Agnes Triasih Agustin
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

EKSTRAKSI GELATIN KULIT IKAN TUNA DENGAN PROSES BASA (NaOH) Pangke, Rutmin Beatris; Lohoo, Helen Jenny; Agustin, Agnes Triasih
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.4.2.2016.14054

Abstract

Tuna fish skin is an untapped waste properly and it contains collagen that can be made of gelatin manufacture of gelatin from fish skin tuna using alkaline process (NaOH) , with the object of knowing the yield of fish skin gelatin tuna (Thunnus albacares) were processed using alkaline (NaOH) .Tuna fish skin gelatin extraction soaking in an alkaline solution (NaOH) at a concentration of 0.3% and 0.6% for 48 hours, then the fish skin is washed with running water till a neutral pH (6–7) and extracted with distilled water at 60ºC.degree for 3 hours. gelatin extract is filtered by the filter cloth and dried in an oven at 60ºC for 2 days in order to obtain a sheet of gelatin. The extraction of gelatin is then tested the water content and pH, the results of analysis by immersion base solution at a concentration of 0.3% for 3 hours and extracted at a temperature of 60ºC to produce gelatin at a concentration of 5.96% and 4.14% 0.6 produces gelatin. For analysis of the water content at a concentration of 0.3% (5.67%) and a concentration of 0.6% (5.17%), the pH value obtained in tuna fish skin gelatin treated with alkali (NaOH) 0.3% (5,98) while for the 0.6% concentration obtained pH value 6.81. results gelatin by extraction using an alkaline solution (NaOH) 0.3% more to produce higher yields. Keyword: Gelatin extract (NaOH).   kulit ikan tuna merupakan limbah yang belum dimanfaatkan dengan baik dan didalamnya mengandung kolagen sehingga dapat dibuat gelatin. pembuatan gelatin dari kulit ikan tuna dengan menggunakan proses basa (NaOH), dengan tujuan penelitian mengetahui rendemen gelatin kulit ikan tuna (Thunnus albacares) yang diproses menggunakan basa (NaOH). Ekstraksi gelatin kulit ikan tuna dilakukan perendaman dalam larutan basa (NaOH) dengan konsentrasi 0,3% dan 0,6% selama 48 jam, kemudian kulit ikan dicuci dengan air mengalir sampai pH netral (6–7) dan diekstraksi dengan akuades pada suhu 60ºC selama 3 jam. ekstrak gelatin disaring dengan kain saring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60ºC selama 2 hari sehingga diperoleh lembaran gelatin. hasil ekstraksi gelatin ini kemudian diuji kadar air dan pHnya, hasil analisis dengan perendaman larutan basa pada konsentrasi 0,3% selama 3 jam dan diekstraksi pada suhu 60ºC menghasilkan gelatin 5,96% dan pada konsentrasi 0,6 menghasilkan gelatin 4,14%. Untuk analisa kadar air pada konsentrasi 0,3% (5,67%) dan konsentrasi 0,6% (5,17%), nilai pH yang diperoleh pada gelatin kulit ikan tuna dengan perlakuan basa (NaOH) 0,3% (5,98) sedangkan untuk konsentrasi 0,6% nilai pH yang diperoleh (6,81). Hasil gelatin dengan ekstraksi menggunakan larutan basa (NaOH) 0,3% lebih menghasilkan rendemen yang lebih tinggi. Kata Kunci: Ekstraksi Gelatin (NaOH).
EKSTRAKSI KOLAGEN TULANG IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) MENJADI GELATIN DENGAN ASAM KLORIDA Singkuku, Febri Triani; Onibala, Hens; Agustin, Agnes Triasih
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.5.3.2017.16846

