Churun Ain
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Published : 35 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

KELIMPAHAN BULU BABI (SEA URCHIN) PADA KARANG MASSIVE DAN BRANCHING DI DAERAH RATAAN DAN TUBIR DI LEGON BOYO, PULAU KARIMUNJAWA, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA Purwandatama, Rizqi Waladi; Suryanti, -; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 1, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.909 KB)

Abstract

Bulu babi (sea urchin) merupakan spesies kunci bagi ekosistem terumbu karang. Menurunnya populasi bulu babi diduga akan menyebabkan matinya terumbu karang karena populasi mikroalga akan meningkat dengan drastis sehingga mikroalga akan mendominasi menutupi karang. Oleh sebab itu, dengan mengamati kelimpahan bulu babi, persentase penutupan karang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan bulu babi dapat diketahui apakah perairan tersebut masih stabil atau telah rusak sehingga keseimbangan ekosistem di wilayah perairan tersebut dapat terjaga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan bulu babi (sea urchin) pada karang massive dan branching di daerah rataan terumbu karang dan tubir di Legon Boyo, Pulau Karimunjawa, Balai Taman Nasional Karimunjawa. Metode sampling yang digunakan dalam pengambilan data penutupan karang adalah line transek. Adapun pengambilan data kelimpahan bulu babi menggunakan kuadran transek yang berukuran 1 x 1 m. Penelitian ini dilakukan pada dua lokasi yaitu stasiun A (rataan terumbu) dan stasiun B (tubir). Panjang line transek adalah 50 meter yang di letakkan sejajar garis pantai, transek yang digunakan di daerah rataan terumbu sebanyak 3 line dan daerah tubir sebanyak 3 line. Jarak antara line di masing-masing lokasi sampling 5 m. Nilai persentase penutupan karang hidup di daerah rataan terumbu sebesar 66,36 %. Sedangkan nilai persentase penutupan karang hidup di tubir sebesar 73,00 %. Nilai tersebut termasuk dalam kategori baik. Pada rataan terumbu didapatkan kelimpahan individu bulu babi sebanyak 426 ind/150 m2, Sedangkan untuk kelimpahan individu bulu babi pada tubir yaitu sebanyak 193 ind/150 m2. Nilai signifikasi uji Independent T Test yang didapat adalah 0,008 sehingga 0,008 ≤ 0,05. Ini berarti H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan pada jumlah bulu babi pada karang massive dan karang branching.
VALUASI EKONOMI DAN ANALISIS KESESUAIAN WISATA DI PANTAI SIGANDU DESA KLIDANG LOR KABUPATEN BATANG Economic Valuation and Tourism Suitability Analysis in Sigandu Beach, Klidang Lor Village, Batang Regency Hanifah, Diah; Solichin, Anhar; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 3 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.074 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i3.24249

