Murgayanti Murgayanti
Universitas Padjadjaran

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pengaruh pemberian zat retardan terhadap pertumbuhan dan hasil ubi pada dua kultivar kentang (Solanum tuberosum L.) di dataran medium Sumadi, Sumadi; Suminar, Erni; Murgayanti, Murgayanti; Nuraini, Anne
Kultivasi Vol 14, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.466 KB)

Abstract

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kulti-var kentang dan jenis serta konsentrasi zat retardan yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan serta kuantitas dan kualitas hasil ubi bibit kentang di dataran medium. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak terpisah. Perlakuan terdiri dari petak utama yaitu kultivar yaitu kultivar Nadia dan Granola, dan anak petak yaitu jenis dan konsentrasi zat retardan dengan penggunaan paklobutrazol ( 0; 40; 120 mg L-1 ) atau coumarin (45; 90; 135 mg L-1). Hasil percobaan menun-jukkan bahwa jenis kultivar dan zat retardan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan per-kembangan bibit kentang. Terjadi interaksi pada peubah bobot ubi per tanaman, sedangkan peubah tinggi tanaman, kandungan klorofil, jumlah ubi per tanaman, bobot ubi per petak dan persentase jumlah ubi kentang per tanaman berdasarkan pengkelasan ubi bibit tidak terjadi interaksi antara kultivar dan zat retardan.  Penggunaan zat retardan pada kultivar Nadia menghasilkan bobot ubi per tanaman lebih tinggi daripada kultivar Granola sedangkan untuk kelas ubi ukuran S dan M dihasilkan lebih tinggi pada kultivar Granola daripada kultivar Nadia. Kata kunci : Kentang ∙ Ubi ∙ Dataran medium ∙ Zat retardan 
Respons klon ubi jalar (Ipomoea batatas L.) var. Awachy-1 dan var. Biang terhadap aplikasi paclobutrazol Murgayanti Murgayanti; Anne Nuraini; Megianti Agtari; Agung Karuniawan
Kultivasi Vol 18, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (98.802 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v18i3.20886

Abstract

Sari. Paclobutrazol  merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang dapat digunakan untuk memodifikasi pertumbuhan tanaman dengan cara mempertahankan keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif.  Setiap genotipe tanaman akan menghasilkan respons yang berbeda terhadap pemberian paclobutrazol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara konsentrasi paclobutrazol dengan dua klon ubi jalar serta mengetahui konsentrasi paclobutrazol yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil dua klon ubi jalar. Percobaan dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2017 di kebun Percobaan Ciparanje, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat pada ketinggian 750 m dpl. Jenis tanah tempat percobaan adalah Inceptisol, tipe curah hujan C menurut menurut klasifikasi Schmidt  dan  Ferguson bertipe C (agak basah). Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor dan diulang sebanyak empat kali. Faktor pertama yaitu klon ubi jalar (Awachy 1 dan Biang) dan faktor kedua yaitu konsentrasi paclobutrazol (0, 50, 100, 150 ppm). Hasil penelitian menunjukkan klon Biang menghasilkan jumlah ubi per tanaman yang lebih tinggi daripada klon Awachy 1. Konsentrasi paclobutrazol 50 ppm menghasilkan bobot ubi per tanaman yang lebih tinggi.Kata Kunci: paclobutrazol, klon, ubi jalar. Abstract. Paclobutrazol is one type of plant growth regulators that can be used to regulate plant growth with the aim of maintaining the balance of vegetative and generative growth. Each plant genotype would produce a different responses to paclobutrazol. The aimed of this study was to determine the interaction between the concentration of paclobutrazol and two sweet potato clones and to determined the best concentration of paclobutrazol for yield of two sweet potato clones. The experiment was conducted from February to June 2017 at Ciparanje Experimental Station, Faculty of Agriculture, Padjadjaran University, Jatinangor, Sumedang Regency, West Java on 750 m above sea level. Type of rainfall of the experimental area was classified as C type according to Schmidt and Ferguson. The experiment design used Factorial Randomized Block Design that consisted of two factors and repeated four times. The first factor was sweet potato clone (Biang and Awachy 1) and second factor was the concentration of paclobutrazol (0, 50, 100, 150 ppm). The results showed that the number of tubers in Biang produced higher than Awachy 1, and the treatment of paclobutrazol with concentration of 50 ppm had the best yield (weigth of tubers per plant).Keywords: paclobutrazol, clone, sweet potato
Multiplikasi tunas tanaman temu putih pada berbagai jenis karbohidrat dan sitokinin secara in vitro Murgayanti Murgayanti; Adelia Anissa Putri; Anne Nuraini
Kultivasi Vol 20, No 3 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i3.33296