Abstract

Protein of fish can be divided into 3 main groups i.e. myofibril protein which exist mostly in meat, sarcoplasmic protein present in the blood and stroma protein which can be found in the skin and fish bones. Fish waste can be processed into highly value product such as gelatin. Gelatin is the final product after collagen from the skin or animal bones were hydrolysis. The main resources for making gelatin was the skin or bones of cattle and pigs. The objective of this study was to obtain the gelatin from the skeletal bone of skipjack tuna which were extracted using varied concentration of hydrochloric acid (1, 3, and 5%) . This study used a complete randomized design. The data were analyzed by ANOVA (analysis of variance) using JMP software. The gelatin has a rendemen value varying between 2.5–16,25%, water content 7,75–9,75%, protein level 17,6–48,2% and fat content 0,6–3%. The results showed that the gelatin from the skeletal bone of skipjack tuna can be used as food additives (BTP) due to its high protein value, and can assist the reduction of organic waste from fishery industry due to its economical value. Protein ikan dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu protein myofibril yang terdapat pada daging, protein sarkoplasma yang ada pada darah dan protein stroma yang terdapat pada kulit dan tulang ikan (limbah ikan). Limbah ikan dapat diolah menjadi bahan yang memiliki daya jual seperti gelatin. Gelatin merupakan hasil hidrolisis kolagen dari kulit atau tulang hewan. Pada umumnya gelatin diolah dari kulit atau tulang sapi dan babi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gelatin dari tulang ikan cakalang yang diekstrak menggunakan larutan asam klorida(HCI) yang bervariasi (1, 3, dan 5%). Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap. Data yang didapatkan dianalisis dengan uji ANOVA (analysis of variance) dengan bantuan software JMP. . Gelatin yang dihasilkan memiliki nilai rendemen bervariasi antara 2,5–16,25%, kadar air 7,75–9,75%, kadar protein 17,6–48,2% dan kadar lemak 0,6–3%. Hasil penelitian menunjukkan potensi tulang ikan cakalang yang diekstraksi menjadi gelatin memiliki nilai protein yang baik sehingga dapat dijadikan bahan tambahan pangan (BTP), dan memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga dapat membantu proses pengurangan limbah organik industri perikanan
PEMBERIAN KONSENTRASI ASAM ASETAT PADA MUTU GELATIN KULIT IKAN TUNA Lombu, Farah Virginia; Agustin, Agnes Triasih; Pandey, Engel Victor
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.3.2.2015.9216

Abstract

Ikan Tuna (Thunnus albacore) merupakan ikan pelagis besar dan bernilai ekonomis tinggi dan tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Ikan tuna mengandung protein antara 22,6–26,2 g/100 g daging. Lemak antara 0,2–2,7 g/100 g daging. Menurut Mukhtar (2011) pemanfaatan limbah perikanan berupa kepala ikan, sirip, tulang, kulit dan daging merah telah digunakan dalam beberapa hal, yaitu seperti bakso, sosis, nugget, tepung, isolate protein ikan, juga digunakan dalam pemanfaatan silase dan gelatin. Gelatin merupakan suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen hewan, (Tourtellote P, 1980).Gelatin merupakan salah satu jenis protein yang diperoleh dari kolagen alami yang terdapat dalam kulit dan tulang (Yi et al., 2006). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mutu dari pemberian konsentrasi asam asetat terhadap total bakteri, rendemen dan kadar air gelatin dari kulit ikan tuna. Perlakuan dalam penelitian ini adalah perbedaan konsentrasi asam asetat (0, 3, 6, dan 9%). Untuk penggunaan bahan baku dalam penelitian ini, berat sampel yang digunakan yaitu sebanyak 4kg kulit basah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan empat kali pengambilan sampel. Hasil dari penelitian ini nilai rendemen yang paling tinggi ada terdapat pada konsentrasi 9% (13,93%) dan yang paling rendah terdapat pada konsentrasi 0% (9,6 %). Sedangkan untuk kadar air, kandungan yang paling tinggi terdapat pada konsentrasi 6% (10,75%) dang yang paling rendah pada konsentrasi 3% (9,1%), nilai kandungan kadar air pada penelitian ini masih memenuhi standar mutu SNI tentang gelatin (1995) yaitu kadar air maksimal sebesar 16%. Sedangkan untuk total bakteri , nilai total bakteri pada gelatin ini memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan yaitu minimal 1000 (1x103) atau 0,1x104 CFU/gr. Nilai yang paling rendah untuk analisa total bakteri pada penelitian ini adalah terdapat pada konsentrasi 0% dengan nilai7.8x102 CFU/gr, sedangkan yang paling tinggi terdapat pada konsentrasi 3% dengan nilai 5.4 x104 CFU/gr. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian konsentrasi asam asetat yang berbeda dapat memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan untuk gelatin kulit ikan tuna. Kata kunci: Kulit Ikan Tuna, Gelatin, Asam Asetat.
Staphylococcus sp. Pada Ikan Layang (Decapterus russelii) Asap Pinekuhe Produk Khas Sangihe Karimela, Ely John; Ijong, Frans Gruber; Agustin, Agnes Triasih
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.1.2.2013.2928