Abstract

 ABSTRAK Pantai Sigandu merupakan objek wisata alam yang sangat potensial. Keberadaan Pantai Sigandu mampu membantu perekonomian daerah Kabupaten Batang. Mengingat pentingnya keberadaan objek wisata tersebut maka diperlukan suatu kajian yang mampu mengestimasi besarnya nilai ekonomi dari kegiatan wisata di Pantai Sigandu, serta menganalisa kesesuaian wisata pantai untuk rekreasi agar dapat digunakan dalam pengembangan dan pengelolaan objek wisata tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2018 - Januari 2019 dengan bertujuan untuk mengetahui profil dan tipologi wisatawan; menghitung nilai ekonomi pariwisata berdasarkan Travel Cost Method (TCM); dan menganalisa kesesuaian wisata berdasarkan Indeks Kesesuaian Wisata (IKW). Penelitian ini bersifat kuantitatif, dengan metode pengambilan data primer menggunakan teknik wawancara terhadap 100 wisatawan, dengan bantuan kuisioner serta melakukan sampling lapangan untuk analisis kesesuaian wisata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik wisatawan memiliki kisaran usia 20-40 tahun dengan tingkat pendidikan SMA/SMK. Nilai ekonomi yang diperoleh berdasarkan metode biaya perjalanan atau TCM di Pantai Sigandu yaitu sebesar Rp. 31.038.289.140,00 per tahun dengan biaya rata-rata sebesar Rp. 120.140,00 per individu. Nilai Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) Pantai Sigandu termasuk dalam kategori sangat sesuai (S1) yaitu tidak memiliki faktor pembatas dalam suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya memiliki pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata. ABSTRACT Sigandu Beach is a potential natural tourism object. The existence of Sigandu Beach is able to increase the economy of the Batang Regency. The existence of a tourism object is important, so it is needed a study to estimate the tourism economic value of Pantai Sigandu, as well as to analyze the suitability of coastal tourism for recreation so that it can be used in development and management of this tourism object. This study was conducted in December 2018 - January 2019. It aims to find out the profile and typology of tourists; to calculate the economic value of tourism based on Travel Cost Method (TCM); and to analyze tourist suitability based on the Tourism Suitability Index. This study is a quantitative with a primary data method use a interview technique for 100 tourist with the help of questionnaires and do measures of the field for Tourism Suitability Analysis. Results of the study show that characteristics of tourist respondents have an age range of 20-40 years old with high school/ vocational education level. The economic value was obtained based on TCM in the Sigandu Beach, which is Rp. 31,038,289,140.00 per year with an average cost of Rp. 120,140.00 per individual. The Tourism Suitability Index value in the Sigandu Beach is included in the very appropriate category (S1), it does not have a limiting factor in a particular use sustainably, or it only has a less significant limitation and does not have a significant effect.
PROFIL BAKTERI TOTAL BERDASARKAN KEDALAMAN WADUK JATIBARANG SEMARANG Profile of Total Bacteria Base On Depth in the Jatibarang Reservoir, Semarang Widya, Devita Aristya Sri; Suprapto, Djoko; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 4 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (873.988 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i4.26551

Abstract

Perairan waduk memiliki karakteristik secara vertikal yang dipengaruhi oleh masuknya sinar matahari ke perairan.  Karateristik ini memberikan pengaruh terhadap kualitas air. Salah satu yang mendapatkan pengaruh adalah keberadaan bakteri di perairan. Bakteri adalah mikroorganisme air yang berperan dalam proses dekomposisi di perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui total dan profil bakteri di Waduk Jatibarang berdasarkan kedalaman. Penelitian dilakukan pada 27 Maret 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling, yang dilakukan di tujuh stasiun dengan tiga titik kedalaman (permukaan, tengah dan dasar). Perhitungan bakteri total dilakukan berdasarkan SNI Nomor 2332.3.2015 tentang Uji Mikrobiologi-bagian 3: Penentuan Angka Lempeng Total (ALT). Pengelolaan data menggunakan aplikasi SPSS 20 dan analisis sebaran menggunakan Ocean Data View 4. Berdasarkan perhitungan bakteri total di Waduk Jatibarang, total bakteri di permukaan waduk berkisar antara 1,9 × 103 – 1,5 × 105 CFU/ml, pada tengah yaitu 1,3 × 102  – 1,5 × 104 CFU/ml dan pada dasar 1,5 × 103  – 2,7 × 104 CFU/ml. Analisa sebaran bakteri total di Waduk Jatibarang menunjukkan bahwa terdapat kecondongan perbedaan stratifikasi secara vertikal.Reservoir have vertical characteristic be affected by entering sunlight in to waters. This characteristic effected to water quality, such as total bacteria. Bacteria is water microorganism that being a decomposer in the decomposition process. The purpose of this research is to know the consentration and profile of total bacteria base on depth in the Jatibarang Reservoir. The research was conducted on March 27th 2019. The research methods use descriptive methods with case study, and technical sampling methods using purposive sampling in seven stations with three points of depth water (surface, middle, and bottom). Accounting of total bacteria is base on the Standard National of Indonesia Number 2332.3.2015 about Microbiology Analisis-Chapter 3: Plate Number Determintion. Data processing use software SPSS 20 and distribution analysis with Ocean Data View 4. Base on the results, total bacteria in the surface level is 1,9 × 103 – 1,5 × 105 CFU/ml, in the middle is 1,3 × 102  – 1,5 × 104 CFU/ml. Total bcteria in the bottom level is  1,5 × 103  – 2,7 × 104 CFU/ml. Distribution analisis total bacteria in the Jatibarang reservoir show that there is different stratification of total bacteria in tendency vertically.  
HUBUNGAN KERAPATAN LAMUN (SEAGRASS) DENGAN KELIMPAHAN SYNGNATHIDAE DI PULAU PANGGANG KEPULAUAN SERIBU Tishmawati, Rr. Nadia Chairina; Suryanti, -; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.066 KB)

