La Ode Topo Jers
Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

RESISTENSI PEDAGANG KAKI LIMA TERHADAP RAZIA SATPOL PP DI PASAR SENTRAL KOTA LAMA KENDARI Irfan Rahmad Husain; La Ode Topo Jers; Rahmat Sewa Suraya
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 6 No 3 (2017): Volume 6 Nomor 3, Oktober 2017
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.879 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v6i3.498

Abstract

This study aims to determine and to describe the form of street vendors resistance in Old City Central Market against Civil Service Police Razia. This study uses the theory of resistance. It interrelates with the object to be examined. In addition, this study also uses both ethnographic methods and data collection by using observation techniques and in-depth interviews. The informant selection technique is done by purposive sampling. The results of this study indicate that the street vendors resistance to Civil Service Police is caused by economic problems and the lack of jobs created by the Kendari City Government. This condition causes many informal sectors to try to create their own jobs by becoming street vendors, so they can meet their economic needs. However, the existence and activities of street vendors violate the Kendari City Government regarding Law No. 13 of 2008 concerning the Arrangement of Street Vendors. It tends to result in the emergence of resistance efforts from street vendors in the City towards the Perwali Law and Razia that carried out by the Civil Service Police.
PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG MAKNA NANASI SEBAGAI SIMBOL PERSATUAN MASYARAKAT BUTON (Studi di Kelurahan Lamangga Kecamatan Murhum Kota Baubau) Ayu Indah Lestari; La ode Topo Jers; Hasniah Hasniah
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 7 No 2 (2018): Volume 7 Nomor 2, Juni 2018
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.368 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v7i2.513

Abstract

This study aims to find out and describe the knowledge of the Buton community in Kelurahan Lamangga, Murhum Subdistrict, Bau-Bau City, about the meaning of nanasi as a symbol of community unity and the application of the meaning of nanasi symbols in the lives of local people. This study uses ethnographic methods by collecting data through observation and in-depth interviews. The results of this study show several things, namely: (1) public knowledge about the meaning of nanasi as a symbol of the unity of the Buton community in Lamangga Village, related to the life philosophy of the meaning contained in each part of nanasi which is used as a symbol of unity. This is the basis for the formation of behavioral actions and characteristics possessed by the people of Buton, both individually and in groups. In each part, nanasi has meant starting from the roots, leaves, stems, fruits to the top. The meaning of the symbol relates to philosophical values in the life of Buton society, concerning the value of faith, moral values and also the nature of the independence of the Buton community, as a guideline in the order of moral awareness and patterns of social life that have been inherited from ancestors; (2) the application / application of the meaning of nanasi symbols in the life of Buton people in Lamangga Village began to decline due to lack of understanding and differences in interpretation by individual communities, so that only a small portion of the community still applied the knowledge of the meaning of nanasi symbols, especially among local teenagers.
PEREMPUAN PEMBUAT BATU MERAH DI DESA LANGGEA KECAMATAN RANOMEETO KABUPATEN KONAWE SELATAN Winda Herlianty; La Ode Topo Jers; Hasniah Hasniah
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 8 No 2 (2019): Volume 8 Nomor 2, Juni 2019
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.994 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v8i2.588

Abstract

This study aims to find out and describe the involvement of women in the process of making bricks and the strategies of women who make brick in maintaining their business and work. This study uses the theory of feminism by Naomi Wolf (1997) and Bennet's (2005) adaptation strategy theory, using the Ethnographic method. The results showed that the involvement of women in the process of making red stone in Langgea Village was at almost every stage of the process of making red stone, which starts from extracting raw materials, making dough, printing bricks, drying, making bricks, burning until selection or selection red stone (burying). There are various strategies applied by female workers in maintaining their businesses and jobs, both business owners and workers. The business owner's strategy is to choose the right location, pay attention to the quality of the red stone, and be able to market the red stone well. While the strategy of workers is to establish trust with business owners and can discipline them in work.
DINAMIKA KEPEMILIKAN LAHAN OLEH KELOMPOK MASYARAKAT DI KAWASAN HUTAN KONTU Muin Mustawa; La Ode Topo Jers; Hartini hartini
ETNOREFLIKA: Jurnal Sosial dan Budaya Vol 8 No 2 (2019): Volume 8 Nomor 2, Juni 2019
Publisher : Laboratorium Jurusan Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.958 KB) | DOI: 10.33772/etnoreflika.v8i2.591