Abstract

Pinekuhe adalah istilah dalam bahasa Sangihe yang ditujukan kepada ikan layang asap tradisional yang unik. Studi ini difokuskan untuk menganalisis Staphylococcus sp., yang mengasosiasikan pinekuhe yang dijual dari pasar lokal, di kota Tahuna. Dalam penelitian ini metode yang digunakan yaitu metode eksploratif dan percontohan pinekuhe dilakukan untuk menganalisis jumlah total plate (TPC), jumlah staphylococci dan mengisolasi dan identifikasi Staphylococcus sp., yang terkait dengan produk. Hasil menunjukkan bahwa TPC sampel pinekuhe yang bervariasi selama waktu sampling dengan kisaran antara5,4x104–2,4x106 CFU/gr. Hasil yang sama diperoleh dalam jumlah total staphylococci dengan kisaran antara 2,4x104–8,7x104 TVC/gr. Selanjutnya dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri yang tumbuh pada media Manitol Salt Agar. Ada 66 isolat galur yang terkumpul, terdiri dari 55 isolat adalah Gram positif-coccus dan 11 isolat Gram-negatif. Selain itu, dari semua galur yang diisolasi yaitu ada 78,8% yang diidentifikasi miliki genus Staphylococcus dengan karakteristik biokimia katalase positif dan semua galur isolate dapat mampu memfermentasi karbohidrat seperti sukrosa, glukosa, laktosa dan manitol.
PENGUJIAN KAPANG DAN BAKTERI PATOGEN PADA IKAN KAYU (KATSUOBUSHI) ASAP CAIR SELAMA PENYIMPANAN Iqlima, Annisa; Dien, Henny Adeleida; Kaparang, Josefa Tety; Agustin, Agnes Triasih; Timbowo, Semuel Marthen; Makapedua, Daisy Monica; Sanger, Grace
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 7, No 2 (2019)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.7.2.2019.23618

