Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

NATRIUM DALAM DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR PANAS (STUDI KASUS DI BAGIAN BUFFING PROCESS PT YAMAHA MUSICAL PRODUCTS INDONESIA PASURUAN TAHUN 2015) Vebrin Arsintha Tungga Dewi; Demes Nurmayanti; Ngadino .
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 14, No 1 (2016): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v14i1.124

Abstract

Excessive exposure to heat resulting heat cramps, heat exhaustion and heat stroke. Workers who have not been acclimatized to hot temperatures are usually sweat more than usual. In this condition, human will lose body fluids and electrolytes. The purpose of this study analyzes the differences of sodium level in the blood of workers before and after exposure to heat.This is an observational analytic research with cross sectional approach. Data was obtained from the measurement result with total population of 15 workers and sample of 14 workers. The data was analyzed analytically by using Paired Sample T Test..The results shows that all workers aged less than 40 years with working period of less than five years and most of whom indicated normal nutritional status. The company has conducted engineering controls, administrative and PPE. P value was ≤ 0.01 and result of paired t test revealed highly significant.The Conclusion underlines difference in the level of sodium in workers’ blood before and after exposure to heat for 2.5 hours.Installation of local exhaust ventilation as well as the training of labor on heat stress and prevention is suggested.
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS MIKROBIOLOGI AIR BERSIH DI RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN TAHUN 2017 Madina Amalia; Ferry Kriswandana; Ngadino .
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 15, No 3 (2017): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v15i3.699

Abstract

Rumah sakit merupakan suatu institusi yang memberikan pelayanan kesehatan. Dalam aktivitas rumah sakit, terdapat risiko penimbulan penyakit yang disebabkan oleh interaksi antara orang yang sehat, yang sakit dan beberapa orang yang mempunyai imunitas rendah. Untuk mencegah penularan penyakit dan risiko lingkungan, rumah sakit harus mempunyai program pengendalian seperti yang terdapat pada Permenkes 1204 tahun 2004. Salah satu aspek sanitasi pada rumah sakit adalah air bersih. Peraturan mengenai kualitas air bersih terdapat pada Permenkes 32 tahun 2017. Berdasarkan monitoring kualitas air bersih yang dilakukan oleh Inslatasi Lingkungan RSUD Syamrabu Bangkalan menunjukkan bahwa beberapa point sampling tidak sesuai (50/100 mL sample). Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hal- hal yang mempengaruhi kualitas mikrobiologi air bersih.Sampel diambil tiga kali pada 6 titik sampling di reservoir dan yang paling jauh dari tandon tanah dan tandon atas. Teknik dan manajemen sampling juga dideskripsikan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sampling pertama, 2 dari 6 sampel tidak sesuai dengan baku mutu. Pada sampling kedua, 1 dari 6 sampel tidak sesuai dengan baku mutu. Dan pada sampling ketiga, 4 dari 6 sampel tidak sesuai dengan baku mutu. Teknik dan manajemen sampling setelah diobservasi juga menunjukkan hasil yang buruk, yaitu 50% dari penilaian dibawah 75 %. Hal ini dikarenakan dosis desinfektan kurang optimal dengan debit air yang dihasilkan sehingga nilai total coliform tinggi. Selain itu, tidak pernah ada tes sisa klor dan inspeksi sanitasi oleh instalasi Lingkungan.Saran yang dapat diberikan untuk RSUD Syamrabu adalah meningkatkan dosis desinfektan yang disesuaikan rata- rata debit air bersih dan merubah alat dan fasilitas pendistribusian air bersih sehingga program air bersih dapat dilaksanakan dengan baik dan efektif. Kata kunci: air bersih, rumah sakit, coliform
EFEKTIFITAS Bill KELOR (Moringa oleifera), Bill SALAK (Salacca zalacca), DAN BIll PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI BAHAN KOAGULAN DALAM MENURUNKAN KEKERUHAN AIR Intan Permata; Margono .; Ngadino .
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 11, No 2 (2013): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v11i2.191