Abstract

Pulau Panggang terletak di Taman Nasional Kepulauan Seribu yang memiliki ekosistem lamun dengan cukup baik. Banyak biota yang berasosiasi dengan lamun, salah satunya famili Syngnathidae yang merupakan unsur kekayaan keanekaragaman hayati laut yang terdiri dari seahorses, pipefishes dan sea dragon. Tingginya harga pasar dan manfaat yang begitu besar bagi manusia, membuat permintaan komoditas tersebut meningkat dari waktu ke waktu sehingga mengancam kelestarian jenis tersebut di habitatnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan lamun, mengetahui kelimpahan famili Syngnathidae, serta mengetahui hubungan antara kerapatan lamun dengan kelimpahan famili Syngnathidae di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014 di perairan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode observasi dengan metode samplingnya random sampling. Pengambilan sampel syngnathidae dilakukan pada ketiga stasiun lamun dengan kerapatan jarang, sedang, dan padat. Penghitungan pemetaan lamun dan kelimpahan Syngnathidae menggunakan kuadran 1m x 1m dan dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 6 jenis lamun yaitu Enhallus acoroides, Cymodoceae serulata, Thalasia hemprichii, Syringodium isoerifolium, Halodule uninervis, dan Cymodoceae rotundata. Jumlah tegakan lamun pada kerapatan jarang 6185 tegakan/ 75m2, kerapatan sedang 13429 tegakan/ 75m2, dan kerapatan padat 26920 tegakan/ 75m2. Famili syngnathidae yang didapatkan di Pulau Panggang yaitu sebanyak 3 spesies pada kerapatan padat sejumlah 10 individu/ 75m2, kerapatan sedang 6 individu/ 75m2, dan pada kerapatan jarang 3 individu/ 75m2. Hasil analisa statistika kerapatan lamun dengan kelimpahan Syngnathidae terdapat korelasi r = 0.996, menunjukan korelasi erat sehingga semakin tinggi kerapatan lamun akan diikuti oleh melimpahnya syngnathidae. Panggang Island is located in the National Park of Kepulauan Seribu that has good enough seagrass ecosystem. Many biota associated to seagrass, is  Syngnathidae family is one of the elements of marine biodiversity which consists of seahorses, pipefishes, and sea dragon. The high market price and benefits to humans have made its demand commodity for this been increasing time to time, so threaten its sustainability in its habitat. This study aims to determine the density of seagrass, the abundance of family Syngnathidae as well as the relationship between the density of seagrass with the abundance of Syngnathidae family in the Panggang Island, Kepulauan Seribu. The research was conducted in May-June 2014 at Panggang Island waters, Kepulauan Seribu. The method used in this study is observation sampling using random sampling. The sampling of Syngnathidae at three stations seagrass on the difference density which are rarely, medium, and high. The calculation of seagrass mapping abundance Syngnathidae using 1m x 1m quadrant, were done in three times repetition. The results showed that there are six types of seagrass which are Enhallus acoroides, Cymodoceae serulata, Thalasia hemprichii, Syringodium isoerifolium, Halodule uninervis, and Cymodoceae rotundata. The number of seagrass stands obtained at a rarely 6185 stands/ 75m2, medium 13429/ 75m2, and high density 26920 stands/ 75m2. There are three species of Syngnathidae obtained in the Panggang Island in which at high density 10 individuals/ 75m2, at medium density 6 individuals/ 75m2, and at rarely density 3 individual/ 75m2. The result of statistical analysis showed closed correlation between seagrass density and Syngnathidae abundance with the r value of = 0.996, so that higher density of seagrass will be followed by abundance Syngnathidae.
KANDUNGAN KLOROFIL-A DAN FITOPLANKTON DI LOKASI YANG BERBEDA DI SUNGAI WULAN, KABUPATEN DEMAK Dewi, Hilda Kumala; Hendrarto, Boedi; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 1 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1044.277 KB)