Abstract

AbstrakPermasalahan utama dari perbanyakan tanaman temu putih (Curcuma zedoaria) secara konvensional adalah penggunaan bahan tanam berupa rimpang yang memiliki masa dormansi 2-3 bulan. Perbanyakan in vitro menjadi alternatif untuk membuat perbanyakan temu putih secara cepat dan dalam jumlah banyak, namun masih belum banyak penelitian rekayasa media in vitro berupa penambahan karbohidrat dan sitokinin dalam media. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan multiplikasi eksplan C. zedoria terhadap 3 jenis karbohidrat, yaitu sukrosa, glukosa dan amilum dengan konsentrasi 2% dan 4% yang dikombinasikan dengan 2 jenis sitokinin, yaitu  Benzyl Amino Purine (BAP) 2 ppm dan Thidiazuron (TDZ) 1,5 ppm. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 36 unit percobaan dan dengan waktu pengamatan selama 12 Minggu Setelah Tanam (MST). Hasil percobaan menunjukkan kombinasi sukrosa dan glukosa dengan sitokinin BAP dan TDZ memberikan pengaruh terhadap poliferasi tunas baru, perkembangan dan pertumbuhan planlet tanaman C. zedoria. Penggunaan amilum pada setiap perlakuan menyebabkan kematian fisiologis lebih cepat. Penggunaan TDZ pada setiap perlakuan memberikan hasil yang lebih baik terhadap jumlah tunas baru. Perlakuan dengan media sukrosa 4% + TDZ 1,5 ppm memberikan hasil yang paling tinggi dengan rata-rata jumlah tunas sebanyak 4,67 tunas baru. Perlakuan dengan media sukrosa 2% + BAP 2 ppm memberikan hasil yang paling signifikan pada tinggi tunas dengan rata-rata tinggi tunas sebesar 16,97 cm dan rata-rata jumlah daun sebanyak 8,67 buah.Kata kunci: Amilum ∙ Glukosa ∙ Karbohidrat ∙ Multiplikasi ∙ Tunas AbstractThe main problem with conventional propagation of Curcuma zedoaria is the use of planting material in form of rhizomes which have a dormancy period of 2-3 months. In vitro propagation is an alternative to make the propagation of Curcuma zedoaria quickly and in large quantities, but there are still not many researches study the formulation of in vitro media such as the addition of carbohydrates and cytokinins. This experiment aims to determine the response of growth and multiplication of explants of C. zedoria to 3 types of carbohydrates, i.e., sucrose, glucose and amylum with concentration of 2% and 4% combined with 2 types of cytokinins, i.e., 2 ppm Benzyl Amino Purine (BAP) and 1.5 ppm Thidiazuron (TDZ). This experiment used a completely randomized design with 36 experimental units and an observation time of 12 weeks after planting (MST).  The results showed that the combination of sucrose and glucose with cytokinins in form of BAP and TDZ affected the proliferation of new shoots, the development and growth of C. zedoria plantlets. The use of amylum in each treatment caused physiological death more quickly occured. The use of TDZ in each treatment gave better result on the number of new shoots. Treatment with 4% sucrose + 1.5 ppm TDZ showed the highest yield on the number of shoots, as many as 4.67 new shoots. Treatment with 2% sucrose + 2 ppm BAP showed the most significant results on shoot height with an average shoot height of 16.97 cm and an average number of leaves of 8.67 leaves.Keywords: Amylum ∙ Glucose ∙ Carbohydrates ∙ Multiplication ∙ Shoots
Peningkatan pertumbuhan tunas kunyit putih pada perbanyakan in vitro melalui aplikasi berbagai jenis dan konsentrasi sitokinin Murgayanti Murgayanti; Fatilla Nur Ramadhanti; Sumadi Sumadi
Kultivasi Vol 19, No 3 (2020): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v19i3.29469