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika kepemilikan lahan di kawasan Hutan Kontu oleh masyarakat, serta mendeskripsikan aktivitas masyarakat dalam mengelola lahan di kawasan Hutan Kontu. Data diperoleh melalui penelitian lapangan dengan menggunakan Teknik wawancara teknik pengamatan (observation) dan wawancara (interview). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) dinamika status kepemilikan lahan di kawasan hutan Kontu terjadi karena adanya perlawanan masyarakat dengan saling klaim antara masyarakat dengan Pemerintah Daerah Muna. Masyarakat Kontu mengklaim Kawasan Kontu sebagai warisan leluhur nenek moyang mereka dengan luas 401,59 Hektar, dengan bukti adanya makam tua La Kundofani. Disisi lain Pemerintah Daerah Muna mengklaim lahan itu merupakan bagian dari Kawasan hutan Jompi dan Kawasan Hutan Kontu berdasarkan SK Menhutbun Nomor 454 Tahun 1999 dengan luas 1.927 Hektar sebagai hutan lindung; (b) Masyarakat melakukan aktivitas Bertani dan berkebun di kawasan hutan Kontu. Aktivitas tersebut dilakukanuntuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta membangun sarana dan prasarana, serta untuk menunjang peningkatan taraf hidup masyarakat setempat.
KONFLIK PILKADA BERULANG PASCA PEMUNGUTAN SUARA ULANG DI KABUPATEN MUNA Robinson Mustamu; La Ode Topo Jers; Akhmad Marhadi
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 2 No 2 (2018): Volume 2 Nomor 2, Juli - Desember 2018
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.188 KB)

Abstract

Politik dapat terjadi di mana saja termaksud suatu daerah yang dinamakan kabupaten/kota, baik Negara, Provinsi, Kabupaten/Kota merupakan salah satu arena pertarungan politik. Banyaknya kasus yang terjadi pada penyelenggaran pemilihan umum pada tingkat lokal maupun nasional seperti yang terjadi di Kabupaten Muna mencerminkan bahwa belum berhasilnya penyelenggaraan pemilu sebagai perwujudan demokrasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling (Spradley: 1997) yakni penentuan informan secara sengaja sesuai dengan topik penelitian, metode yang di gunakan adalah metode kualitatif dengan pengamatan langsung dilapangan (observation) dan wawancara mendalam serta analisis kualitatif serta teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konflik James Scoot. Hasil penelitian ini mengacuh pada konflik Pilkada yang berulang pasca pemungutan suara ulang (PSU) sebanyak dua kali, dimana konflik terjadi di karenakan ada beberapa sebab, pertama dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) nomor 120/PHP.BUP-XIV/2016 tentang pembatalan penetapan rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara pada tanggal, 9 Desember 2015. Lanjut pada putusan Mahkamah Kontitusi (MK) memutuskan Pemungutan Suara Ulang (PSU) Jilid satu pada tanggal 22 Maret 2016 di tiga TPS, TPS 4 Kelurahan Wamponiki, TPS 4 Kelurahan Raha 1 dan TPS 1 Desa Marobo. Namun PSU pada jilid satu tidak menyelesaikan sengketa pilkada tersebut di karenakan masih ada kecurangan yang terjadi sehingga pada siding Mahkamah Konstitusi tanggal, 12 Mei 2016 menjatuhkan putusan sela PSU jilid dua, yaitu TPS 4 Kelurahan Wamponiki dan TPS 4 Kelurahan Raha 1.
RITUAL TARI DEWA AYU SEBAGAI MEDIA PENYEMBUHAN PADA ORANG BALI DI DESA WAPAE JAYA KABUPATEN MUNA BARAT Siti Sabariah; La Ode Topo jers; Hasniah Hasniah
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 3 No 2 (2019): Volume 3 Nomor 2 Juli - Desember 2019
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.993 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v3i2.645