Abstract

ABSTRAK Sungai Wulan adalah sungai yang melewati tiga kabupaten yaitu Grobogan, Kudus dan Demak. Sungai Wulan yang terletak di Kabupaten Demak, mempunyai dua percabangan yaitu Wulan Lama dan Wulan Baru. Sungai ini digunakan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan seperti kegiatan perikanan, domestik dan transportasi. Di hilir sungai juga terdapat daerah mangrove. Dampak dari kegiatan manusia tersebut kemungkinan akan berpengaruh terhadap kualitas perairan, hal tersebut diduga berdampak terhadap keberadaan fitoplankton serta kandungan klorofil-a. Penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2016 bertujuan untuk mengetahui kandungan klorofil-a, fitoplankton dan status perairan berdasarkan kandungan klorofil-a dan kelimpahan fitoplankton. Metode yang digunakan adalah metode survei lapangan dengan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi yang berbeda yaitu dekat pemukiman (Stasun 1), Wulan Baru (Stasiun 2), dan Wulan Lama (Stasiun 3). Analisis Kruskal-Wallis untuk mengetahui perbedaan kandungan klorofil-a antar stasiun dan analisis Cluster untuk mengetahui kemiripan berdasarkan komunitas fitoplankton dan variabel lingkungan antar stasiun. Hasil penelitian menunjukkan kandungan klorofil-a berkisar antara 0,4955 - 1,3527 mg/l. Tidak ada perbedaan yang nyata kandungan klorofil-a per stasiun pada taraf kepercayaan 95% (0,05). Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 9.458 – 12.422 ind/l. Fitoplankton yang didapatkan terdiri dari 35 genera yang terdiri dari 5 kelas yaitu Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Dynophyceae, Chlorophyceae dan Euglenophyceae. Stasiun 2 dan Stasiun 3 mempunyai kemiripan komunitas fitoplankton dan variabel lingkungan dibandingkan dengan Stasiun 1. Status perairan Sungai Wulan berdasarkan kandungan klorofil-a tergolong oligotrofik dan berdasarkan kelimpahan fitoplankton tergolong mesotrofik.Kata Kunci: Klorofil-a; Fitoplankton; Sungai Wulan  ABSTRACTWulan River is a river that passes through three regencies there are Grobogan, Kudus and Demak. Wulan River located in Demak Regency, has two branches there are Wulan Lama and Wulan Baru. This river has been used a lot by the residents for many activities such as fishery activities, domestic and transportation. There is also mangrove area in the downstream of Wulan River. The impact of those human activities presumably will affect the quality of the waters, it is also presumed to impact the existence of phytoplankton and the contents of chorophyl-a. This research was conducted on March - April 2016 aimed to know the contents of chlorophyl-a, the type and abundance of phytoplankton and the status of waters based on the content of chlorophyll-a and the abundance of phytoplankton. This research used survey method and purposive a sampling teqnique. The sampling was conducted in three different locations, that is in the nearby people residence (Station 1), Wulan Baru (Station 2) and Wulan Lama (Station 3). The Kruskal-Wallis analysis was used to determine differences of chlorophyll-a between the stations and Cluster analysis was used to determine similarity groups based on the phytoplankton community and environment variables between stations. The results showed chlorophyll-a range between 0,4955 - 1,3527 mg/l. There is no significant difference between the content of chlorophyll-a per station at the level of 95% (P < 0,05). The abundance of phytoplankton ranged between 9.458 – 12.422 ind/l. The phytoplankton was obtained consisting of 35 genus consisted of 5 classes, namely Bacillariophyceae, Cyanophyceae, Dynophyceae, Chlorophyceae and Euglenophyceae. Both Station 2 and Station 3 had a more similarity in the community of phytoplankton and the environment variable compared to the Station 1. The status waters of the Wulan Rivers based on the contents chlorophyll-a was classified into oligotrophic and based on the abundance of phytoplankton was classified into mesotrophic. Keywords: Chlorophyl-a; Phytoplankton; Wulan River 
PENGARUH LIMBAH CAIR TAHU TERHADAP KELIMPAHAN MAKROBENTHOS DI SUNGAI ELO MAGELANG Wulandari, Angela Herma Gita Retno; Hutabarat, Sahala; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.013 KB)

