Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

ANALISIS CEMARAN MIKROBA DAN NILAI pH DAGING AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL LAKESSI KOTA PAREPARE Irmayani Irmayani; Rasbawati Rasbawati; Intan Dwi Novieta; Nurliani Nurliani
JURNAL GALUNG TROPIKA Vol 8 No 1 (2019)
Publisher : Fapetrik-UMPAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.874 KB) | DOI: 10.31850/jgt.v8i1.431

Abstract

Daging ayam broiler tersedia cukup banyak terutama di Pasar Tradisional. Sayangnya, jenis daging ini sangat mudah terkontaminasi oleh mikroba yang mengakibatkan daging mudah rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cemaran mikroba dan nilai pH daging ayam broiler yang dijual di pasar tradisional Lakessi Kota Parepare. Penelitian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan pengambilan sampel sebanyak 3 kali dari 6 pedagang. Komponen pengamatan yang diamati adalah total mikroba dan nilai pH. Hasil penelitian menunjukkan total mikroba berpengaruh sangat nyata (P<0,01) rata-rata nilai total mikroba daging ayam broiler adalah 6x107. Nilai pH hasil penelitian tidak berpengaruh nyata (P>0,05), rata-rata nilai pH daging ayam broiler di pasar tradisional parepare adalah 6,0. Kesimpulan dari penelitian ini adalah rata-rata total mikroba daging ayam broiler di pasar tradisional kota parepare di atas standar Nasional Indonesia (SNI 7388:2009) yaitu 1,x106 CFU/gr. Sedangkan Nilai pH daging ayam broiler sudah sesuai dengan SNI.
KAJIAN KEARIFAN LOKAL (LOCAL WISDOM) BUDIDAYA PADI (Studi Kasus Di Desa Sadar Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Bone) Irmayani Irmayani; Abby Azwaliza Binti Larola; Yusriadi Yusriadi
Jurnal Ilmiah Ecosystem Vol. 21 No. 1 (2021): ECOSYSTEM Vol. 21 No 1, Januari - April Tahun 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Universitas Bosowa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35965/eco.v21i1.688

Abstract

Desa Sadar merupakan salah satu daerah yang masih mempertahankan adat-istiadat serta kebiasaan yang dilakukan oleh para leluhur mereka salah satunya adalah kegiatan budidaya padi. Mempertahankan ritual yang ditinggal oleh nenek moyang mereka merupakan salah satu cara dalam menghargai peninggalan yang diberikan kepada mereka, selain daripada itu, mereka juga percaya bahwa akan ada sesuatu yang buruk terjadi pada masyarakat mereka ketika mereka tidak melakukan kebiasaan tersebut. Globalisasi dan juga perkembangan teknologi dapat berdampak terhadap berkurangnya adat-istiadat yang ada di Indonesia maka adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahu tindakan budidaya padi ditinjau dari kearifan lokal yang ada di Desa Sadar. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu (a) observasi partisipan (b) wawancara mendalam (c) dokumentasi. Sedangkan untuk teknik analisi datanya menggunakan analisis data Miles dan Huberman dan juga Triangulasi data. Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat beberapa tindakan adat-istiadat dan kebiasaan yang dilakukan masyarakat Desa Sadar dalam budidaya padi yaitu, masappo wanua, mattudang-tudang yang merupakan kegiatan sebelum pembenihan. Adapun ma’doja bine pada saat pembenihan, ma’cera taneng kegiatan saat pemeliharaan dan ma’batte, ma’sangki, ma’lempa, ma’tonase adalah kegiatan panen dan pascapanen.