Abstract

Ritual tari dewa ayu sebagai media penyembuhan pada orang Bali bertujuan untuk untuk mengetahui dan mendeskripsikan alasan orang Bali di Desa Wapae Jaya mempertahankan ritual tari dewa ayu, kemudian untuk mengetahui etiologi penyakit pada orang Bali dan untuk mengetahui proses pelaksanaan ritual tari dewa ayu sebagai media penyembuhan. Penelitian ini menggunakan teori personalistik dalam etnomedisin dari Foster dan Anderson (1976). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif berupa deksripsi mendalam, dengan pengumpulan data menggunakan teknik pengamatan (observation) dan wawancara mendalam (indepth interview). Hasil penelitian menunjukan bahwa ada beberapa alasan yang mendasari orang Bali sehingga masih mempertahankan ritual tari dewa ayu yaitu karena sudah menjadi tradisis yang dilakukan secara turun temurun, takut akan terjadi mala petaka dan sebagai media pengobatan. Etiologi atau penyebab penyakit pada orang Bali adalah etiologi personalistik yaitu penyakit yang disebabkan oleh gangguan leluhur atau makhluk halus. Sedangkan proses pelaksanaan ritual tari dewa ayu sebagai media penmgobatan adalah melalui beberapa tahapan yaitu, niat, mecaru ayam, upacara dan sembahyang di pura, tusuk keris (tari dewa ayu) dan nunas tirtha (air suci).
BENTUK DAN FAKTOR BERTAHANNYA SOLIDARITAS KEKERABATAN SUKU JAWA DI DESA TRIDANA MULYA KECAMATAN LANDONO Cici Radhyatul Jannah; La Ode Topo jers; Abdul Jalil
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 4 No 1 (2020): Volume 4, Nomor 1, Januari - Juni 2020
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.834 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v4i1.930

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk dan faktor bertahannya solidaritas kekerabatan suku Jawa di Desa Tridana Mulya Kecamatan Landono. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teori Emile Durkheim (1859-1917) “The Division of Labour in Society”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penelitian lapangan (field work) dengan menggunakan dua metode yaitu pengamatan terlibat (participation observation) dan wawancara mendalam (indeepth interview). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa solidaritas kekerabatan suku Jawa di Desa Tridana Mulya meluputi saling membantu, saling peduli, saling membagi hasil panen serta bekerja sama mendukung pembangunan baik secara keuangan, tenaga, dan sebagainya. Bentuk solidaritas suku Jawa di Desa Tridana Mulya dapat dilihat pada acara pernikahan, urusan kedukaan/musibah yang menimpa masyarakat, kegiatan bangun rumah, dan solidaritas pada aktivitas pertanian. Selain itu, faktor yang mendukung solidaritas kekerabatan Suku Jawa di Desa Tridana Mulya Kecamatan Landono masih di pertahankan di tengah perubahan global meliputi peran para orang tua yang selalu mengontol dan menasihati generasi muda agar tidak melupakan adat atau tradisi yang juga berhubungan dengan timbulnya rasa solidaritas, aktivitas sosial yang rutin dilaksanakan guna menjaga hubungan atau ikatan solidaritas antar suku Jawa di Desa Tridana Mulya, perasaan hidup senasib sepenanggungan dan yang terakhir ialah pedoman atau ungkapan-ungkapan orang Jawa terdahulu yang masih mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari hingga saat ini.
KERJASAMA KELUARGA INTI DALAM MENGELOLA LAHAN PERTANIAN TENTANG RELASI GENDER DI DESA LAGADI KECAMATAN LAWA KABUPATEN MUNA BARAT Baatin baatin; La Ode Topo Jers; La Ode Aris
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 3 No 1 (2019): Volume 3 Nomor 1, Juni 2019
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.415 KB)