Abstract

Water purification is typically carried out using chemical coagulants like Tewes. localname for Aluminum sulfate. In many parts of the world experts are looking into coagulantmaterials derived from plants. Among many of them is the Moringa seeds. Moringa seedscontain water-soluble proteins, when crushed and dissolved in water it will form a positivelycharged solution. Electrophoreses Test proved that positively charged solution were alsoresulted from the use of Salak seeds and Papaya seed. The purpose of this study was toanalyze the differences in coagulation using Moringa (Moringa oleifera), Salak (Salaccazalacca), and Papaya seeds (Carica Papaya).The study was performed in a quasi-experimental set up exercising a pretest-posttestdesign. The object for the study was water sample taken from a river used by the communityin kecamatan Krembung for their water source. As much as 1000 ml of river water was used ineach test run. Test containers were treated with natural coagulants. Coagulant materials usedin the tests were Tawas powder, Moringa, Salak, and Papaya seeds at a dose-series of 50 ppmto 1000 ppm. The resulted data were analyzed using Kruskal - Wallis Test.There was a significant difference with regard to optimal dose of the natural coagulantsas well as the percentage of turbidity reduction. The optimal dose for Moringa seeds was 130ppm with a percentage of reduction at 97,3% that reduced turbidity down to 2.7 NTU. Theoptimal dose for Salak seeds was 100 ppm that resulted in a percentage reduction of 89,2%and reduced the turbidity down to 10.9 NTU. The optimal dose for Papaya seeds was 50 ppmwith a percentage of decline at 83,4% reducing the turbidity down to 16,7 NTU. Moringaseeds coagulant has maximum turbidity reducing capability, while the other two naturalcoagulants, Salak and Papaya seeds, were not in their maximum levels of turbidity reducingcapabilities.At a dose of 200 ppm Moringa seeds exhibited a greater ability as a coagulant inlowering water turbidity compared to the other natural coagulants, Salak seeds at a dose of100 ppm and Papaya seeds at a dose of 50 ppm. The study concluded that Moringa seeds canbe applied as a substitute for chemical coagulants provided they are used within 1 x 24 hours.Key Words : Turbidity and Coagulant
DISTRIBUSI TEMPAT PERINDUKAN AEDES Sp. PADA DATARAN TINGGI DAN RENDAH DI KELURAHAN TULUNGREJO DAN KELURAHAN GIRIPURNO KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU TAHUN 2017 Muhammad Haris Pamungkas; Ngadino .; Sudjarwo .
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 15, No 2 (2017): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v15i2.681

Abstract

Pada tingkat ketinggian tempat yang berbeda dapat mempengaruhi suhu dan kelembaban udara suatu wilayah. Berdasarkan Dirjen P2PL Kementerian Kesehatan RI di tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000 mdpl semestinya tidak ditemukan nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor penular penyakit Demam Berdarah Dengue karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi tempat perindukan Aedes sp. pada dataran tinggi dan dataran rendah Kelurahan Tulungrejo dan Kelurahan Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Analisis data yang digunakan yaitu analisis spasial berupa peta digital Kota Batu dan data titik koordinat rumah sampel yang diperoleh dari pengukuran menggunakan alat GPS. Data yang diperoleh diolah menjadi peta baru sebagai informasi distribusi tempat perindukan Aedes sp.Hasil pengamatan di Kelurahan Tulungrejo didapatkan nilai HI sebesar 1,7%, CI sebesar 2,22%, dan BI sebesar 3,39 sehingga tergolong dalam kategori kepadatan rendah (density figure=1). Pada wilayah Kelurahan Giripurno didapatkan nilai HI sebesar 15,25%, CI sebesar 13,51%, dan BI sebesar 16,95 sehingga tergolong dalam kategori kepadatan sedang (density figure=3). Telah terjadi perubahan perilaku berkembangbiak nyamuk Aedes sp. di Kelurahan Tulungrejo. Nyamuk Aedes sp. sudah mampu bertahan hidup dan berkembangbiak meskipun berada di wilayah dataran tinggi lebih dari 1.000 mdpl.Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sebaran perindukan nyamuk Aedes sp. di wilayah dataran tinggi 1.000 mdpl. Serta perlu adanya kewaspadaan dini pencegahan DBD di wilayah dataran tinggi. Kata kunci: distribusi larva Aedes sp., perbedaan dataran
DISTRIBUSI PENYEBARAN JENIS TIKUS DAN PINJAL DI WILAYAH FOKUS PES Wahyu Hilal N; Ngadino .; Koerniasari .
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 17, No 1 (2019): GEMA Lingkungan Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v17i1.1049