Abstract

Sungai Elo digunakan sebagai salah satu lokasi pembuangan limbah cair tahu, diduga telah mengalami penurunan kualitas perairan. Adanya masukan polutan seperti bahan organik dari limbah cair tahu yang berlebih akan menyebabkan pencemaran dan akan berdampak pada kehidupan makrobenthos. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh limbah cair tahu terhadap kelimpahan makrobenthos, mengetahui kondisi perairan yang ditimbulkan oleh buangan limbah cair tahu berdasarkan bio-indikator makrobenthos, dan mengetahui korelasi antara kelimpahan makrobenthos dengan bahan organik di Sungai Elo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 – Januari 2014 di Sungai Elo Magelang. Penelitian ini dilakukan pada 3 stasiun. Materi penelitian adalah makrobenthos dan bahan organik yang terdapat di Sungai Elo. Metode yang digunakan adalah metode survei dan metode deskriptif. Makrobenthos yang diperoleh selama penelitian di Sungai Elo terdiri dari 6 kelas yaitu Oligochaeta 2 genus, Polychaeta 1 genus, Clitellata 1 genus, Hexapoda 1 genus, Gastropoda 3 genus, dan Bivalvia 1 genus. Genus yang paling banyak ditemukan Melanoides sp. (144,38%), Tubifex sp. (53,30%), dan Elimia sp. (49,21%). Kelimpahan makrobenthos terbesar terdapat pada stasiun II sebesar 1284 ind/m3 dan terendah terdapat pada stasiun I sebesar 327 ind/m3. Kandungan bahan organik berkisar antara 5,63 – 17,67 mg/l termasuk dalam kategori sedang-tinggi. Nilai Saprobik Indeks (SI) dalam analisa Saprobitas adalah -3 yang berarti perairan tercemar berat. Hasil uji korelasi regresi antara kelimpahan makrobenthos dengan kandungan bahan organik diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,678. Koefisien korelasi (r) sebesar 0,823 dengan nilai koefisien 0,7 < r ≤ 0,9 yang menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut cukup kuat. Elo River was used as a location dismissal of Soybean Liquid Waste, has assumed been degradation of water quality. The existence of polutan like organic materials from soybean liquid waste will be contain and be affect to longlife of macrobenthos. The aim was to identify structure of macrobenthos community, the impact of soybean liquid waste based on macrobenthos bio-indicator, and corelation between macrobenthos abundance and organic materials in Elo River. The research was implemented on December 2013 - Januari 2014 in 3 location stations. The materials were organic materials and macrobenthos. The Method were Survey and Descriptive Method. The result was macrobenthos have been obtained consist of 6 classes, these were Oligochaeta (2 genus), Polychaeta (1 genus), Clitellata (1 genus), Hexapoda (1 genus), Gastropoda (3 genus), and Bivalve (1 genus). The most species founded was Melanoides sp. (144,38%), Tubifex sp. (53,30%), and Elimia sp. (49,21%). The biggest of macrobenthos abundance in station II, meanwhile the lowest of macrobenthos abundance in station I. Diversity index value all of stations ranging from 0,5 – 1,5. Content of organic material ranging from 5,63 – 17,67 mg/l include in moderate category. The value of saprobic index was -3, mean Elo River`s water wich high polutan. Result of regression test among macrobenthos abundance with content of organic material in Elo River obtained determination coefficient value (R2) was 0,678. Coefficient Corellation (r) was 0,823 with value of coefficient 0,7 < r ≤ 0,9 that sound was relationship among two variable strength enough.
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA HUTAN MANGROVE BERBASIS KEGIATAN KONSERVASI DI DESA KARTIKA JAYA KABUPATEN KENDAL Mangrove Forest Development Strategy Based On Conservation Activities in Kartika Jaya Village, Kendal District Sulaiman, Muhammad; Sulardiono, Bambang; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 2 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.234 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i2.24226

