Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

HAMBATAN DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PARIWISATA BUDAYA DI PROVINIS NUSA TENGGARA TIMUR Fransiskus Bustan; Alexander H. Kabelan; Christoforus D. Mata Rohi; Adryanus S. Toly Nau
Jurnal Lazuardi Vol 3 No 1 (2020): Jurnal Lazuardi
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (605.234 KB) | DOI: 10.53441/jl.Vol3.Iss1.21

Abstract

This paper provides the result of study exploring some barriers hampering the development program of cultural tourism in East Nusa Tenggara. The materials of this study were based on data collected through field and libary research. The result of the study shows that barriers hampering the development program of cultural tourism in East Nusa Tenggara are due to the lack of society’s undestanding on the esense of culture, the lack of society’s knowledge on the signifince of culture, the lack of society’s appreciation on their own culture. This paper might be beneficial to enrich the sources of reference for the government and the society of East Nusa Tenggara in developing the programs of cultural tourism.
KARAKTERISTIK DAN DINAMIKA SISTEM PERTANIAN LAHAN KERING DALAM KEBUDAYAAN MANGGARAI Fransiskus Bustan; Agustinus Mahur; Alexander H. Kabelan
Jurnal Lazuardi Vol 3 No 1 (2020): Jurnal Lazuardi
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (744.307 KB) | DOI: 10.53441/jl.Vol3.Iss1.25

Abstract

Penelitian ini mengkaji karakteristik dan dinamika sistem pertanian lahan kering dalam kebudayaan Manggarai, lambang identitas masyarakat Manggarai sebagai anggota kelompok etnik Manggarai di Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kerangka teori yang memayungi penelitian ini adalah teori kebudayaan dan teori perubahan kebudayaan. Penelitian ini bersifat deskriptif. Prosedur penelitian adalah penelitian lapangan dan kepustakaan. Penelitian lapangan bertujuan mendapat data primer sebagai data utama. Lokasi penelitian adalah wilayah Manggarai dengan lokasi utama kota Ruteng. Sumber data adalah masyarakat Manggarai, khususnya yang tinggal di kota Ruteng yang diwakili lima orang informan kunci. Metode pengumpulan data adalah pengamatan dan wawancara, yang dielaborasi dengan teknik rekam, elisitasi, dan simak-catat. Penelitian kepustakaan bertujuan mendapat data sekunder. Metode pengumpulan data adalah studi dokumenter. Data dianalisis secara kualitatif dengan metode induktif, analisis bertolak dari data menuju konsep/teori yang bersifat lokal-ideografis berupa perian tertulis karakteristik dan dinamika sistem pertanian lahan kering dalam kebudayaan Manggarai. Hasil penelitian menunjukkan, sistem pertanian lahan kering dalam kebudayaan Manggarai pada masa silam memiliki karakteristik khas dan khusus, sebagaimana tercermin dalam nama dan bentuk lahan pertanian, jumlah dan jenis lahan pertanian, teknik pengolahan lahan pertanian, jenis tanaman, dan taksonomi klafikasi musim. Akan tetapi, bersamaan dengan dinamika masyarakat Manggarai, fungsi kebudayaan Manggarai sebagai lambang identitas masyarakat Manggarai mengalami perubahan dalam tataran tertentu. Perubahan itu dapat disaksikan, antara lain, dalam perubahan sistem pertanian lahan kering, sebagaimana tercermin dalam fenomena perubahan berkaitan dengan nama dan bentuk lahan pertanian, jumlah dan jenis lahan pertanian, teknik pengolahan lahan pertanian, jenis tanaman pertanian, jenis tanaman, dan taksonomi klafikasi musim.
KARAKTERISTIK PERKAWINAN CAKO SEBAGAI SIMBOL IDENTITAS KULTURAL MASYARAKAT MANGGARAI Fransiskus Bustan; Agustinus Mahur; Labu Djuli; John Bhae Bhae
Jurnal Lazuardi Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Lazuardi
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1473.537 KB) | DOI: 10.53441/jl.Vol3.Iss2.31