Abstract

Wooden fish products that are usually processed traditionally have a weakness, namely deposit of tar in food ingredients which endangers health and air pollution that is not environmentally friendly. Today's wood processing is the high content of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH), especially benzopirene which can cause cancer, as an alternative to wood fish processing conducted research using liquid smoke wood fogging technology. The purpose of this study is to calculate the presence of molds and pathogenic bacteria that can contaminate processed fishery products, namely wood fish. The microbial test results showed that the mold value in the lowest range was 2.0x102 on day 0 with a concentration of 4% soaking 30 minutes and the highest value was 1.4x103 on the 30th day with a concentration of 2% immersion 120 minutes. The total plate number of fresh skipjack with a value of 5.8x104 cfu/gram and after being processed into wood fish the lowest ALT value is 2.9x102 cfu/gram on day 0 with a concentration of 2% 120 minutes soaking and a high value of 9.9x102 cfu/gram on the 30th day with a concentration of 8% soaking 30 minutes, testing of pathogenic bacteria showed negative results (none). Chemical testing showed that the lowest water content value was 13% on day 0 with a concentration of 6% and the highest value was 17.25% on day 30 concentration of 2% soaking and 120 minutes. The lowest pH value is 5.38 on day 0 with a concentration of 2% 120 minutes soaking and the highest value is 5.96 on day 15 with a concentration of 2% soaking 30 minutes. The test results showed significant results in the ANOVA test.Keyword: Wood Fish, Liquid Smoke, Microbes. Produk ikan kayu yang biasa diolah secara tradisional memiliki kelemahan yaitu terdepositnya tar pada bahan makanan sehingga membahayakan kesehatan serta adanya polusi udara yang tidak ramah lingkungan. Pengolahan ikan kayu dewasa ini adalah tingginya kandungan senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) terutama benzopiren yang dapat menyebabkan kanker, sebagai alternatif dalam pengolahan ikan kayu dilakukan penelitian menggunakan teknologi pengasapan ikan kayu asap cair. Tujuan penelitian ini untuk menghitung keberadaan kapang dan bakteri patogen yang dapat mengkontaminasi produk olahan hasil perikanan yaitu ikan kayu. Hasil pengujian mikroba menunjukkan bahwa nilai kapang pada range paling terendah yaitu 2,0x102 pada hari ke 0 dengan konsentrasi 4% perendaman 30 menit dan nilai tertinggi yaitu 1,4x103 pada hari ke 30 dengan konsentrasi 2% perendaman 120 menit. Angka Lempeng total ikan cakalang segar dengan nilai 5,8x104 cfu/gram dan setelah diolah menjadi ikan kayu nilai ALT terendah yaitu 2,9x102 cfu/gram pada hari ke 0 dengan konsentrasi 2% perendaman 120 menit dan nilai tertinggi yaitu 9,9x102 cfu/gram pada hari ke 30 dengan konsentrasi 8% perendaman 30 menit, pengujian bakteri patogen menunjukkan hasil negatif (tidak ada). Pengujian kimia, menunjukkan bahwa nilai kadar air yang terendah yaitu 13% pada hari ke 0 dengan konsentrasi 6% dan nilai tertinggi yaitu 17,25% pada hari ke 30 konsentrasi 2% perendaman dan 120 menit. Nilai pH yang terendah yaitu 5,38 pada hari ke 0 dengan konsentrasi 2% perendaman 120 menit dan nilai tertinggi yaitu 5,96 pada hari ke 15 dengan konsentrasi 2% perendaman 30 menit. Hasil uji menunjukkan signifikan pada uji anova.Kata kunci: Ikan Kayu, Asap Cair, Mikroba.
Perubahan Komposisi Zat Gizi Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis L) Selama Proses Pengolahan Ikan Kayu Pundoko, Sandria Stephanie; Onibala, Hens; Agustin, Agnes Triasih
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 1 (2014)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.2.1.2014.6014

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perubahan komposisi zat gizi (protein, lemak, dan kadar air) ikan cakalang (Katsuwonus pelamis. L) selama proses pengolahan ikan kayu. Dalam penelitian ini dilakukan analisa kadar air, protein dan lemak total serta uji organoleptik terhadap tingkat kesukaan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap pengambilan sampel yaitu: pengambilan sampel ikan segar, pengambilan sampel ikan setelah proses perebusan, dan pengambilan sampel produk akhir. Dalam menganalisa data digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dari penelitian ini dapat dilihat terjadi perubahan komposisi zat gizi pada pengolahan ikan kayu. Hal ini dapat didukung dengan perubahan peningkatan komposisi kadar protein dan kadar lemak serta perubahan penurunan komposisi kadar air. Sehingga ikan kayu baik untuk dikonsumsi karena mengandung kadar protein dan lemak yang tinggi khususnya ikan cakalang. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai ikan yang diserut dari pada ikan yang dihaluskan. Tetapi dalam analisis sidik ragam uji organoleptik tingkat kesukaan tidak memberikan pengaruh yang nyata.
TOTAL Escherichia coli PADA SOSIS IKAN YANG DI-COATING DENGAN MIOFIBRIL ASAP CAIR SELAMA PENYIMPANAN Keno, Jupni; Dien, Henny Adeleida; Agustin, Agnes Triasih
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.4.1.2016.6896