strategi pemasaran cengkeh (syzygium aromaticum) produksi desa langda kecamatan buntu batu kabupaten enrekang Irmayani Irmayani; Kusnady Tabsir; mustawakkal akkal
Jurnal AGROSAINS dan TEKNOLOGI Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Fakultas Pertanian - UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/jat.5.2.109-122

Abstract

STRATEGI PEMASARAN CENGKEH (SYZYGIUM AROMATICUM) PRODUKSI DESA LANGDA KECAMATAN BUNTU BATUKABUPATEN ENREKANGIrmayaniE-mail : irmaumpar@yahoo.co.idKusnady TabsirE-Mail : kusnady78@outlook.co.idMustawakkalE-mail : mustawakkal16@gmail.com  Program Studi AgribisnisFakultas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Parepare 2020 RINGKASANPenelitian ini dilaksanakan di Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang pada bulan Maret sampai April. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor inernal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran cengkeh serta menentukan strategi pemasaran cengkeh yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pemasaran cengkeh petani Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Metode yang digunakan adalah analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kegiatan usahatani budidaya cengkeh. Hasil penelitian ini berdasarkan dari analisis faktor internal dikemukakan bahwa kekuatan memliki skor 2.03 lebih tinggi dibandingkan kelemahan yang hanya memiliki skor 0.51, sedangkan pada faktor eksternal peluang memiliki skor 1.89 lebih tinggi dari ancaman yang hanya memiliki skor 0.58. Posisi internal cukup kuat dalam memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan. Strategi SO sebagai pengambilan keputusan merupakan metode yang menggunakan kekuatan untuk memeanfaatkan peluang dalam peningkatan produksi guna meraut keuntungan yang optimal. Kata kunci: Analisis SWOT, Cengkeh, Strategi Pemasaran    PENDAHULUAN Cengkeh memegang peranan penting dalam pembangunan perkebunan khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya (Nur Djanna, 2007). Cengkeh sebagai bahan baku rokok kretek, obat-obatan dan kebutuhan industri makanan, tidak bisa dipungkiri memiliki peran besar dalam perekonomian nasional seperti lahan kerja, peningkatan devisa negara, peningkatan pendapatan bagi para petani dan kegiatan lainnya yang bersentuhan dengan komoditi cengkeh.Pada tingkat nasional cengkeh memiliki kondisi pasang surut yang disebabkanbkan oleh besarnya fluktuasi harga cengkeh, biaya panen dan tingginya biaya pengolahan, sedangkan tanaman cengkeh memiliki karakteristik yang khas yaitu panen besar kemudian panen kecil di tahun berikutnya dan pada periode tertentu panen (Siregar, 2011). Panen raya atau panen besar biasanya harga turun yang mengakibatakan petani rugi karena tingginya biaya operasional. Hal ini mempengaruhi semangat para petani untuk memlihara tanamannya dan berfikir untuk beralih kekomoditi lain yang di anggap brpotensi mendatangkan keuntungan yang besar, sehingga mengakibatakan tanaman kurang baik dan produksi rendah. Ditengah perjuangan pemerintah untuk mencapai keberhasilan pembangunan pertanian yang tangguh sebagai dasar pembangunan industri, diharapkan peran aktif dari seluruh komponen yang ada termasuk seluruh generasi muda yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam bidang pertanian (Anonim, 2007). Tabel 1. Luas Lahan Dan Produksi Cengkeh perKecamatan di Kabupaten EnrekangNoKecamatanCengkehLuas lahan (ha)Produksi (ton)1Enrekang6819.82Anggeraja122.23Baraka562121.94Malua377149.35Buntu batu6061066Bungin173377Alla506.28Curio1,543260.59Baroko602210Masalle9924.211Cendana91.312Maiwa11011Jumlah1.321583,9Sumber Data : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Enrekang (2019)Produksi tanaman perkebunan khususnya tanaman cengkeh di tiap Kecamatan di Kabupaten Enrekang berbeda-beda, untuk Kecamatan Baraka yang merupakan salah satu Kecamatan memiliki jumlah produksi cengkeh tertinggi sebanyak 121,9 ton setelah Kecamatan Curio dengan produksi 260,5 ton yang ada di Kabupaten Enrekang (Dinas Pertanian, 2019). Tabel 2. Perkembangan Luas Areal dan Produksi Cengkeh Kabupaten Enrekang Dalam Lima Tahun Terakhir Sebagai Berikut : TahunLuas Areal(Ha)Produksi(Ton)20142.66254020153.28554020163.66957220173.66963120183.669661Sumber Data : Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Enrekang (2019)Cengkeh di Kabupaten Enrekang merupakan sektor yang sangat menunjang pendapatan para petani itu sendiri.Perkembangan komoditi cengkeh di Kabupaten Enrekang berlangsung sesuai dengan laju luas