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kerjasama keluarga inti dalam mengelola lahan pertanian (studi tentang relasi gender di desa lagadi kecamatan lawa kabupaten muna barat) dan untuk mendeskripsikan manfaat hubungan kerjasama keluarga inti dalam mengelola lahan pertanian di Desa Lagadi Kecamatan Lawa Kabupaten Muna Barat.Informan dalam penelitian ini adalah petani Desa Lagadi berjumlah 10 orang yang terdiri dari 5 pasangan suami istri. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik lapangan (field research) yakni peneliti melakukan pengumpulan data secara langsung di lokasi penelitian yang menggunakan teknik pengamatan (observation) dan wawancara (interview). Analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis etnografi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pekerjaan di lahan pertanian, peran perempuan tidak hanya terlibat dalam pekerjaan sebagai ibu rumah tangga namun perempuan juga mengambil peran di lahan pertanian untuk membantu sang suami. Pekrjaan petani di lahan pertanian di Desa Lagadi antara lain pembuatan pagar, pembersihan lahan kebun, penanaman dan pemanenan hasil pertanian. (2) banyak manfaat yang didapat dari adanya relasi gender baik dari pihak suami maupun dari pihak sang istri. Adapun manfaat yang didapat dari adanya relasi gender ini adalah pekerjaan terasa lebih ringan, hasil yang lebih mengutungkan dan dapat memenuhi kebutuhan keluarga dan kebutuhan pendidikan anak.
PERUBAHAN LETAK SANGGAH PADA MASYARAKAT TRANSMIGRAN BALI DI DESA KONDOANO, KECAMATAN MOWILA, KABUPATEN KONAWE SELATAN Rusi Warsuma; La Ode Topo Jers
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 5 No 1 (2021): Volume 5 Nomor 1, Januari - Juni 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.844 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v5i1.1097

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan pengetahuan masyarakat di Desa Kondoano, Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan mengenai letak Sanggah dan alasan mereka mengubah letak Sanggah. Penelitian yang dilakukan pada bulan Januari 2020 ini menggunakan metode entografi. Data yang diperoleh melalui pengamatan terlibat dan wawancara mendalam dianalisis dengan menggunakan teori Kognitif oleh Goodenough. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif, analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data yang diperoleh dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat mengenai bagaimana letak Sanggah yang baik dan benar, dimana Sanggah merupakan areal yang paling sacral pada satu pekarangan rumah bagi orang Bali. Masyarakat di Desa Kondoano memiliki pengetahuan yang berbeda-beda megenai hal tersebut, yaitu diantaranya: antara mata angin Timur dan Utara, hanya arah Utara saja, tempat yang bersih, tempat yang lebih tinggi dari rumah dan pada bagian depan rumah,. Secara umum Orang Bali memahami arah Timur dan Utara sebagai Hulu dan dijadikan sebagai arah Sembahyang. Sementara itu, alasan masyarkat Bali di Desa Kondoano merubah letak Sanggah mereka dilakukan atas berbagai peetimbangan dan semua yang merubah letak Sanggah adalah mereka yang memiliki rumah di Timur jalan. Adapun beberapa alasannya yaitu : Menganggap semua arah merupakan Hulu, untuk keindahan, mempermudah pembangunan, lokasi tidak boleh dibanguni rumah dan pekarangan rumah lebih rendah di Timur
MODIFIKASI TRADISI KAMOMOOSE PADA MASYARAKAT BONEOGE KECAMATAN LAKUDO KABUPATEN BUTON TENGAH Musyarafatul Musyarafatul; La Ode Topo Jers; Rahmat Sewa Suraya
KABANTI : Jurnal Kerabat Antropologi Vol 5 No 2 (2021): Volume 5 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.234 KB) | DOI: 10.33772/kabanti.v5i2.1266

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi kamomoose, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kamomoose serta bentuk-bentuk tradisi kamomoose pada masyarakat Boneoge Kecamatan Lakudo, Kabupaten Buton Tengah. Penelitian ini menggunakan teori Evolusi Sosial (Herbert Spencer). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian lapangan. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data, yakni: pengamatan (observation) dan wawancara (interview). Untuk menjawab permasalahan dilakukan analisis data, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Analisis data yang dilakukan sejak pengumpulan data sampai akhir penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat Boneoge masih melaksanakan tradisi kamomoose. Proses pelaksanaan tardisi kamomoose ada dua tahap yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi kamomoose berupa nilai spiritual, nilai pendidikan dan nilai estetika dan modifikasi tradisi kamomoose dari uang logam ke kacang tanah, lampu pelita ke lampu listrik, pakaian adat ke pakaian muslimah dan ucapan yang keluar/nazar (limba’anogau) ke pencarian dana masjid atau ajang silaturahmi.