Abstract

ABSTRAK Kawasan konservasi mangrove di Desa Kartika Jaya merupakan kawasan yang pengelolaan dan pemanfaatan dilindungi. Kegiatan konservasi mangrove yang dilakukan Kelompok Mangrove Desa Kartika Jaya sebatas melakukan penanaman mangrove, dan menjaga ekosistem mangrove. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor mempengaruhi kegiatan konservasi mangrove dan memperoleh alternatif strategi yang tepat untuk mengembangkan wisata hutan mangrove yang berbasis kegiatan konservasi di Desa Kartika Jaya. Penelitian ini dilakukan bulan agustus 2018 di Desa Kartika Jaya, Kabupaten Kendal dengan menggunakan metode deskriptif dengan studi kasus. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara, dan observasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis SWOT (Strenght Weakness Opportunity Threat). Hasil analisis menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kegiatan konservasi mangrove di Desa Kartika Jaya adalah faktor internal meliputi status hutan mangrove, luas kawasan, pengalaman bekerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta, partisispasi masyarakat, kekompakan anggota, legalitas, fasilitas, mobilitas, status lahan, dan pengawasan. Faktor eksternal meliputi, potensi ekowisata, potensi pembuatan produk olahan mangrove, potensi sebagai objek penelitian, dan partisipasi perguruan tinggi. Prioritas alternatif strategi yang terpilih adalah meningkatkan kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta untuk menguatkan sumber pendanaan setiap kegiatan, memperluas lahan mangrove, meningkatkan fasilitas pendukung operasional setiap kegiatan, dan melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan.ABSTRACT The mangrove conservation area in Kartika Jaya Village is a protected and managed area. Mangrove conservation activities carried out by Mangrove Group in Kartika Jaya Village are limited to planting mangroves, and maintaining mangrove ecosystems. This study aims to determine the factors that influence mangrove conservation activities and obtain appropriate alternative strategies for developing mangrove forest tourism based on conservation activities in Kartika Jaya Village. This research was conducted in August 2018 in Kartika Jaya Village, Kendal Regency using descriptive methods with case studies. Data collection done through interviews, and observations. The data obtained were analyzed using SWOT analysis (Strenght Weakness Opportunity Threat). The results of the analysis the factors that influence the development of mangrove conservation activities in Kartika Jaya Village are internal factors including the status of mangrove forests, area size, experience of working with government and private institutions, community participation, member cohesiveness, legality, facilities, mobility, land status, and supervision. External factors include the potential of ecotourism, the potential for making mangrove processed products, the potential as an object of research, and college participation. The chosen alternative strategic priority is to increase collaboration with government and private institutions to strengthen funding sources for each activity, expand mangrove land, improve operational support facilities for each activity, and involve the community in every activity. 
HUBUNGAN TINGKAT KERENTANAN PANTAI DAN PRODUKSI TAMBAK DI KECAMATAN JUWANA KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH (Relation of Coastal Vulnerability Index and Pond Production in Juwana, Pati, Central Java) Komah, Siti; Purwanti, Frida; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 6, No 4 (2017): MAQUARES
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (431.796 KB)

Abstract

Kecamatan Juwana merupakan kawasan pesisir memiliki potensi untuk kegiatan perikanan budidaya yang secara ekonomi sangat berpengaruh terhadap pendapatan daerah, namun karena topografinya yang landai, Kecamatan Juwana rentan terhadap perubahan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat kerentanan pantai, tingkat produksi tambak dan hubungan tingkat kerentanan pantai dan produksi tambak di Kecamatan Juwana. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015 di kawasan pesisir Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan studi kasus menggunakan metode analisis Indeks Kerentanan Pantai, dengan tujuh variabel dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu geomorfologi serta data tinggi dan lama genangan banjir menggunakan teknik wawancara, sedangkan data sekunder yaitu perubahan garis pantai dan kemiringan pantai dari citra satelit yang diolah menggunakan software ER Mapper 7.0 dan ArcMap 10.2.2, tinggi gelombang, kisaran pasang surut, dan produksi tambak di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. Hasil nilai tingkat kerentanan pantai di Kecamatan Juwana pada tahun 2013 – 2015 berkisar antara 3.3 sampai 3.4 dengan tingkat kerentanan tinggi, nilai produksi tambak di Kecamatan Juwana pada triwulan II dan III lebih tinggi dibanding triwulan I dan IV dan tingkat kerentanan pantai tidak ada hubungannya dengan produksi tambak di Kecamatan Juwana, Pati.  Juwana district is a coastal area that potential for cultivation fishery activities that are economically very influential on local revenue, but because of its sloping topography, Juwana District is vulnerable to environmental changes. The purpose of this research were to know the level of coastal vulnerability, the level of fish pond production and the correlation of coastal vulnerability level and fish pond production in Juwana district. The research was conducted in June 2015 at the coastal area of Juwana district, Central Java. The research is a case study using analysis Coastal Vulnerability Index, that consist of seven variables from primary and secondary data. The primary data included geomorphology observation and data of high and flood inundation period using interview technique, whereas secondary data included change of coastline and coastal slope obtained from Satellite image, that processed by ER Mapper 7.0 software and ArcMap 10.2.2., wave height, tidal range, and fish pond production data collected from the provided data at the Juwana District. The  coastal vulnerability index value of the Juwana district in 2013- 2015 was 3.3- 3.4 which included in the category of high vulnerability, the fish pond production value in Juwana district in the second and third quarters was higher than in the first and fourth quarters and the degree of coastal vulnerability had no relation to the  fish pond production in Juwana district, Pati.
ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) DAN KADMIUM (Cd) DI SUNGAI SILANDAK, SEMARANG Heavy Metal Lead (Pb) and Cadmium (Cd) Concentration Analysis in Silandak River, Semarang Hanifah, Nisrina Nurfitria; Rudiyanti, Siti; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Vol 8, No 3 (2019): MAQUARES
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.384 KB) | DOI: 10.14710/marj.v8i3.24264