tanaman dan produksi. Pada tahun 2014 luas areal panen 2.662 Ha dengan produksi sebesar 540 ton, dan pada tahun 2018 produksi cengkeh sebesar 661 dengan luas panen 3.669 (Dinas Pertanian, 2019).Tabel 3. Perkembangan Produksi Cengkeh Desa Langda Dalam Lima Tahun Terakhir Sebagai Berikut : TahunLuas Areal(Ha)Produksi(Ton)2014531720155316,620166719,820176423,920186125,4  Sumber Data : Balai Pelatihan Pertanian Kecamatan Buntu Batu (2019)Desa Langda merupakan salah satu sentral penghasil cengkeh di Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang, rata-rata masyarakat di Desa ini umumnya berprofesi sebagai petani cengkeh dengan jumlah Petani 550 Orang, komoditi inilah yang merupakan penyambung pendapatan terbesar bagi petani yang mengusahakannya. Dengan adanya tanaman cengkeh para petani di Desa Langda mampu membiayai keluarga mereka dari penghasilan penjualan cengkeh.Usaha pertanian cengkeh ini kebanyakan para petani menggarap tanamannya sendiri kecuali petani yang memiliki lahan yang cukup luas dimana mereka mampu menyewa tenaga kerja untuk mengolah tanaman cengkehnya. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman perkebunan yang telah lama diusahakan sebagai salah satu tanaman sumber kehidupan dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Perkebunan cengkeh di Desa Langda mencapai 87 Ha.Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas maka penulis  melaksanakan penelitian dengan judul “Strategi Pemasaran Cengkeh (Syzgium Aromaticum) Produksi Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang” untuk meningkatkan pendapatan Petani cengkeh. Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka dapat disimpulkan yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran cengkeh? dan bagaimana strategi pemasaran cengkeh produksi Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran cengkeh dan menentukan strategi yang memungkinkan untuk diterapkan dalam pemasaran cengkeh Petani cengkeh Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.METODE PENELITIANWaktu dan Tempat Penelitian          Penelitian dilaksanakan selama dua bulan pada bulan Maret sampai April 2020 di Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Alasan penulis memilih lokasi penelitian dikarenakan di Desa Langda merupakan salah satu penghasil Cengkeh terbesar di Kecamatan Buntu Batu dan merupakan salah satu Desa yang bergerak dalam bidang Perkebunan dengan Usaha Tani budidaya Cengkeh.Populasi       Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani cengkeh berdasarkan Kepala Keluarga dengan jumlah 550 Orang yang berada di Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.Sampel       Penentuan  sampel yang digunakan adalah random sampling dimana dalam penentuan responden dilakukan dengan cara memilih secara acak dari Petani cengkehsebagai sampel dalam penelitian. Menurut Arikunto (2006), apabila kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penilitiannya merupakan penelitian populasi, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antar 10-15% atau 20-55%. Responden sebanyak 55 Orang dari 550 jumlah populasi yang terletak di Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang adalah jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini.Jenis-jenis dan Sumber Data       Data yang diperoleh terdiri dari dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden dengan wawancara dan menggunakan kuisioner sebagai alatnya. Mencatat langsung data yang bersumber dari dokumentasi setelah mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian pada suatu instansi atau lembaga merupakan Data sekunder. Monografi daerah penelitian, daftar masyarakat yang menjadi responden dan data-data yang berkaitan dengan masyarakat di Desa Langda merupakan jenis-jenis data sekunder yang diambil . Metode Analisis Data            Matriks SWOT digunakan sebagai alternatif yang tepat untuk mengolah data. Data kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dikelola dalam tiga tahapan sebagai berikut :Tahap pengumpulan input (the input stage)Tahap pemanduan (the matcing stage)Tahap penetapan strategi (the decision stage)            Tabel analisis IFAS dan EFAS digunakan sebagai cara identifikasi dan pengumpulan data, kemudian matriks I-E dan matriks SWOT dugunakan untuk menganalisis masalah. Berikut adalah pengolahan data yang dimasukkan kedalam tabel 4: IFASEFASStrenght (S)Faktor-faktor kekuatan :1. .................................2. .................................Weakness (W)Faktor-faktor kelemahan internal :1. .....................................2. ......................................Opportunities (O)Faktor-faktor peluang eksternal :1. ...............................2. ............................... Strategi S-OStrategi pemanfaatan peluang dengan menggunakan keuatanStrategi W-OStrategi  pemanfaatkan peluang untuk meminimalisir kelemahanThreats (T)Faktor-faktor ancaman eksternal :1. ................................2. .................................Strategi S-TStrategi mengatasi ancaman dengan menggunakan peluangStrategi W-TStrategi  menghindari ancaman dengan meminimalisir kelemahanSumber : Matrik SWOT (Rangkuti 2010)            Rangkuti (2010), berpendapat bahwa membuat matrik dengan menggabungkan SWOT menjadi suatu matriks dan kemudian diidentifikasikan semua aspek dalam SWOT. Kuadran tempat bertemunya SWOT tersebut kemudian dibuat strategi yang sesuai dengan aspek-aspek  SWOT. Adapun Strategi-strategi yang dimaksud di atas  ada 4 strategi adalah sebagai berikut:Strategi S-O yaitu memaksimalkan potensi kekuatan untuk meraih peluang semaksimal mungkin atau menggunakan kekuatan untuk menangkap peluang.Strategi S-T yaitu memaksimalkan potensi/kekuatan untuk mengurrangi seminimal mungkin ancaman yang ada.Strategi W-O yaitu meminimalkan kelemahan untuk meraih peluang semaksimal mungkin atau mengatasi kelemahan dengan mengambil kesempatan.Strategi W-T yaitu meminimalkan kelemahan untuk meminimalkan ancaman yang ada atau menghindarkan ancaman.Matriks Internal-Eksternal (I-E)            Matriks IE adalah alat analisis yang digunakan untuk mengukur posisi suatu unit bisnis dalam suatu perusahaan yang disusun berdasarkan total nilai matriks IFAS dan EFAS setelah melakukan perhitungan dari semua faktor-faktor yang diteliti. Penentuan strategi yang tepat untuk diaplikasikan oleh suatu perusahaan digambarkan dalam matriks I-E dalam tampilan sembilan sel penilaian, seperti pada gambar berikut :  NILAI TOTAL SKOR IFASTinggi 4,0   4,0 Tinggi             3,0 Sedang                  2,0 Rendah         1,0 LemahI  IIIIINILAI  TOTAL SKOR EFASSedang 3,0 IV  VVIRendah 2,0 VIILemah 1,0   VIIIIX                  Sumber : Ilustrasi Matriks I-E (David 2006)            Dijelaskan bahwa bagaimana posisi perusahaan setelah memperoleh total skor IFAS dan EFAS serta mengidentifikasikan sembilan sel strategi perusahaan dalam matriks I-E, tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi strategi utama yaitu:Strategi tumbuh dan bina (Growth and build), yang berada pada sel I, II, dan IV. Strategi yang tepat untuk diterapkan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, peningkatan pasar dan peningkatan produk) atau strategi integrative (integrasi ke depan, ke belakang dan horizontal).Strategi mempertahankan dan memelihara (Hold and maintain), yang berada pada sel III, V dan VII. Strategi penetrasi pasar dan peningkatan produk adalah dua strategi yang terbanyak dilakukan  untuk jenis-jenis divisi ini.Strategi panen atau divestasi (Harvest ot divest), yang berada pada sel VI, VIII, dan IX. Strategi yang umum diapakai adalah strategi pengurangan modal dan strategi pembubaran perusahaan.            Kesuksesan suatu perusahaan digambarkan dalam matrik I-E disekitar posisi sel I. Nilai-nilai IFAS dikelompokkan kuat apabila berada pada nilai (3,0-4,0), sedang (2,0-2,99), dan lemah (1,0-1,99). Sedangkan nilai-nilai EFAS dapat dikelompokkan tinggi apabila berada pada kisaran nilai (3,0-4,0), sedang (2,0-2,99) dan rendah (1,0-1,99) (Wijayanti,2009).            Selanjutnya pada tahapan ini rekomendsi strategi yang diperoleh adalah strategi tumbuh dan bina (Growt and Build).HASIL DAN PEMBAHASAN            Identifikasi faktor internal dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan pemasaran cengkeh produksi Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang. Sejumlah kekuatan dan kelemehan  dari hasil analisis yang dilakukan oleh penulis, secara ringkas dapat dilihat pada tabel 5 berikut:Faktor-faktor InternalKekuatanProduksi tinggiBudidaya mudahLokasi perkebunan mudah terjangkauProduksi tahan lama untuk disimpanBisa tumbuh dengan pola tanam tumpangsariKelemahanKurangnya pemahaman tentang rantai pasarTidak ada pengolahan pascapanenKurangnya penggunaan teknologiKurangnya promosi produksiProses budidaya tanaman sampai berbuah terbilang lamaIdentifikasi faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi Petani cengkeh di yang berada di Desa Langda Kecamatan Buntu Kabupaten Enrekang. Berdasarkan hal tersebut, maka peluang dan ancaman yang dihadapi Petani cengkeh pada tempat tersebut, dapat dilihat pada tabel 6.  