Claim Missing Document
Check
Articles

The Quantity and Quality of Brahman Cross Cattle Embryo After Injected FSH and PMSG Adriani, Adriani; Rosadi, B; Depison, Depison
ANIMAL PRODUCTION Vol 11, No 2 (2009): May
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman, Faculty of Animal Science, Purwokerto-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.821 KB)

Abstract

Twenty cattles were used in this experiment to determine the  quantity and  quality of embryo after injected FSH (follicle stimulating hormone ) and  PMSG (pregnant mare serum gonadotrophin) in Brahman Cross Cattle. The experiment was assigned into Completely Randomized Design with 5 treatments and 4 replications. The treatments were T1 = 4 mg of FSH twice a day intra-ovary decreased doses, T2 = 8 mg of FSH twice a day intra-ovary decreased doses, T3 = 300 IU of PMSG single dose intra-ovary, T4 = 600 IU of PMSG single dose intra-ovary, T5 = 40 mg of FSH twice a day intramuscular decreased doses. Trial cattle were oestrus synchronized using 15 mg of PGF2α that gave twice at 11-daily intervals. One day after giving FSH and PMSG was detected the cattle’s oestrus. Washing uterus  was done at day 7 after AI using mixture of PBS, FCS and streptomicyn. Data observed were cow performances, embryo quantity and embryo quality. Results of experiment showed that 19 cattle (95%) responded oestrus synchronized treatment and super ovulation, whereas 1 cattle (5%) did not respond oestrus synchronized treatment and super ovulation. Generally, cattle showed oestrus at 2 – 3 days after giving PGF2α. Eleven cattle (57,90%)  showed oestrus at 2 days after giving PGF2α whereas the others (8 cattle, 42,10%) showed oestrus 3 days giving PGF2α. The treatment of giving FSH and PMSG could increase (P<0,05) embryo. T5 was highest  compared the others ( T1, T2, T3 and T4), while T2 and T4 were higher than T1 and T3. Produced total embryo was 82 with average 4,3 ± 5,67 using FSH and PMSG. 8 embryo (9,76%), 9 embryos (10,90), 20  embryo (24,40%), 16 embryo (19,50%) and  29 embryos (35,40%) were grade A, B, C, D and E respectively. It is concluded that giving of 40 mg  FSH  intramusculer produce the best embryo donor whereas  and giving  of FSH 8 mg intraovari was the best effeciency. (Animal Production 11(2): 96-102 (2009) Key Words : Brahman Cross Cattle, embryo, PGF2α PMSG, FSH
The Effects of Super Ovulation on the Number of Corpus Luteum of Coastal Sumatera Cows (Bos sumatranensis) Depison, Depison; Adriani, Adriani; Rosadi, B
ANIMAL PRODUCTION Vol 13, No 1 (2011): January
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman, Faculty of Animal Science, Purwokerto-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (453.124 KB)

Abstract

The objective of this study was to observe the effects of super ovulation treatments on the number of ovulated corpus luteum. Metode   yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen. The method used in this study was experimental. Sapi-sapi diprogram untuk sinkronisasi estrus menggunakan PGF2ά. The cows were programmed to experience estrous at relatively the same time (estrous synchronization) using PGF2ά. Sapi-sapi tersebut kemudian dibagi secara acak menjadi empat perlakuan, masing-masing terdiri dari empat ekor sebagai ulangan. Data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah jumlah corpus luteum, dan jumlah folikel tetap. Cows were divided randomly into four treatments, each of which consisting of four heads. The number of corpus luteum and the settled follicles was collected during the study. Data dianalisis menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin, jika perlakuan berpengaruh nyata maka dilajutkan dengan uji lanjut Duncan. Data were analyzed using a Latin Square design. In case there was a significant difference, Duncan test was used thereafter. Result showed that Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan PGF2ά dalam pelaksanaan sinkronisasi estrus berjalan cukup baik.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan superovulasi berpangaruh nyata terhadap Corpus Luteum dan folikel menetap.super ovulation had a significant effect on corpus luteum and settled follicles. Kesimpulan penelitian ini  protokol terbaik superovulasi tahun pertama adalah T-3 karena menghasilkan Corpus luteum dan Embrio yang lebih banyak.In conclusion, the best super ovulation protocol in the first year was the combination of 4 day daily injection of 40 mg of FSH in decreasing dose plus 250 µg of GnRH given at the time of estrous, because it was able to yield greater number of corpus luteum and embryos. (Animal Production 13 (1):52-56 (2011)Key Words: corpus luteum, follicle, super ovulation, Coastal Sumatera Cow
EVALUASI KARAKTERISTIK KUANTITATIF KAMBING SAMOSIR BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA DI KECAMATAN NAINGGOLAN KABUPATEN SAMOSIR Damanik, Petrisa P.; Wiyanto, Eko; Depison, Depison
JURNAL ILMIAH PETERNAKAN TERPADU Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : DEPARTMENT OF ANIMAL HUSBANDRY, FACULTY OF AGRICULTURE, UNIVERSITY OF LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jipt.v8i2.p72-76