Abstract

Pes merupakan penyakit  zoonosis dari tikus yang dapat ditularkan  kepada manusia melalui gigitan pinjal  yang mengandung bakteri Yersinia pestis. Jenis pinjal yang dikenal sebagai vektor Pes antara lain pinjal tikus yaitu  Xenopsylla cheopis, Neopsylla sondaica, Stivalius cognatus dan pinjal manusia Pulex irritans. Pada daerah fokus Pes kepadatan  pinjal dan tikus perlu diwaspadai, agar tidak terjadi peningkatan kasus Pes. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi penyebaran jenis tikus dan pinjal di daerah fokus Pes.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan Observasional. Obyek penelitian yaitu tikus dan pinjal di wilayah Dusun Surorowo, Desa Kayukebek, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. Dimana pengumpulan data jenis tikus dan pinjal tersebut akan dipetakan dengan cara peletakan perangkap hidup (live trap) sebagai titik koordinat sampel.Jenis spesies tikus yang tertangkap adalah R.tanezumi 74,57 %, Rattus tiomanicus 6,78%, Rattus exulans 18,65%. Didapatkan dua jenis Pinjal yang didapatkan, yaitu Xenopsylla cheopis  sebanyak 68 ekor, Stivalius cognatus 16 ekor. Dengan hasil infestasi pinjal sebesar 54,23%, indeks pinjal umum  total sebesar 1,42 dan indeks pinjal khusus sebesar 1,15 yang terbilang tinggi. Tingginya jenis tikus pada wilayah pemukiman tersebut dikarenakan melimpahnya sumber makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai.Berdasarkan hasil dan kendala yang dihadapi selama pengambilan data jenis tikus dan pinjal paling tinggi berada di wilayah pemukiman. Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain adanya penelitian mengenai hubungan kondisi rumah,terhadap penyebaran induk semang penyakit pes. Kata kunci       : Penyebaran, Tikus, Pinjal, Pes
EFEKTIVITAS SERBUK KULIT DUKU (Lansium Domesticum Corr) SEBAGAI MAT ELEKTRIK DALAM MEMBUNUH NYAMUK Culex sp Rizky Nabilah S; Ngadino .; Hadi Suryono
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 17, No 2 (2019): GEMA Lingkungan Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v17i2.1063