Abstract

SariKunyit putih (Kaempferia rotunda L.) merupakan tanaman obat yang bermanfaat dan perlu dibudidayakan lebih luas, namun terkendala oleh penyediaan bibit bermutu yang terbatas sehingga menjadi langka. Perbanyakan tanaman dengan cara konvensional memerlukan bibit bermutu dalam jumlah dan waktu yang lama, sedangkan ketersediaan benih masih terbatas. Perbanyakan secara in vitro dapat mengatasi kelangkaan bibit kunyit putih yang bermutu tinggi dalam jumlah besar dan bebas patogen. Ketersediaan bibit unggul yang dihasilkan secara in vitro bergantung pada jenis dan konsentrasi sitokinin yang ditambahkan pada media kultur. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan jenis dan konsentrasi sitokinin yang paling baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan tunas kunyit putih secara in vitro. Percobaan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yang berlangsung pada bulan Agustus 2019 – April 2020. Bahan tanam berasal dari tunas rimpang yang berukuran ±0,5 – 1,0 cm. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap 10 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Media yang digunakan adalah Murashige and Skoog dengan 10 perlakuan yang diuji yaitu tanpa penambahan sitokinin, penambahan jenis sitokinin Benzil Amino Purine, 2-Isopenteniladenina  konsentrasi 1,5; 3,0; dan 4,5 ppm dan Thidiazuron  konsentrasi 0,15; 0,30; dan 0,45 ppm. Hasil percobaan menunjukkan terdapat pengaruh yang berbeda dalam memacu dan merangsang pemunculan jumlah tunas, tinggi tanaman, dan panjang akar pada tunas kunyit putih secara in vitro. Pemberian 0,45 ppm Thidiazuron memberikan pengaruh terbaik dalam menghasilkan jumlah tunas.Kata Kunci: Tunas Rimpang, Perbanyakan, Kaempferia rotunda, Sitokinin Abstract White turmeric (Kaempferia rotunda L.) is useful medicinal plant and need to be cultivated more widely, but is constrained by the supply of limited high quality seeds.  In vitro propagation can overcome the scarcity of high quality white turmeric seeds in large quantities and pathogens free. Availability of superior seeds produced in vitro depends on the type and concentration of cytokinin added to the culture media. The aim of this research was to determine type and concentration of cytokinins that give the best effect on the growth of white turmeric shoots in vitro culture. The experiment was conducted at Tissue Culture Laboratory of Agriculture, Universitas Padjadjaran from August 2019 to April 2020. The planting material was derived from rhizome buds measuring ±0.5 - 1.0 cm. The experimental design was Completely Randomized Design by 10 treatments with 3 replications. Medium used Murashige and Skoog with 10 treatments: no cytokinin addition, the addition of cytokinin Benzyl Amino Purine, 2-Isopenteniladenina  concentrations 1.5; 3.0; and 4.5 ppm and Thidiazuron  concentrations 0.15; 0.30; and 0.45 ppm. The results showed that there were different effect in stimulating the appearance number of shoots, plant height, and root length in multiplication of white turmeric in vitro. The treatment of Thidiazuron 0.45 ppm was the best treatment on number of shoots.Keywords : Rhizome buds, Multiplication, Kaempferia rotunda, Cytokinin
Pengaruh pemberian zat retardan terhadap pertumbuhan dan hasil ubi pada dua kultivar kentang (Solanum tuberosum L.) di dataran medium Sumadi Sumadi; Erni Suminar; Murgayanti Murgayanti; Anne Nuraini
Kultivasi Vol 14, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (278.466 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v14i2.12067

Abstract

Tujuan dari kegiatan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kulti-var kentang dan jenis serta konsentrasi zat retardan yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan serta kuantitas dan kualitas hasil ubi bibit kentang di dataran medium. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak terpisah. Perlakuan terdiri dari petak utama yaitu kultivar yaitu kultivar Nadia dan Granola, dan anak petak yaitu jenis dan konsentrasi zat retardan dengan penggunaan paklobutrazol ( 0; 40; 120 mg L-1 ) atau coumarin (45; 90; 135 mg L-1). Hasil percobaan menun-jukkan bahwa jenis kultivar dan zat retardan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan per-kembangan bibit kentang. Terjadi interaksi pada peubah bobot ubi per tanaman, sedangkan peubah tinggi tanaman, kandungan klorofil, jumlah ubi per tanaman, bobot ubi per petak dan persentase jumlah ubi kentang per tanaman berdasarkan pengkelasan ubi bibit tidak terjadi interaksi antara kultivar dan zat retardan.  Penggunaan zat retardan pada kultivar Nadia menghasilkan bobot ubi per tanaman lebih tinggi daripada kultivar Granola sedangkan untuk kelas ubi ukuran S dan M dihasilkan lebih tinggi pada kultivar Granola daripada kultivar Nadia. Kata kunci : Kentang ∙ Ubi ∙ Dataran medium ∙ Zat retardan 
Pengaruh konsentrasi Benzylaminopurine terhadap pertumbuhan eksplan tunas aksilar rami klon lokal Wonosobo secara in vitro Anne Nuraini; Eva Aprilia; Murgayanti Murgayanti; Asri Peni Wulandari
Kultivasi Vol 21, No 2 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i2.36540