Abstract

ABSTRAKSungai Silandak terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah yang menerima limbah dari hasil kegiatan transportasi, industri dan domestik masyarakat sekitar. Limbah tersebut mengandung logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) yang mengalami perubahan konsentrasi disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya curah hujan. Curah hujan menyebabkan debit air menjadi lebih tinggi sehingga terjadi proses pengenceran konsentrasi pada badan perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi Pb dan Cd yang kemudian dibandingkan dengan baku mutu lingkungan, perbedaan konsentrasi Pb dan Cd pada Bulan Oktober – Desember 2018 serta hubungan debit air dengan konsentrasi Pb dan Cd. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik sampling purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan empat kali (pada Oktober – Desember 2018) di lima stasiun. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Pb = 0,03 – 0,003 mg/l dan Cd = 0,001 – 0,005 mg/l. Konsentrasi tersebut berada di bawah baku mutu lingkungan menurut PP No. 82 Tahun 2001 (Pb < 0,03 mg/l dan Cd < 0,01 mg/l) namun beberapa masih berada di atas baku mutu lingkungan menurut Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 (Pb > 0,008 mg/l dan Cd > 0,001 mg/l). Terdapat perbedaan konsentrasi Pb dan Cd pada Bulan Oktober – Desember 2018, (Sig. < 0,05) Pb = 0,048 dan Cd = 0,037. Debit air dengan konsentrasi Pb dan Cd menunjukkan hubungan yang cukup erat, Pb (R = 0,576) dan Cd (R = 0,563).ABSTRAKSungai Silandak terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah yang menerima limbah dari hasil kegiatan transportasi, industri dan domestik masyarakat sekitar. Limbah tersebut mengandung logam berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) yang mengalami perubahan konsentrasi disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya curah hujan. Curah hujan menyebabkan debit air menjadi lebih tinggi sehingga terjadi proses pengenceran konsentrasi pada badan perairan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi Pb dan Cd yang kemudian dibandingkan dengan baku mutu lingkungan, perbedaan konsentrasi Pb dan Cd pada Bulan Oktober – Desember 2018 serta hubungan debit air dengan konsentrasi Pb dan Cd. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik sampling purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan empat kali (pada Oktober – Desember 2018) di lima stasiun. Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi Pb = 0,03 – 0,003 mg/l dan Cd = 0,001 – 0,005 mg/l. Konsentrasi tersebut berada di bawah baku mutu lingkungan menurut PP No. 82 Tahun 2001 (Pb < 0,03 mg/l dan Cd < 0,01 mg/l) namun beberapa masih berada di atas baku mutu lingkungan menurut Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 (Pb > 0,008 mg/l dan Cd > 0,001 mg/l). Terdapat perbedaan konsentrasi Pb dan Cd pada Bulan Oktober – Desember 2018, (Sig. < 0,05) Pb = 0,048 dan Cd = 0,037. Debit air dengan konsentrasi Pb dan Cd menunjukkan hubungan yang cukup erat, Pb (R = 0,576) dan Cd (R = 0,563).  ABSTRACTThe Silandak River is located in Semarang City, Central Java, that receives a lot of waste from the transportation, industrial, and local’s (domestic) activities. These waste contained the heavy metal Lead (Pb) and Cadmium (Cd), that concentration in waters caused by many factors, one of which is rainfall. Rainfall caused a rise in water discharge and causes a dilution of concentration in the waters. The purpose are to identify Pb and Cd concentration that will be compared with the quality of the environment, the difference of Pb and Cd concentration in October – December 2018, and also the correlation of water discharge with Pb and Cd concentration. The survey method was used in this study with purposive sampling for the sampling method. The sampling was done four times (in October – December 2018) at five stations. The result showed concentration of Pb = 0,03 – 0,003 mg/l and Cd = 0,001 – 0,005 mg/l. The concentration are below the quality standards according to The Government Regulation No. 82, Year 2001 (Pb < 0,03 mg/l and Cd < 0,01 mg/l), but some are still above the quality standards according to Minister of Environment Decree No. 51, Year 2004 (Pb > 0,008 mg/l dan Cd > 0,001 mg/l). There is a difference in the Pb and Cd concentration on October – December 2018, (Sig. < 0,05) Pb = 0,048 and Cd = 0,037. The water discharge and the concentration of Pb (R = 0,576) and Cd (R = 0,563) showed a quite strong relationship.
PERBANDINGAN LAJU PERTUMBUHAN Spirulina platensis PADA TEMPERATUR YANG BERBEDA DALAM SKALA LABORATORIUM Bangun, Harina Hutami; Hutabarat, Sahala; Ain, Churun
Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES) Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : Departemen Sumberdaya Akuatik,Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.492 KB)