Abstract

This paper discusses the characteristics of cako marriage as the symbol of cultural identity for Manggarai society, as reflected in the meaning of the cako marriage, customary rules in the cako marriage, and the changes of social role and status in the cako marriage, in view of social anthropology which deals with the study of the relationship of culture and society. The materials are based on data collected through research which is descriptive in nature. The results of study show that the cako marriage refers to the form of marriage between a man of the elder offspring and a woman of the younger offspring. As the two families are of the same clan, the cako marriage is endogamy. Based on the customary rules of Manggarai society, the cako marriage is only permitted for a woman of the younger offspring of the third layer above. Due to the cako marriage, the social role and status change in some respect as the elder offspring acts as wife taker is known as anak wina in Manggarai language and the younger offspring acts as wife giver known as anak rona in Manggarai language. Being wife taker, the elder offspring holds lower power, or vice versa, being wife giver, the younger offspring holds higher power.
HAKIKAT REFERENSI DAN INFERENSI SEBAGAI PIRANTI LINGUISTIK PEMBENTUK KEUTUHAN WACANA Labu Djuli; Jhon Bhae; Dewi I. N. Bili Bora; Fransiskus Bustan
Jurnal Lazuardi Vol 3 No 2 (2020): Jurnal Lazuardi
Publisher : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1263.848 KB) | DOI: 10.53441/jl.Vol3.Iss2.32

Abstract

This paper describes and explains the essence of reference and inference as the linguistic devices forming the unity of a discourse. The material of this paper is based on secondary data collected through library research and the method of data collection was a documentary study. The results of the study show that references and inferences as the linguistic devices are two external elements forming the unity of discourse that should be taken into account when someone wants to understand and interpret the meanings of the language used in a discourse of text of discourse. As such, it is required for him/her to know in more depth about the essence of reference and inference in line with their functions and significances as the external elements forming the unity of discourse.
Makna Sosial Pesta Sekolah Dalam Masyarakat Manggarai di Flores Malkisedek Taneo; Fransiskus Bustan; Basri K
Haumeni Journal of Education Vol 2 No 1 (2022): Edisi Juni 2022
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Makalah ini menjelaskan makna sosial dari pesta sekolah, sebuah pesta khusus yang dirancang untuk mengumpulkan uang untuk mendukung keberhasilan pendidikan bagi anak-anak, di masyarakat Manggarai. Kajian ini dilihat dari teori pendidikan dan budaya ditinjau dari perspektif sosial. Penelitian ini bersifat deskriptif. Makna sosial pesta sekolah dalam masyarakat Manggarai diwujudkan dalam proses perencanaan, tindakan, dan evaluasi yang ditandai dengan kehadiran banyak orang sebagai peserta dengan peran yang berbeda-beda. Makna sosial dari pesta sekolah juga ditunjukan dengan makan bersama sebagai sarana rekonsiliasi di antara mereka
Karakteristik Bentuk dan Makna Cerita Rakyat Moa Hitu Sebagai Cerminan Kebudayaan Masyarakat Dawan Solita Seniorita Kase; Fransiskus Bustan
Journal of Comprehensive Science (JCS) Vol. 3 No. 7 (2024): Journal of Comprehensive Science (JCS)
Publisher : Green Publisher Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59188/jcs.v3i7.786

Abstract

Bahasa dan kebudayaan yang hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat merupakan dua entitas yang berbeda, namun kedua entitas tersebut dihubungkan menjadi satu kesatuan secara keseluruhan dalam mengungkap pandangan dunia masyarakat. Penelitian ini mengkaji konseptualisasi masyarakat Dawan tentang karakteristik bentuk dan makna cerita rakyat Moa Hitu sebagai cerminan kebudayaan masyarakat Dawan, dengan referensi khusus pada makna tekstual dan kontekstual. Tujuan dari kajian ini adalah untuk memaparkan dan menjelaskan Bentuk dan Makna cerita rakyat Moa Hitu sebagai cerminan kebudayaan masyarakat Dawan. Kerangka teori utama yang memayungi penelitian ini adalah linguistik kultural, salah satu perspektif teoritis baru dalam linguistik kognitif yang mengkaji hubungan bahasa, kebudayaan, dan konseptualisasi. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif- kualitatif Hasil penelitian menunjukkan, makna tekstual cerita rakyat Moa Hitu memuat kisah nasib malang yang menimpa seorang pemuda bernama Natui noe yang berubah wujud menjadi tujuh ruas dan tujuh buku setelah mendapat takaf Uisneno. Ia di ibaratkan sebagai makluk rasksasa yang setara dengan Tuhan yang dapat mengatur kehidupan dibumi. Kekhasan yang mencirikan kekhususan karakteristik bentuk cerita rakyat Moa Hitu sebagai cerminan kebudayaan masyarakat dawan tercermin dari aspek struktur yang menunjukkan adanya pertalian antara bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. Sesuai konseptualisasi yang terpatri dalam peta kognitif masyarakat Dawan, cerita rakyat Moa Hitu memuat seperangkat makna Tekstual dan makna Kontekstual yang saling terkait dalam satu kesatuan secara keseluruhan.