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kuantitatif kambing Samosir jantan dan betina di Kabupaten Samosir Kecamatan Nainggolan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi. Teknik pengambilan sampel  secara purpossive sampling yaitu umur 6-12 bulan, tidak dalam keadaan bunting, dengan jumlah sampel sebanyak 60 ekor yang terdiri dari 30 ekor jantan dan 30 ekor betina. Data yang dihimpun adalah karakteristik kuantitatif meliputi: bobot badan, pertambahan bobot badan, panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dalam  dada, lebar dada, tinggi pinggul, lingkar kanon dan lingkar scrotum kambing samosir di Kabupaten Samosir. Data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan uji beda rata-rata (uji-T). Vektor nilai rata-rata ukuran-ukuran tubuh Kambing Samosir dianalisis menggunakan uji statistik T2-Hotelling, selanjutnya analisis komponen utama digunakan untuk mengidentifikasi penciri bentuk dan ukuran tubuh pada ternak kambing. Pengolahan data dibantu dengan menggunakan perangkat lunak statistik Minitab 18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan dan pertambahan bobot badan kambing Samosir jantan lebih baik dibandingkan kambing Samosir betina. Faktor penentu ukuran tubuh adalah panjang badan sedangkan faktor penentu bentuk tubuh adalah lebar dada. Kata kunci : Karakteristik kuantitatif, Analisis komponen utama, Kambing Samosir
Karakteristik Kuantitatif Sapi Bali dan Sapi Simbal (Simmental X Bali) di Kecamatan Renah Pamenang Kabupaten Merangin Almakmum, Husni; Depison, Depison; Ediyanto, Helmi
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol 11 No 1 (2021): Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Vete
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/jipvet.v11i1.132

Abstract

Abstract This study aimed to determine the quantitative characteristics, the determinant of body size and shape, and the correlation of body measurements and the bodyweight of Bali and Simbal cattle in Renah Pamenang, Merangin District. The survey method was used along with purposive sampling, the samples were Bali and Simbal cattle aged I1 (Incicivus 1) and not in pregnant condition, with 60 cattle consisting of 30 males and 30 females. Observed data included: body weight, body weight gain, body length, shoulder height, chest circumference, chest weight, chest width, hip height, and canon circumference were analyzed using the t-test method. The principal component analysis was used to determine the determinant of size and shape of Bali and Simbal cattle followed by the regression and correlation analysis to determine the relationship and closeness of the relationship between body measurements with body weight. The result showed that the body weight, body weight gain, and body size of Bali cattle were significantly different (P <0.05) from Simbal. The body weight, body weight gain, and body size of Bali cattle were lower than Simbal cattle. The main characteristic of size in Bali and Simbal cattle was the Chest Circumference. The dominant characteristic of shape in Bali and Simbal cattle was shoulder height. The highest correlation between body measurements and body weight in Bali and Simbal cattle was the chest circumference. Keywords: Quantitative Characteristics; Bali Cattle; Simbal Cattle. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kuantitatif, penciri ukuran dan bentuk tubuh, serta korelasi ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan sapi Bali dan Simbal di Kecamatan Renah Pamenang Kabupaten Merangin. Metode yang digunakan adalah survey dengan pengambilan sampel secara purposive sampling, yaitu sapi Bali dan Simbal, umur I1 (Incicivus 1), dan tidak dalam keadaan bunting sebanyak 60 sampel yang terdiri dari 30 ekor jantan dan 30 ekor betina pada masing-masing bangsa. Data yang dihimpun meliputi : bobot badan, pertambahan bobot badan, panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada, dalam dada, lebar dada, tinggi pinggul dan lingkar kanon dianalisis menggunakan uji-t. Analisis komponen utama digunakan untuk mengetahui penciri ukuran dan bentuk tubuh sapi Bali dan Simbal kemudian dilanjutkan analisis regresi dan korelasi untuk mengetahui hubungan dan keeratan hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot badan, pertambahan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh sapi Bali berbeda nyata (P<0,05) dengan Simbal. Bobot badan, pertambahan bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh sapi Bali lebih rendah dibandingkan Simbal. Penciri ukuran pada sapi Bali dan Simbal adalah lingkar dada. penciri bentuk pada sapi Bali dan Simbal adalah tinggi pundak. Korelasi tertinggi antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan sapi Bali dan Simbal adalah lingkar dada. Kata kunci: Karakteristik kuantitatif; Sapi Bali; Sapi Simbal
Karakteristik Kuantitatif dan Jarak Genetik Beberapa Galur Ayam Lokal Putri, Asa Bela Sri Reformasi Nala; Gushairiyanto, Gushairiyanto; Depison, Depison
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol 11 No 2 (2021): Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Vete
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/jipvet.v11i2.110