Abstract

Spirulina platensis merupakan jenis alga hijau biru yang sering dijumpai sebagai pakan alami untuk usaha pembenihan. S. platensis memiliki dinding sel yang tipis serta inti tidak berselaput, membuat benih ikan mampu mencerna S. platensis dengan baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur terhadap laju pertumbuhan S. platensis dan menentukan temperatur terbaik yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan. Penelitian dilaksanakan Bulan Juni 2014 di BBPBAP Jepara, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metodologi eksperimental dan rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap. Kultur S. platensis di laboratorium meliputi sterilisasi alat dan bahan, persiapan air media dan menghitung jumlah awal bibit. Perlakuan pada media uji dengan membedakan temperatur air media yaitu 25°C, 30°C dan 35°C dan masing-masing dilakukan tiga kali pengulangan. Kultur dilakukan menggunakan stoples kaca volume 3000 ml dengan kepadatan awal 10.000 unit/ml. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan S. platensis pada temperatur 30°C dan temperatur 35°C memiliki pola yang hampir sama. Temperatur 25°C laju pertumbuhan S. platensis menunjukkan peningkatan dari awal kultur hingga hari keenam. Temperatur 25°C merupakan temperatur terbaik untuk pertumbuhan S. platensis yang ditunjukkan pada hasil uji Post Hoc Duncan. Hasil uji ANOVA diketahui bahwa nilai signifikansi 0,000 (Sig. < 0,05) yang berarti temperatur berpengaruh terhadap kepadatan S. platensis. Spirulina platensis is a type of blue-green algae are often found as a natural feed for hatchery operations. S. platensis has a thin cell walls and the core is not webbed, making fish seed is able to digest S. platensis properly. The purpose of this study was to determine the effect of temperature on the rate of growth of S. platensis and determine the best temperature which can increase the growth rate.This study used an experimental methodology and experimental design with a completely randomized design. S. platensis culture in the laboratory include the sterilization of equipment and materials, preparation of media water and count the number of initial inoculant. Treatment in the test medium with media differentiate water temperature 25° C, 30° C and 35° C, and each performed with three replications. The culture was done by using a glass jar volume of 3000 ml and the initial density of each sample was 10,000 units / ml. The results showed a similar pattern of growth of S. platensis at 30 ° C and a temperature of 35 ° C. Temperature of 25 ° C of S. platensis showed an increase from the beginning until the sixth day of culture. Temperature of 25 ° C is the best temperature for growth of S. Platensis that shown in the results of Duncan's Post Hoc test. The results of ANOVA test known that the significant value of 0.000 (Sig. <0.05) which means that the temperature has effect to the density of S. Platensis.