Abstract

Fish sausages are prepared foods that have a high nutritional value, but that is the weakness of this commodity is rapidly decaying nature. Bacterial pathogens that must be avoided include Escherichia coli. These bacteria are gram-negative, rod-shaped and motile spores are not. The purpose of this study is to calculate the total coliforms and E. coli in fish sausage coating of fish protein myofibrils Black Marlin (Makaira indica) during storage at room temperature (28–29°C), and refrigerator temperature (10–13°C). The method used is descriptive method, which is a study conducted to analyze an individual, the state, or the symptoms of a particular group. The results showed that the total coliform in fish sausage in coating with liquid smoke is stored at room temperature, the lowest value is 7 MPN/g, the highest of 120 MPN/g, while the lowest value refrigerator temperature is 7 MPN/g, the highest 93 MPN/g. Total coliform in fish sausage in smokeless liquid coating stored at room temperature with the lowest value is 7 MPN/g, the highest 210 MPN/g, while the lowest value refrigerator temperature is 7 MPN/g, and the highest is 120 MPN/g. Total coliform in fish sausages are not in the coating deposited at room temperature with the lowest value is 7 MPN/g, the highest of 240 MPN/g, at refrigerator temperature the lowest value is 7 MPN/g, and the highest is 150 MPN/g. Total E. coli showed that the fish sausage in coating with liquid smoke is stored at room temperature, the lowest value is 1 MPN/g, and the highest is 4 MPN/g, while the lowest value refrigerator temperature is <3 MPN/g, and The highest is 3 MPN/g. Total E. coli in fish sausage in smokeless coating liquid stored at room temperature, the lowest value is 2 MPN/g, and the highest is 4 MPN/g, while the temperature of the refrigerator lowest value is 1 MPN/g, and a high of 3 MPN/g. Total E. coli in sausages are not in the coating deposited at room temperature, the lowest value is 2 MPN/g, and the highest is 5 MPN/g, and the refrigerator temperature is the lowest rating 2 MPN/g, the highest is 4 MPN/g during storage .Keywords: fish sausage, coating, myofibril, Eschericia coli.  Sosis ikan merupakan makanan siap saji yang mempunyai nilai gizi tinggi, namun yang menjadi kelemahan dari komoniti ini adalah sifatnya yang cepat membusuk. Bakteri patogen yang harus dihindari antara lain Escherichia coli.  Bakteri ini bersifat gram negatif, berbentuk batang tidak spora dan bersifat motil. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menghitung total koliform dan E. coli pada sosis ikan yang dicoating dari miofibril protein ikan Black Marlin (Makaira indica) selama penyimpanan suhu ruang (28–29°C), dan suhu kulkas (10–13°C). Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk menganalisa suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total koliform pada sosis ikan yang dicoating dengan asap cair disimpan pada suhu ruang, nilai terendah yaitu 7 MPN/g, tertinggi 120 MPN/g, sedangkan pada suhu kulkas nilai yang terendah yaitu 7 MPN/g, tertinggi 93 MPN/g. Total koliform pada sosis ikan yang dicoating tanpa asap cair disimpan pada suhu ruang dengan nilai terendah yaitu 7 MPN/g, tertinggi 210 MPN/g, sedangkan pada suhu kulkas nilai yang terendah yaitu 7 MPN/g, dan tertinggi 120 MPN/g. Total koliform pada sosis ikan tidak dicoating disimpan pada suhu ruang dengan nilai terendah yaitu 7 MPN/g, tertinggi 240 MPN/g , pada suhu kulkas nilai terendah yaitu 7 MPN/g , dan tertinggi 150 MPN/g. Total E. coli menunjukkan bahwa pada sosis ikan yang dicoating dengan asap cair disimpan pada suhu ruang, yaitu nilai terendah 3 MPN/g, dan tertinggi 4 MPN/g, sedangkan pada suhu kulkas nilai terendah yaitu <3 MPN/g, dan tertinggi 3 MPN/g. Total E. coli pada sosis ikan yang dicoating tanpa asap cair disimpan pada suhu ruang, yaitu nilai terendah 3 MPN/g, dan tertinggi 4 MPN/g, sedangkan pada suhu kulkas nilai terendah yaitu <3 MPN/g , dan tertinggi 3 MPN/g. Total E. coli pada sosis tidak dicoatingdisimpan pada suhu ruang, yaitu nilai terendah 4 MPN/g, dan tertinggi 7 MPN/g, dan pada suhu kulkas yaitu nilai terendah 3 MPN/g, tertinggi 4 MPN/g selama penyimpanan.Kata kunci: sosis ikan, coating, myofibril, Eschericia coli.
Gelatin Ikan: Sumber, Komposisi Kimia dan Potensi Pemanfaatannya Agustin, Agnes Triasih
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.1.2.2013.4167