Faktor-Faktor Strategis EksternalPeluangAkses jalan mudahDukungan pemerintah Pemasaran yang fleksibelTingginya permintaan pasarPemasaran digitalAncamanCuaca buruk Persaingan komoditi yang samaHarga cengkeh yang tidak stabilRegulasi pemerintahPedagang caloSumber: Data Primer Setelah Diolah (2020)Pemberian Bobot dan Peringkat            Rata-rata dari faktor internal dan eksternal yang diperoleh atas pendapat responden/petani yang ada di Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada tabel 7.Intarnal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS)Faktor internal                                    bobot            rating           skorkekuatanProduksi tinggi                                            0,13                 3                 0,39 Budidaya mudah                                        0,12                 4                 0,48Lokasi perkebunan mudah terjangkau   0,11                 4                 0,44Produksi tahan lama untuk disimpan                 0,09                 4                 0,36Bisa tumbuh dengan pola tanam            0,09                 4                 0,36tumpangsari                                                      Total                                                         0,54                                    2,03kelemahanKurangnya pemahaman tentang            0,14                1                  0,14rantai pasarTidak ada pengolahan pascapanen       0,11                1                  0,11Kurangnya penggunaan teknologi         0,10                1                  0,10Kurangnya promosi produksi                   0,06                1                  0,06Proses budidaya sampai berbuah           0,05                2                  0,10terbilang lamaTotal                                                         0,46                                    0,51Total IFAS                                                             1,00                                   2,54Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)Tabel  tersebut menunjukkan bahwa hasil perhitungan dari Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) memiliki bobot sebesar 2,54. Bobot tersebut menunjukan bahwa tingkat keberhasilan petani dalam kegiatan usaha taninya ada pada level standar/sedang, karena kemampuan petani untuk meminimalisir kelemahan usaha tani dengan memanfaatkan kekuatan tergolong sedang. Hal ini berdasar pada pendapat Wijayanti (2009) yang menyatakan bahwa jika total skor IFAS (3,0-4,0) berarti kondisi internal perusahaan tinggi/kuat, jika (2,0-2,99) berarti kondisi internal suatu perusahaan rata-rata/sedang dan jika (1,0-1,99) berarti kondisi internal perusahaan rendah/lemah. Kekuatan terbesar dan paling berpengaruh dalam produksi cengkeh ini adalah budidaya mudah dengan skor 0,48 sedangkan kelemahan utama dalam strategi pemasaran cengkeh adalah kurangnya pemahaman tentang rantai pasar dengan skor 0,14 sehingga mempengaruhi keuntungan yang diraut petani.Tabel 8. External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS)FAKTOR EKSTERNAL                                     BOBOT      RATING   SKORPELUANGPemasaran digital                                             0,09                3            0,27Akses jalan mudah                                           0.14                3            0,42Dukungan pemerintah                                                0,12                3            0,36Pemasaran yang fleksibel                              0,12                4            0,48Tingginya permintaan pasar                           0,12                3            0,36Total                                                                           0,59                              1,89ANCAMANRegulasi pemerintah                                       0,05                1            0,05Harga cengkeh             yang tidak stabil                   0,11                2            0,22Cuaca buruk                                                      0,11                1            0,11Persaingan komoditi yang sama                   0,06                2            0,12Pedagang calo                                                  0,08                1            0,08Total                                                                          0,41                              0,58 TOTAL EFAS                                                           1,00                              2,47Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)     Tabel tersenut menunjukkan bahwa hasil analisis External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) memiliki jumlah total skor 2,47. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa kemampuan petani dalam memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman untuk memproduksi cengkeh tergolong sedang. Pernyataan tersebut berdasar pada pendapat Wijayanti (2009) yang mengatakan bahwa jika jumlah total skor berada pada kisaran (3,0-4,0) berarti perusahaan merespon kuat terhadap peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan, jika (2,0-2,99) berarti perusahaan merespon sedang terhadap peluang dan ancaman yang ada dan jika (1,0-1,99) berarti perusahaan tidak dapat merespon  peluang dan ancaman yang ada. Peluang terbesar dan paling berpengaruh dalam produksi cengkeh adalah Pemasaran yang fleksibel dengan skor 0,48. Sedangkan ancaman utama dalam produksi cengkeh adalah harga cengkeh yang tidak stabil dengan skor 0,22 yang mengakibatkan pendapatan petani sedikit/rugi, hal ini disebabkan karena harga cengkeh yang tidak stabil dan kurangnya pemahan tentang rantai pasar sehingga berpengaruh pada pendapatan petani.Hasil analisis dengan berdasar pada tabel IFAS dan EFAS menunjukkan bahwa rata-rata skor IFAS adalah 2,54, jumlah skor tersebut menggambarkan kondisi internal usahatani cengkeh tergolong sedang. Sedangkan tabel EFAS menunjukkan bahwa rata-rata jumlah skor adalah 2,47, skor tersebut menggambarkan bahwa kondisi eksternal usahatani cengkeh juga tergolong sedang. Berikut ini adalah total nilai yang di bobot pada tabel IFAS dan EFAS yang akan disusun pada matriks Internal-External (IE), Kemudian akan dirumuskan strategi pemasaran cengkeh di Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang yang sesuai dengan posisi produksi cengkeh, seperti pada gambar berikut :NILAI TOTAL SKOR IFASTinggi 4,0     4,0 Tinggi                 3,0 Sedang                            2,0 Rendah         1,0 LemahI  IIIIINILAI  TOTAL SKOR EFASSedang 3,0 IV            2,54 2,47 VVIRendah 2,0 VIILemah 1,0   VIIIIX                  Sumber : David (2006)Gambar diatas menunjukkan bahwa posisi produksi cengkeh di Desa Langda berada pada masing-masing kotak sel IV dengan skor 2,54 dan 2,47. Total skor yang dihhitung menggunakan matriks IFAS dan EFAS menggambarkan kondisi internal usahatani cengkeh di Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang tergolong sedang, yang perlu dipelihara dan dipertahankan, kondisi ini dengan menggunakan alat ukur matriks I-E menunjukkan hasil bahwa petani merespon sedang.Alternatif StrategiBerikut ini akan dikemukakan alternatif strategi pemasaran cengkeh yang disajikan pada matriks SWOT                   IFAS  EFASKekuatan/Strenght (S)Produksi tinggiBudidaya mudahLokasi perkebunan mudah terjangkauProduksi tahan lama untuk disimpanBisa tumbuh dengan pola tanam tumpangsariKelemahan/Weakness (W)Kurangnya pemahaman tentang rantai pasarTidak ada pengolahan pascapanenKurangnya penggunaan teknologiKurangnya promosi produksiProses budidaya tanaman sampai berbuah terbilang lamaPeluang/Opportunities (O)Pemasaran digitalAkses jalan mudahDukungan pemerintahPemasaran yang fleksibelTingginya permintaan pasarStrategi S-OMenggunakan metode pemasaran berbasis onlineMemperluas lapangan kerja atau lahan pertanianMeningkatkan kerjasama dengan pemerintahMeningkatkan nilai jual produksiMeningkatkan kualitas produksiStrategi W-OMemanfaatkan digital sebagai salah satu sumber informasi tentang pemasaranMemperluas lapangan kerja atau lahan pertanianMengikuti pelatihan yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan swastaMelakukan pengolahan pascapanenMeningkatkan kualitas produksi AncamanThreats (T)Regulasi pemerintahHarga cengkeh yang tidak stabilCuaca burukPedagang caloPersaingan komoditi yang sama Strategi S-TMembentuk komunitas cengkehMenningkatkan nilai jual produksiMenigkatkan teknik budidayaMengatur penyimpanan dengan baik dan melakukan pengolahan pascapanenMeksimalkan lahan dengan pola tanam tumpang sari Strategi W-TMenggunakan metode pemasaran berbasis onlineMengikuti pelatihan yang dilakukan oleh pihak pemerintah dan swastaMelengkapi sarana dan prasaranaMengatur penyimpanan dengan baik dan melakukan pengolahan pascapanenMeningkatkan kualitas produksiSumber . Data Primer Setelah Diolah (2020)  Penetapan Keputusan            Pengambilan Keputusan merupakan metode salanjutnya dengan menggunakan rumus matriks SWOT sebagai alat