Abstract

Penyakti filariasis merupakan penyakit bersumber vektor yakni nyamuk  Culex sp yang penyebarannya akan semakin luas jika tidak dikendalikan. Pengendalian nyamuk dengan menggunakan insektisida kimia secara kontinyu mengakibatkan resistensi pada nyamuk dan dapat mencemari lingkungan. Kulit buah duku dapat digunakan untuk membunuh nyamuk Culex sp karena memiliki kandunga senyawa aktif Triterpen, flavonoid, dan Saponin. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis efektifitas serbuk kulit duku (Lansium domesticum corr) sebagai mat elektrik dalam membunuh nyamuk Culex sp. Jenis penelitian ini menggunakan eksperimen murni dengan post test only control grup design. Penelitian ini  menggunakan 25 ekor nyamuk Culex sp untuk masing-masing 4 variasi berat kulit serbuk duku yaitu 0,125gr, 0,25gr, 0,5gr, dan 1gr selama 60 menit dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Analisis data mengguankan uji one away ANOVA dan  analisis probit.Hasil yag diperoleh menunjukkan bahwa ada perbedaan rata-rata kematian nyamuk Culex sp berdasarkan variasi berat serbuk kulit duku yang digunakan dengan hasil uji one away ANOVA p=0,000. Perbedaan rata-rata kematian nyamuk Culex sp disebabkan karena perbedaan jumlah bahan aktif pada masing-masing variasi serbuk kulit duku. Hasil analisis probit didapatkan LD50 pada konsentrasi berat kulit buah duku 0,392 gr.Penelitian ini menyimpulkanbahwa ada perbedaan jumlah kematian nyamuk Culex sp dengan variasi berat kulit buah duku (Lansium domesticum corr). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan berat kulit buah duku (Lansium domesticum corr) untuk mendapatkan daya bunuh 100% dengan lama waktu pengamatan 24 jam. Kata kunci : Kulit duku, mat elektrik, nyamuk Culek sp
Hubungan Perilaku Buang Air Besar dengan Kasus Diare (Studi Kasus di Puskesmas Ngulankulon Kabupaten Trenggalek) Raga Dista Syahbaniar; Ngadino .; SB Eko Warno
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 16, No 1 (2018): Gema Kesehatan Lingkungan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v16i1.888

Abstract

Penyakit Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa. Dalam menangani permasalahan  penekanan kasus diare ini, pemerintah memberlakukan peraturan PERMENKES No. 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Untuk mencapai sanitasi total tahap awal yang dilakukan yaitu program Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) dengan tujuan dari program Stop BABS ini adalah desa ODF. Di Kabupaten Trenggalek, program STBM sudah dilaksanakan sejak tahun 2009 dimana salah satu wilayah terverifikasi sebagai wilayah ODF yakni wilayah kerja Puskesmas Ngulankulon Kecamatan Pogalan, namun setiap tahunnya masih terjadi kasus diare. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan perilaku buang air besar dengan kejadian diare di wilayah kerja puskesmas Ngulankulon Kab.TrenggalekJenis penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bertujuan untuk mencari hubungan faktor perilaku penderita terhadap kasus diare pada penderita dengan menggunakan studi case control. Untuk analisis data menggunakan univariat dan bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Chi Square.Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu pengetahuan memperoleh nilai p kurang dari α (0,05), sikap memperoleh nilai p kurang dari α (0,05), tindakan memperoleh nilai p kurang dari α (0,05) serta perilaku responden terdapat hubungan dengan kejadian diare memperoleh nilai p kurang dari α (0,05).Adapun saran bagi instansi terkait diharapkan rutin mengadakan penyuluhan guna memotivasi masyarakat     merubah perilaku buang air besar yang masih sembarangan. Saran bagi masyarakat diharapkan merubah perilaku buang air besar sembarangan dengan buang air besar di jamban sehat. Saran bagi peneliti lain, dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dengan variabel dan metode yang berbeda.Kata Kunci : perilaku, BABS, diare
HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PERAK TIMUR TAHUN 2019 Firda Safira Ali; Setiawan .; Ngadino .
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 18, No 1 (2020): GEMA Lingkungan Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v18i1.1215

Abstract

Tuberculosis masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan di dunia. Tuberculosis paru disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis melalui percikan dahak pasien dengan tuberkulosis Basil Tahan Asam positif (BTA positif). Penularan TB dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti perilaku buruk. Bagaimana upaya mencegah penularan TB paru pada pasien yang berhubungan dengan perilaku kesehatan dapat menggunakan teori Health Belief Model (HBM). Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua dalam kasus TB pada 2017. Adapun Kota Surabaya, menempati posisi pertama dalam jumlah pasien TB tertinggi di Jawa Timur. Pusat Kesehatan Perak Timur adalah Puskesmas dengan jumlah pasien Tuberculosis terbanyak di Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi dan perilaku pencegahan penularan Tuberculosis pada pasien Tuberculosis.Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode desain analitik cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien tuberkulosis paru, berjumlah 62 orang dari populasi 74 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik probability sampling. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square.Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara persepsi kerentanan (p-value = 0,045), keseriusan (p-value = 0,033), manfaat (p-value = 0,045) dengan perilaku pencegahan penularan TB paru. Sedangkan untuk variabel persepsi hambatan tidak memiliki hubungan dengan perilaku preventif. Diharapkan bahwa sosialisasi dan konseling akan lebih intensif untuk pasien dengan TB paru dan di samping pasien dengan TB paru dapat mencegah penularan TB paru.
Potensi Filtrat Daun Sukun (Artocarpus altilis) Sebagai Bioinsektisida Lalat Rumah (Musca domestica) Ani Yuanita; Ngadino .; Suprijandani .
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 19, No 1 (2021): GEMA Lingkungan Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v19i1.1296

