumbuhan pengganggu bagi masyarakat terkhususnya petani menjadi tumbuhan yang sebaliknya sangat bermanfaat melalui pelatihan yang diberikan. Sehingga melalui pengabdian kepada masyarakat tersebut, dapat membantu petani di Kelurahan Habaring Hurung dalam mengatasi masalah kesehatan yang diakibatkan oleh penggunaan pestisida kimia. Luaran dari pengabdian masyarakat ini adalah brosur dan biopestisida alami dari Babadotan yang siap digunakan.
Utilization of Ferrate Ion (FeO42-) as Oxidizing Agent for Reducing Color Intensity of Peat Water Retno Agnestisia; Karelius Karelius; Rendy Muhamad Iqbal; Dyah Ayu Pramoda Wardani; Midun Efendi Patar Sihombing; Sri Yulandari Simangunsong; Junita Dongoran
Jurnal Sains dan Terapan Kimia Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jstk.v17i2.14832

Abstract

Peat water from Central Kalimantan is generally yellow to brownish-red in color. It causes peat water to not be used as a source of water for daily needs. Humic acid, fulvic acid, and humin are organic compounds that cause peat water to become colored. One alternative step that can be taken for reducing the color intensity of peat water is to degrade color-causing organic compounds by using an oxidizing agent. A hexavalent form of iron ion (Fe6+), commonly called ferrate (FeO42-) in potassium ferrate compound, is a powerful oxidizing agent used in the present study. Potassium ferrate (K2FeO4) was synthesized by a wet oxidation method and characterized using a UV-Vis spectrophotometer and an X-Ray Diffractometer (XRD). The ferrate solution is purplish-red in color with a maximum wavelength of 510 nm. The XRD pattern shows strong diffraction peaks at 2θ which are characteristic of K2FeO4. The ferrate solution was then used to degrade color-causing organic compounds  in the peat water from Central Kalimantan. Determination of the optimum degradation conditions was monitored by the absorbance decrease of organic compounds in peat water at a wavelength of 370 nm. The results showed that ferrate solution with a concentration of 80 ppm was able to degrade organic compounds in peat water at pH 8, with a  removal efficiency of 100%. Keywords: oxidizing agent, ferrate ion (FeO42-), peat water