Abstract

AbstrakSaat ini, perbanyakan rami menggunakan rizoma sebagai bahan tanamnya, tetapi dalam produksinya membutuhkan waktu yang lama dan sebagai bahan tanam umur simpannya singkat. Kultur jaringan merupakan salah satu teknologi untuk mendapatkan bahan tanam yang seragam dan sehat dalam waktu yang singkat. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi BAP terhadap pertumbuhan tunas aksilar pada rami klon lokal Wonosobo dan konsentrasi mana yang memberikan pengaruh terbaik. Percobaan dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan, Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Nodus batang dari rami klon lokal Wonosobo diklturkan pada media MS dengan penambahan berbagai konsentrasi BAP selama 8 minggu dan diamati pertumbuhan dan perkembangannya. Desain penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Adapun perlakuannya adalah kontrol (tanpa penambahan BAP), BAP 0,5 mg/L, BAP 1,0 mg/L, BAP 1,5 mg/L, BAP 2,0 mg/L, dan BAP 3,0 mg/L. Hasil percobaan menunjukkan penambahan sitokinin berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas aksilar rami klon lokal Wonosobo. Penambahan 0,5 mg/L berpotensi memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan tunas aksilar rami klon lokal Wonosobo dilihat dari waktu muncul tunas, jumlah tunas, jumlah daun, dan tinggi plantlet. Kata Kunci: Benzylaminopurine (BAP) ∙ Rami ∙ Tunas aksilar AbstractCurrently, ramie propagation used the rhizome as the planting material. However, it took long time to produce and the longevity of rhizome as planting material is short. Therefore, another technology approach is needed. Tissue culture is one of alternative technologies that could to produce uniform and healthy planting material within short time. The objective of this research was to determine the effect of BAP concentration on the axillary bud growth of rami local clone of Wonosobo and also determine which concentration gives the best effect. The research was conducted at The Tissue Culture Laboratory of Seed Technology, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran. Nodes of ramie local clone of Wonosobo were cultured for 8 weeks on Murashige & Skoog (MS) medium added with various concentrations of BAP and then observed growth and development. The research design was Completely Randomize Design (RCD) with 6 treatments in terms of BAP concentrations and 3 replications. The treatment was ,control (without BAP); BAP 0,5 mg/L, BAP 1,0 mg/L, BAP 1,5 mg/L, BAP 2,0 mg/L, and BAP 3,0 mg/L. The result showed that there was different effect on axillary bud growth. The treatment of MS medium added with 0,5 mg/L BAP potentially showed as the best effect for bud appearance, number of shoots, number of leaves, and plantlet’s length.Keywords: Benzylaminopurine (BAP) ∙ Ramie ∙ Axillary bud
Studi pendahuluan regenerasi eksplan teh sebagai upaya percepatan penyediaan bibit unggul secara in vitro Intan Ratna Dewi Anjarsari; Erni Suminar; Murgayanti Murgayanti
Kultivasi Vol 21, No 3 (2022): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v21i3.36607