Abstract

Flies is one type of Arthropod insect as a vector and carrier of disease. Control of flies by using chemical insecticides continuously results in resistance to flies and can pollute the environment. Another alternative that can be used is a plant insecticide that is derived from breadfruit leaf plants. Phytochemical results of breadfruit leaves have 1.88% Flavonoids, Saponins 2.26%, and Tanins 1.05%. The purpose of this study was to determine the potential of breadfruit leaf filtrate as a bioinsecticide of house flies (Musca domestica).This type of research uses pure experiments with a post test only control group design with a concentration of 2.5%, 5%, 7.5%, control and 5 replications. The number of house flies used was 375. Data were analyzed using the Kruskal Wallis test.The results showed p 0.05 which means that there were differences in the average death of house flies by using various concentrations of each treatment. Probit test obtained Lethal Concentration (LC50) results at the first hour ie at a concentration of 5.189%, the 12th hour at a concentration of 3.930% and the 24th hour showed a concentration of 3.086%.Suggestions for other researchers can do the same research by comparing with other plants that contain active compounds that have the potential to kill house flies (Musca domestica). Other plants that have higher active compound content can be used as a recommendation for bio-degradable plant-based insecticides.
PERILAKU SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP KEBERADAAN TIKUS SEBAGAI VEKTOR LEPTOSPIROSIS DI SURABAYA Masfufah Anggraini; Ngadino .; Setiawan .
GEMA LINGKUNGAN KESEHATAN Vol 17, No 1 (2019): GEMA Lingkungan Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/kesling.v17i1.1045

Abstract

Tikus adalah hewan pengerat yang dapat menularkan berbagai macam penyakit. Salah satu penyakit yang ditularkan oleh tikus adalah penyakit Leptospirosis. Perilaku sanitasi lingkungan adalah suatu kegiatan upaya pencegahan terjadinya penularan penyakit yang ditularkan oleh tikus. Keberadaan tikus adalah salah satu indikator kurangnya sanitasi lingkungan, sehingga menjadi pemicu penularan Leptospirosis kepada masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis adanya hubungan perilaku sanitasi lingkungan dengan keberadaan tikus di Surabaya.Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan metode cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar kuisioner yang diberikan peneliti. Sampel pada penelitian sebanyak 94 responden dengan menggunakan teknik sampling secara random sampling. Pengolahan data pada penelitian dengan menggunakan uji statistik Exact Fisher.Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan tikus yang positif terdapat pada 63 responden memiliki perilaku sanitasi lingkungan dengan kategori cukup sebanyak 49 responden dan kategori kurang sebanyak 14 responden. Sedangkan hasil dari keberadaan tikus yang negatif terdapat pada 31 responden memiliki perilaku sanitasi lingkungan dengan kategori kurang dan ada hubungan yang signifikan antara keduanya yang ditunjukkan nilai p =0,004 (α) 0,1.Ada hubungan perilaku sanitasi lingkungan dengan keberadaan tikus sebagai vektor Leptospirosis. Disarankan kepada petugas kesehatan perlu adanya penyuluhan tentang tanda-tanda keberadaan tikus dan perilaku sanitasi lingkungan. Kata kunci : Vektor Leptospirosis, Keberadaan Tikus, Perilaku Sanitasi Lingkungan