Abstract

Abstract The research of this study aims to know quantitative characteristics and genetic distance of several local chicken strains. The research material is Super chicken, KUB chicken, and Kampung chicken. The method used was an experiment with a sample of 82 chickens from each strain. Retrieval of BW and AVG data are collected every month until the age of 2 months, while body measurements are taken at the age of 2 months. The data collected are quantitative characteristics includes body weight, weight gain, beak length, beak width, head length, head circumference, head height, neck length, neck circumference, wing length, back length, back height, back height, chest length, chest width, shank length, shank circumference, tibia length, tibia circumference, third finger length and pubic bone distance. Data collected were analyzed using t-test to see the difference in BB, PBB, and body measurements using Minitab statistical software 18. Mahalanobis distance approach with a matrix of variance between variables based on chicken strains was arranged into a matrix to determine the discriminant function and then form phylogenetic trees by using the MEGA X program via the UPGMA method. Body weight, average daily gain, and body sizes of Super chickens are bigger than other strains of chickens, while the smallest is owned by Kampung chickens. The closest genetic distance matrix was shown by Super chickens to KUB chickens (4.08) and the farthest genetic distance was shown by KUB chickens to Kampung chickens (13.87). Keywords: Genetic distance; Local chicken; Quantitatif characteristic Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kuantitatif dan jarak genetik beberapa galur ayam lokal. Materi penelitian ini adalah ayam Super, ayam KUB, dan ayam Kampung. Metode yang digunakan adalah eksperimen dengan sampel 82 ekor ayam jantan/betina yang dipelihara umur 1 hari sampai umur 2 bulan pada masing-masing galur. Pengambilan data BB dan PBB diambil pada setiap bulan hingga ayam berumur 2 bulan, sedangkan ukuran-ukuran tubuh diambil pada umur 2 bulan. Data yang dihimpun adalah karakteristik kuantitatif meliputi bobot badan, pertambahan bobot badan, panjang paruh, lebar paruh, panjang kepala, lingkar kepala, tinggi kepala, panjang leher, lingkar leher, panjang sayap, panjang punggung, tinggi punggung, panjang dada, lebar dada, panjang shank, lingkar shank, panjang tibia, lingkar tibia, panjang jari ketiga dan jarak tulang pubis. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan uji-t untuk melihat perbedaan BB, PBB, dan ukuran-ukuran tubuh menggunakan perangkat lunak statistika Minitab 18. Pendekatan jarak Mahalanobis dengan matriks peragam antara peubah berdasarkan galur ayam disusun menjadi sebuah matriks untuk mengetahui fungsi diskriminan kemudian membentuk pohon filogenetik dengan menggunakan program MEGA X melalui metode UPGMA. BB, PBB, dan ukuran-ukuran tubuh ayam Super lebih besar dibandingkan dengan galur ayam lainnya, sedangkan yang paling kecil dimiliki oleh ayam Kampung. Nilai matrik jarak genetik terdekat ditunjukkan oleh ayam Super dengan ayam KUB (4,08) dan jarak genetik terjauh ditunjukkan oleh ayam KUB dengan ayam Kampung (13,87). Kata Kunci: Ayam lokal; Jarak genetik; Karakteristik kuantiatif
FITUR MORFOLOGI SECARA KUANTITATIF SAPI BALI KECAMATAN PAMENANG DAN BANGKO KABUPATEN MERANGIN ., Maimunah; ., Depison; Wiyanto, Eko
Jurnal Peternakan Nusantara Vol. 7 No. 1 (2021)
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jpn.v7i1.3072

