Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students

Karakteristik karies periode gigi campuran pada anak usia 6-7 tahun Diani Prisinda; Indah Suasani Wahyuni; Prima Andisetyanto; Yuliawati Zenab
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 1, No 2 (2017): Oktober 2017
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v1i1.22520

Abstract

Pendahuluan: Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan status karies gigi masyarakat masih tinggi. Banyak orang beranggapan bahwa gigi sulung tidak perlu dirawat karena akan digantikan oleh gigi permanen sehingga kurang memperhatikan kesehatan gigi sulung anak, akibatnya keadaan gigi sulung yang dijumpai di praktek dokter gigi seringkali sudah mengalami kerusakan parah. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data mengenai karakteristik karies periode gigi campuran pada anak usia 6-7 tahun, sebagai dasar penelitian karies gigi lebih lanjut. Metode: Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah anak usia 6-7 tahun dan siswa SD kelas 1 di Kecamatan Tanjungsari, Sumedang. Teknik purposive sampling mendapatkan subyek penelitian sejumlah 52 anak usia 6-7 tahun yang merupakan siswa kelas 1 dari salah satu SD. Instrumen penelitian yaitu: sinar lampu, kaca mulut, sonde, alat tulis dan formulir pemeriksaan. Data hasil pemeriksaan diolah menggunakan program Excel Office. Hasil: Permukaan gigi permanen yang paling banyak mengalami karies adalah oklusal, sedangkan pada gigi sulung adalah permukaan mesial. Kedalaman karies yang paling banyak ditemukan pada gigi permanen adalah superfisial, sedangkan pada gigi sulung adalah profunda. Ditemukan sejumlah 22 gigi permanen mengalami kerusakan, 343 gigi sulung mengalami kerusakan dan 108 gigi sulung hilang karena karies. Simpulan: Terdapat perbedaan karakteristik karies gigi permanen dan gigi sulung pada periode gigi campuran anak usia 6-7 tahun di Kecamatan Tanjungsari Sumedang.Kata kunci: Karakteristik karies, periode gigi campuran, gigi permanen, gigi sulung.
Nilai facial index berdasarkan klasifikasi maloklusi angle pada sub ras deuteromelayuFacial index value based on angle’s classification of malocclusion on deuteromalay subrace Wafa Hanifah; Avi Laviana; Yuliawati Zenab
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 2 (2022): Juni 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i2.32426

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Perawatan ortodonti bertujuan untuk mencapai oklusi yang ideal dengan konfigurasi wajah yang harmonis. Proporsi ideal wajah pada masyarakat suatu daerah harus diketahui untuk digunakan sebagai sumber data dalam menegakkan diagnosis dan membuat rencana perawatan yang tepat agar perawatan ortodonti memperoleh hasil terbaik. Tujuan penelitian ini adalah mengukur nilai facial index berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada Sub ras Deuteromelayu. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yaitu mahasiswa Program Studi Sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran sub ras Deuteromelayu. Metode pengambilan sampel yaitu total sampling dengan kriteria inklusi sampel berasal dari keturunan Suku Aceh, Suku Minangkabau, Suku Sunda, Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis, dan Suku Makassar. Nilai facial index dihitung dari tinggi wajah dibagi lebar wajah lalu dikali 100. Hasil: Jumlah sampel total 115 orang, terdiri dari 17 pria dan 98 wanita. Data nilai facial index berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada penelitian ini untuk pria terdapat 6 sub kelas maloklusi dengan 4 tipe wajah yang berbeda, sementara untuk wanita terdapat 6 sub kelas maloklusi dengan 5 tipe wajah yang berbeda. Klasifikasi Maloklusi Angle yang terbanyak pada pria dan wanita yaitu Kelas I Tipe 1 dan tipe wajah terbanyak yaitu mesoprosopic pada pria dan euryprosopic pada wanita. Rerata nilai facial index pada pria adalah 87,28 dan wanita adalah 84,16. Simpulan: Nilai facial index berdasarkan klasifikasi maloklusi Angle pada sub ras Deuteromelayu yang terbanyak pada pria yaitu Kelas I Tipe 1 dengan tipe wajah mesoprosopic dan leptoprosopic, dan pada wanita Kelas I Tipe 1 dengan tipe wajah euryprosopic.Kata kunci: Maloklusi; Nilai facial index; Sub Ras Deuteromelayu ABSTRACTIntroduction: Orthodontic treatment aims to achieve an ideal occlusion and a harmonious facial configuration. The ideal proportion of face in various area must be known for a data source in establishing a diagnosis and making the right treatment plan so that the orthodontic treatment achieves the best results. This study aimed to measure facial index based on Angle’s classification of malocclusion on Deuteromalay Subrace. Method: This research was a descriptive study with cross sectional approached. The research population were undergraduate students of Faculty of Dentistry, Padjadjaran University, Deuteromalay Subrace. The sampling method was total sampling with the inclusion criteria of samples were the descendants of the Acehnese, Minangkabau, Sundanese, Javanese, Balinese, Bugis, and Makassar ethnic groups. The facial index value was calculated from the height of the face divided by the width and then multiplied by 100. Results: The total sample was 115 people consisting of 17 men and 98 women. The facial index value data based on Angle’s classification of malocclusion in this study for men was 6 malocclusion subclasses with 4 different facial types, for women was 6 malocclusion subclasses with 5 different facial types. The most Angle’s classification of malocclusion in men and women were class I type 1 and the most facial types were mesoprosopic in men and euryprosopic in women. The average facial index in men was 87.28 and women was 84.16. Conclusions: The most facial type in men was mesoprosopic and euryprosopic in women, the most Angle’s classification of malocclusion was Class I Type 1.Keywords: Malocclussion; Facial Index; Deuteromayal subrace
Perbandingan buccal corridor pada maloklusi kelas I sebelum dan sesudah perawatan ortodonti cekat dengan dan tanpa pencabutan gigi premolar Comparison of the buccal corridor in class I malocclusion before and after fixed orthodontic appliances treatment with and without premolar extraction Zain Irfan Muyassar; Elih Elih; Yuliawati Zenab
Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students Vol 6, No 3 (2022): Oktober 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/pjdrs.v6i3.34315