Abstract

ABSTRAKPembiakan generatif tanaman teh yang dilakukan dengan biji, sementara secara vegetatif dengan setek tunas yang  mempunyai kelemahan, antara lain jumlah bibit yang dihasilkan terbatas, perlu waktu lama untuk menyeleksi pohon induk, dan bibit yang dihasilkan kurang optimal dalam penyerapan air dan unsur hara karena perakarannya dangkal sehingga kurang toleran terhadap kekeringan. Kultur jaringan menjadi salah satu alternatif dalam perbanyakan teh memperoleh klon teh unggul, seperti klon Seri Gambung 1-11, dalam jumlah banyak dan sifatnya yang seragam. Penelitian pendahuluan ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNPAD, mulai bulan Juni hingga Desember 2021. Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu (i) metode deskriptif untuk menginduksi eksplan organ teh (pucuk + ruas batang serta daun), dan (ii) metode eksperimen dengan menguji eksplan yang ditumbuhkan pada berbagai media. Metode percobaan yang digunakan untuk penelitian ke-2 adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 6 kombinasi perlakuan Benzyl Amino Purine (BAP) (0 dan 0,5 ppm) dan 2,4-D (0,05; 0,1; dan 0,2 ppm). Hasil pengamatan pendahuluan menunjukkan masih banyak eksplan yang mengalami kematian, namun beberapa eksplan potongan daun menunjukkan respon yang baik dengan mampu membentuk kalus berwarna hijau. Kombinasi 0,5 ppm BAP + 0,05 ppm 2,4-D memberikan pengaruh lebih baik terhadap bobot kalus, sedangkan kombinasi 0,5 ppm BAP + 0,2 ppm 2,4D memberikan pengaruh baik terhadap diameter kalus.Kata kunci: eksplan teh, in vitro, klon unggul ABSTRACTGenerative propagation of tea plants is done by seed, while the vegetative method is by shoot cuttings which have weaknesses, including the limited number of seedlings produced, it takes a long time to select the mother tree, and the resulting seedlings are not optimal in absorbing water and nutrients because their roots are shallow making it less tolerant of drought. Tissue culture is an alternative in tea propagation to obtain superior tea clones, such as the Gambung Series 1-11 clones, in large quantities and with uniform characteristics. This preliminary research was carried out at the Tissue Culture Laboratory of the Department of Agronomy, Faculty of Agriculture, UNPAD, from June to December 2021. The research consisted of two stages, namely (i) a descriptive method to induce tea organ explants (shoots + stem segments and leaves), and (ii) an experimental method by testing explants grown on various media. The experimental method used for the second study was a completely randomized design (CRD) with 6 treatment combinations of Benzyl Amino Purine (BAP) (0 and 0.5 ppm) and 2.4 D (0.05; 0.1; and 0 .2 ppm). Preliminary observations showed that there were still many death explants observed, however, some explants in form of cut leaves showed a good response by being able to form green callus. The combination of 0.5 ppm BAP + 0.05 ppm 2.4 D had a better effect on callus weight, while the combination 0.5 ppm BAP + 0.2 ppm 2.4D had a good effect on callus diameter.Keywords: tea explants, in vitro, superior clones
Teknologi Budidaya Tanaman Anggrek Lokal Varietas Zahra dan Dian: The Cultivation Technology of Zahra and Dian Varieties Erni Suminar; Yayat Rochayat Suradinata; Murgayanti; Syariful Mubarok; Ega Raisya
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 7 No 3 (2022): Desember
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-dinamika.v7i3.3034

Abstract

Pengembangan anggrek lokal merupakan salah satu kegiatan yang memiliki prospek menjanjikan khususnya di daerah Jatiangor yang merupakan kawasan lingkungan pendidikan, wisata serta banyaknya perkantoran dan perumahan yang memerluk Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah Desa Cileles Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Masih banyaknya lahan pekarangan yang belum dimanfaatkan secara optimal merupakan peluang untuk pengembangan anggrek. Permasalahan masih terbatasnya pengetahuan dan minat warga untuk membudidayakan anggrek. Anggrek kultivar Dian dan Zahra 27 merupakan anggrek jenis baru yang belum banyak dikenal oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu, perlu adanya salah satu kegiatan untuk mensosialisasikan dan mendiseminasikan kedua jenis anggrek ini khususnya di kawasan Jatinangor sebagai langkah awal pengembangan anggrek secara komersial. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah meningkatkan wawasan serta minat masyarakat Desa Cileles dalam pengembangan anggrek yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan pemanfaatan lahan pekarangan. Metode yang digunakan adalah: memberikan penyuluhan termasuk pelatihan mengenai materi prospek pengembangan anggrek, teknik persilangan anggrek, teknik produksi bibit anggrek secara kultur jaringan, teknik budidaya anggrek dan teknik pemasaran anggrek. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa peserta terutama para remaja putri dan ibu-ibu PKK berminat untuk mengembangkan tanaman anggrek pada skala komersial baik dalam bentuk bibit maupun tanaman dewasa  
Growth optimization of white turmeric (Curcuma zedoaria) plantlets with growth regulators gibberellins Murgayanti Murgayanti; Fenny Dewi Nuroktavianti; Anne Nuraini
Kultivasi Vol 22, No 1 (2023): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v22i1.39163

Abstract

 The addition of cytokinin to the multiplication of white turmeric (Curcuma zedoaria) seedlings in vitro proved effective in shoot multiplication, but the addition of high cytokinin concentrations could cause stunted shoots and stunted growth. The addition of the hormone gibberellins (GA­3­) is often used in tissue culture for shoot elongation, so increasing the viability of plantlets. The experiment aims to determine the effect of GA3  and obtain the best concentrations of GA3 consisting of 0.50, 1, and 1.5 ppm GA3 on optimizing the growth of zedoary plantlets. The experimental parameters included the number of shoots, roots, leaves, plantlet height, and chlorophyll content observed at 6 WAP after subculturing. The results showed that giving 1 ppm GA3 had the best effect on optimizing plantlets' growth, namely the growth component of the number of shoots and plantlets' height.