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fitur morfologi secara kuantitatif sapi Bali Kecamatan Pamenang dan Bangko Kabupaten Merangin. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah survey. Teknik pengambilan sampel secara purpossive sampling. Umur ternak yang diambil adalah umur I1 dan jumlah sampel masing-masing kecamatan sebanyak 60 ekor yang terdiri dari 30 ekor  jantan dan 30 ekor betina. Data yang dihimpun adalah Bobot Badan (BB), pertambhan bobot badan harian (PBBH) dan ukuran-ukuran tubuh meliputi: Panjang Badan, Tinggi Pundak, Lingkar dada, Dalam Dada, Lebar Dada, Lingkar Kanon dan Tinggi Pinggul. Data dianalisis menggunakan uji t. Analisis komponen utama untuk mengetahui faktor penentu ukuran dan bentuk sapi Bali serta analisis korelasi dan determinasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara ukuran tubuh dengan bobot badan. Hasil penelitian menunjukan bahwa BB, PBBH dan ukuran-ukuran tubuh sapi Bali jantan antara Kecamatan Pamenang dan Bangko, serta sapi Bali betina di Kecamatan Pamenang dengan betina Bangko berbeda tidak nyata (P>0,05), namun antara sapi Bali jantan dan betina di Kecamatan Pamenang dan Bangko berbeda nyata (P<0,05). Kesimpulan BB, PBBH dan ukuran-ukuran tubuh sapi Bali jantan dan betina di Kecamatan Pamenang lebih tinggi dibandingkan Kecamatan Bangko. Penentu penciri ukuran dan bentuk tubuh sapi Bali jantan dan betina di Kecamatan Pamenang dan Bangko secara berurutan adalah Lingkar Dada dan Tinggi Pundak. Korelasi antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan yang tertinggi pada sapi Bali jantan maupun betina di dua kecamatan adalah Lingkar Dada. Ukuran tubuh sapi Bali jantan dan betina di Kecamatan Pamenang dan Bangko sudah memenuhi persyaratan minimum SNI kelas III.
Penggunaan Follicle Stimulating Hormone dan Pregnant Mare Serum Gonadotrophin untuk Superovulasi pada Sapi Persilangan Brahman Adriani Adriani; B Rosadi; Depison Depison
Media Peternakan Vol. 32 No. 3 (2009): Media Peternakan
Publisher : Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.563 KB)

Abstract

Twenty cattle were used in this experiment to determine the effect of administration follicle stimulating hormone (FSH) and pregnant mare serum gonadotrophin (PMSG) hormones on superovulation of Brahman cross cattle. The experiment was designed into completely randomized design with 5 treatments as follows. Treatments 1 (T1): 4 mg of FSH was injected twice a day intra-ovary, T2: 8 mg of FSH was injected twice a day intra-ovary, T3: 300 IU of PMSG was injected single dose intra-ovary, T4: 600 IU of PMSG was injected single dose intra-ovary, T5: 40 mg of FSH was injected intramuscular. All experimental cattle were oestrus synchronized using 15 mg of PGF2α  twice at 11-days intervals. Number of corpus luteum (CL) was detected by rectal palpation at day-7 after artificial insemination. Results showed that 19 cattle (95%) indicated oestrus sign. Eleven cattle (57.9%) showed oestrus sign 2 days after PGF2α  injection and the rest 8 cattle (42.1%) oestrus sign was detected at 3 days after PGF2α  injection. FSH and PMSG treatments increased significantly (P < 0.05) number of CL. The highest CL number was found in T5, meanwhile number of CL in T2 and T4 were higher compared to T1 and T3. The average treatment effect could produce 6.8±5.42 CL with range 2–26 CL. On the other hand single dose treatment of 600 IU PMSG (T4) showed high significant number of non ovulatory (persistent) follicle compared to other treatments (T1, T2, T3 and T5) on average number of persistent follicle 2.0±1.97 from 19 cattles. It is concluded that the best superovulation treatment was produced by injection 40 mg of FSH intra-musculary. Key words: Brahman cross, corpus luteum, PMSG, FSH
Cheap Qurban Syariah Investment (CQSI) Program, Empowerment and Price Stabilization Ardi Novra; Adriani Adriani; Depison Depison; Ade Octavia
Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 18 No. 2 (2020): JURNAL EKONOMI PEMBANGUNAN
Publisher : Pusat Pengkajian Ekonomi dan Kebijakan Publik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/jep.v18i2.12434