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Perawatan ortodonti dilakukan untuk mengoreksi maloklusi sehingga dicapai oklusi yang baik dalam melakukan fungsi maupun estetika. Salah satu penilaian estetika bisa dilihat dari buccal corridor yang terlihat ketika tersenyum. Perawatan ortodonti pada maloklusi kelas I dapat dilakukan dengan pencabutan atau tanpa pencabutan. Perawatan tersebut dapat memengaruhi tampilan pasien saat tersenyum. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan buccal corridor pada maloklusi kelas I sebelum dan sesudah perawatan dengan dan tanpa pencabutan gigi premolar yang dirawat dengan alat ortodonti cekat menggunakan software Image-J. Metode: Jenis penelitian analitik komparatif dengan sampel penelitian berupa fotografi frontal pasien maloklusi kelas I dentoskeletal yang telah selesai dirawat alat ortodonti cekat di Klinik PPDGS Ortodonti RSGM Unpad pada tahun 2015 – 2019 sebanyak 30 sampel tanpa pencabutan dan 14 sampel pencabutan empat gigi premolar pertama. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran buccal corridor dilakukan menggunakan software Image-J. Analisa data menggunakan uji paired t-test, sedangkan untuk membandingkan perubahan antara kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan dilakukan uji independent t-test. Hasil: Terdapat penurunan yang signifikan buccal corridor pada kelompok tanpa pencabutan yaitu sebesar 2,45%  3,41% (p < 0,05), tidak terdapat penurunan yang signifikan buccal corridor pada kelompok pencabutan yaitu sebesar 0,51%  3,47% (p>0,05) dan perbandingan perubahan nilai buccal corridor pada perawatan dengan pencabutan dan tanpa pencabutan menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0,05). Simpulan: Terdapat penurunan  buccal corridor sesudah perawatan pada kelompok tanpa pencabutan, tidak terdapat penurunan pada buccal corridor sesudah perawatan pada kelompok pencabutan dan tidak terdapat perbedaan buccal corridor antara kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan gigi premolar. Kata kunci:  buccal corridor; ekstraksi; non-ekstraksi. ABSTRACT  Introduction:Orthodontic treatment was performed to correct malocclusion to obtained good occlusion in performing both function and aesthetics. One of the aesthetics assessments can be seen from the buccal corridor which is visible when it smiles. Orthodontic treatment in class I malocclusion can be treated with extraction or without extraction. The treatment can affect the patient’s appearance when smiling. This study was conducted to analized the comparison of the buccal corridor in class I malocclusion before and after treatment with and without premolar extraction which is treated with fixed orthodontic appliances. Methods: This study was conducted of comparative analysis and the sample of this study consisted of frontal photography of dentoskeletal class I malocclusion patients who had finished being treated with fixed orthodontics appliances at the Orthodontic Clinic of RSGM Unpad in 2015 – 2019, as many as 30 samples without extraction and 14 samples fours first premolars extraction. The sample were taken using purposive sampling technique. Buccal corridor measured using Image-J software. Analisa data menggunakan uji paired t-test, sedangkan untuk membandingkan perubahan antara kelompok pencabutan dan tanpa pencabutan dilakukan uji independent t-test. Results: There was a significant decrease in the buccal corridor in the non-extraction group, which was 2.45% ± 3.41% (p<0.05), there was a non-significant decrease in the buccal corridor in the extraction group, which was 0.51% ± 3.47% (p>0.05) and the comparison of changes in the value of the buccal corridor in the treatment with extraction and without extraction showed no significant result (p > 0.05). Conclusion: There was a decrease in the buccal corridor after treatment in the non-extraction group, there was a decrease in the buccal corridor after treatment in the extraction group and there was no difference in the buccal corridor between extraction and non-extraction premolar groups. Keywords: buccal corridor; extraction; non-extraction.