Abstract

Gelatin bagi Industri di Indonesia permintaan semakin meningkat, karena gelatin ini banyak dimanfaatkan pada industri farmasi, pangan dan non pangan. Permintaan meningkat untuk industry dapat dilihat dari adanya impor pada tahun 2002 dari 2.144 ton menjadi 6.233 ton pada tahun 2003, sewdangkan statistik  pada januari- desmber 2009, pemerintah mengimpor gelatin sebesar  3.124.255 kg dengan nilai impor mencapai US$ 16.741.918.  Gelatin ini diimpor dari Negara China, Jepang, Jerman, Perancis da Australia. Gelatin yang dimpor oleh pemerintah hamper 90%  yang digunakan, adapun gelatin impor diketahui diproduksi dengan bahan baku kulit babi, kulit sapid an tulang sapi. Gelatin dari ikan adalah hasil hidrolisa protein yang terdapat pada  tulang ikan , kulit ikan.
IDENTIFIKASI KAPANG PADA IKAN TERBANG (Hirundichthys oxycephalus) ASIN DI PASAR BERSEHATI Jumalia, Jumalia; Agustin, Agnes Triasih; Lohoo, Helen Jenny
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.2.2.2014.6593

Abstract

The aim of this study was to identify the mold of salted flying fish (Hirundichthys oxycephalus) at pasar Bersehati Manado. The aim Manado this study was to identified the mold of salted Flying fish at pasar Bersehati Manado. These research was carried out chemical analysis and microbial analysis of salted fish in two steps which are the total plate colony and identified the species of mold. The chemical analysis was persentase of water content and pH. The result showed that the water content of the flying fish was 29.33–37.00% and pH was 7.24–7.37. And the result of the microbial test showed that total colony of mold was 7x102–13.1x103 CFU/gram and the spesies were Fusarium sp and Aspergillus sp.Keywords: flying fish, salted, microbial, Manado.
Kadar Pigmen Total, Antosianin, dan Angka Lempeng Total Ikan Cakalang (Katsuwonus Pelamis L) Asap yang Direndam Larutan Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L) Alfianto, Fauzan; Onibala, Hens; Mentang, Feny; Agustin, Agnes Triasih; Sanger, Grace; Makapedua, Daisy Monica; Dotulong, Verly
Media Teknologi Hasil Perikanan Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/mthp.8.2.2020.27115

Abstract

Tujuan penelitian ini. Untuk mendapatkan esktrak kulit buah manggis (Garcinia Mangostana L) yang dikeringkan selama 4 dan 8 hari sebagai bahan pengawet. Hasil yang diperoleh dari ikan cakalang asap yang direndam dalam larutan kulit buah Manggis memiliki nilai Total Plate Count  tertinggi terdapat pada hari ke 10  waktu pengeringan 8 hari lama perendaman 15 menit dengan nilai 1,50 koloni/gram. Sedangkan Nilai terendah 0 hari dengan waktu pengeringan 4 hari lama perendaman 30 menit dengan nilai 2,6 koloni/gram. Data Hasil Pigmen Total kandungan tertinggi terdapat pada pengeringan hari ke 4 dengan nilai 68,67g/g. sedangkan nilai terendah pengeringan 8 hari dengan nilai 19,95g/g. Data hasil Antosianin waktu pengeringan 4 hari memperoleh kadar 191,12 mg/L sedangkan Antosianin waktu pengeringan 8 dengan kadar 62,37 mg/L.