Abstract

The research objective to develop a model of ummah fund utilization in the form of Cheap Qurban Syariah Investment (CQSI) with the synergy between the purpose of worship and the value of social benefits for the ummah empowerment. The study method used in the model design analyzes the beef cattle market's behavior, and a cost-benefit analysis of sharia investment in the pattern of profit sharing, the added value of beef cattle fattening efforts. Using the cost-benefit analysis of the profit-sharing partnership scheme, it was found that investment in cheap Qurban programs reduced the cost of Qurban borne by participants by 19.79% without lowering the Share of income received by beef cattle breeder partners and management fees for managing institutions. The more extended flexibility of procurement of feeder cattle when the conditions of low market demand and the reduced pressure on demand for ready-to-cut cattle at the time of Qurban worship will indirectly reduce the excessive fluctuations in commodity market prices. Based on the model developed, it can be concluded that cheap Qurban programs can encourage the utilization of the potential of ummah funds for farmers' economic empowerment, business opportunities for entrepreneurs, and Islamic institutions and indirectly help stabilize commodity prices for beef cattle without reducing the actual value of worship.
Hubungan Antara Karakteristik Telur dengan Bobot Telur dan Bobot Day Old Duck (DOD) dengan Bobot Badan Itik Kerinci pada Berbagai Tingkat Umur Depison Depison
Jurnal Ilmu dan Industri Peternakan Vol 7 No 2 (2021): DESEMBER
Publisher : State Islamic University (UIN) Alauddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jiip.v7i2.22352

Abstract

Itik kerinci mrupakan itik lokal yang berasal dari Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi yang telah lama dibudidayakan masyarakat Kerinci secara turun temurun. Itik Kerinci telah diakui sebagai plasma nulfah Indonesia, hingga saat ini data mengenai karakteristik telur, bobot telur, bobot badan dan pertambahan bobot badan itik Kerinci belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik telur dengan bobot telur dan bobot Day old Duck (DOD) dengan bobot badan itik kerinci pada berbagai tingkat umur.  Materi penelitian ini adalah telur itik kerinci sebanyak 800 butir telur. Metode penelitian adalah metode eksperimen. Data yang dihimpun meliputi: karakteristik telur, bobot telur, bobot DOD, bobot badan, dan pertambahan bobot badan. Uji- t digunakan untuk mengetahui perbedaan antara karakteristik telur, bobot telur, bobot badan, dan pertambahan bobot badan itik kerinci jantan dan betina. Analisis regresi dan korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan dan keeratan hubungan antara karakteristik telur dengan bobot telur, dan bobot DOD dengan bobot badan itik kerinci baik jantan maupun betina. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa karakteristik telur berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot telur, dan bobot DOD berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot badan umur 1 dan 2 bulan. Lingkar telur memiliki korelasi tertinggi dengan bobot telur baik pada jantan maupun betina dengan nilai korelasi sebesar 69,70% dan 57,4%, dibandingkan ukuran telur lainnya. Korelasi antara  bobot DOD dengan bobot badan Umur 1 bulan lebih tinggi dibandingkan dengan bobot badan umur 2 bulan baik pada jantan mapun betina dengan nilai korelasi yaitu sebesar 92,0% dan 87,40%. Karakteristik telur, bobot telur, bobot DOD, bobot badan dan pertambahan bobot badan itik kerinci jantan lebih tinggi dibandingkan betina. Karakteristik telur mempunyai hubungan positif dengan bobot telur demikian juga bobot DOD dengan bobot badan. Korelasi tertinggi karakteristik telur dengan bobot telur adalah lingkar telur. Korelasi bobot DOD dengan bobot badan umur 1 bulan lebih tinggi dibandingkan dengan bobot badan umur 2 bulan.
Performans Anak Hasil Persilangan Induk Sapi Bali dengan Beberapa bangsa Pejantan di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi Depison Depison
Jurnal Agripet Vol 10, No 1 (2010): Volume 10, No. 1, April 2010
Publisher : Agricultural Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (90.045 KB) | DOI: 10.17969/agripet.v10i1.636

Abstract

Bali calf performance hybrid with some of the Bulls In Batanghari District, Jambi ProvinceABSTRACT. This study aimed to find out Bali calf performance hybrid with some of the males in Batanghari District Jambi Province. Variable of this research is the body Weight (age 205 days), weight age one year (365 days) and body size. The method used in this study was to reveal the census data on all the posts that do IB Bali cattle crossing with Simmenthal, Limousin, Brahman, PO and Bali vs bali. Comparison of body weight and one year old weight between the offspring Bali vs Simmenthal, Bali vs Limousin, Bali vs Brahman, Bali vs PO and Bali vs Bali, tested with t tests. The results of the analysis of different tests on average (t-test) show that body weight and weight Age 1 year SimBal Real Different (P 0.05) compared with LimBal, BrahBal, PoBal and BalBal. Based on the results and discussion can be concluded that, Bali cow crosses simmenthal produce offspring with a better than cow crosed Bali with Limousin, Brahman, and PO viewed from of body weight, weight of one year of age and body size.