ukur analisis kuantitatif pada masing-masing jumlah nilai skor S-O, W-O, S-T dan W-T. Perumusan strategi dapat dilihat pada gambar matriks IFAS dan EFAS sebagai berikut :                 IFAS EFAS Strenght (S)  Weakness (W)  Opportunities (O) Strategi SO     2,03+1,89 = 3,92 Strategi WO0,51+1,89 = 2,40 THREATS (T) Strategi st2,03+0,58 = 2,61 Strategi WT0,51+0,58 = 1,09Sumber : Data Primer Setelah Diolah (2020)Gambar 6. Penjumlahan Skor Matriks IFAS dan EFAS            Gambar 6 menunjukkan bahwa strategi S-O merupakan strategi yang dapat digunakan karena memiliki nilai tertinggi dari kesuluruhan strategi yang ada, dengan nilai skor 3,92. Hsil tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi S-O yang tepat untuk Desa Langda Kecamatan Buntu Kabupaten Enrekang adalah sebagai berikut :Menggunakan metode pemasaran berbasis onlineMemperluas lapangan kerja atau lahan pertanianMeningkatkan kerjasaam dengan pemerintahMeningkatkan nilai jual produksiMeningkatkan kualitas produksiPENUTUPKesimpulan             Hasil penelitian mengenai Strategi Pemasaran Cengkeh (Syzgium Aromaticum) Produksi  Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang, dapat disimpulkan bahwa penentuan strategi yang tepat dari hasil analisis SWOT berdasarkan matriks kuadran SWOT adalah Strategi SO (Strenghts-opportunities) yaitu sebagai berikut: Menggunakan metode pemasaran berbasis online            Pemasaran berbasis online merupakan suatu metode yang digunakan untuk memanfaatkan alat teknologi  dalam bertataniaga yang berfungsi untuk memperluas pangsa pasar dan mempromosikan produksi. Selain mudah dan terjangkau metode ini sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap pelaku tataniaga, untuk menghadapi pemasaran global yang hampir setiap waktu memiliki perubahan sistem yang moderen karena alat teknologi semakin canggih atau yang kita kenal dengan istilah revolusi industri.Memperluas lapangan kerja atau lahan pertanian            Memperluas lapangan kerja merupakan salah satu metode yang strategis dalam kegiatan usaha tani ini untuk meningkatkan produksi. Selain karena tanaman cengkeh mudah dibudiya, kondisi geografis perkebunan para petani juga sangat mendukung dengan akses jalan yang mudah terjangkau.Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah            Pemerintah dan Petani merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisah dalam sebuah kegiatan usaha karena keduanya memiliki fungsi yang saling melengkapi satu sama lain. Dengan meningkatkan kerjasama petani akan mudah menjalankan kegiatan usaha melalu regulasi pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan petani seperti bantuan sarana produksi, mengontrol harga produk, pelatihan yang konstruktif dan lain-lain.Meningkatkan nilai jual produksi            Strategi ini merupakan salah satu metode yang menjadi buah dari kerjasama antara pemerintah dan petani melalui pelatihan seperti pengolahan pascapanen, untuk memanfaatkan bahan baku yang dapat disimpan lama dan pemasaran yang fleksibel dalam upaya meningkatkan pendapatan.Meningkatkan kualitas produksi            Produksi yang dimaksud di sini adalah produk cengkeh kering, dimana pengelolaan mulai dari sarana dan prasarana  sampai pada pengeringan akan menentukan kualitas produk cengkeh kering dan nilai jualnya, sedangkan sebagian besar petani di Desa Langda menerapkan teknik budidaya yang masih tergolong sederhana karena sarana dan prasarana yang tidak memadai sehingga kualitas produksi masih tergolong kuarang efektif. Dalam upaya meningkatkan kualitas produksi untuk memanfaatkan pola tanam tumpang sari dengan memaksimalkan permintaan pasar yang tinggi maka petani harus menerapkan metode yang strategis yaitu melengkapi sarana prasarana dan menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah.    Saran              Peneliti menyarankan kepada pihak terkait dalam penelitian ini sebagai berikut :Dukungan pemerintah sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani cengkeh dengan memfasilitasi sarana dan prasaran produksi, melakukan pelatihan tentang penggunaan teknologi dan meningkatkan kerjasama dengan petani dalam pengoptimalan pemasaran untuk meningkatkan pendapatan petani.Responden diharapkan berinovasi untuk mebuat pengolahan produksi pascapanen guna meningkatkan pendapatan sekaligus meminimalisir kerugian.DAFTAR PUSTAKAArikunto S, 2006. “Metodologi Penelitian”. Yogyakarta. Bina AksaraAlbar.M.A dan Latif.H, 2020. “Profil Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.Amstrong, Gary dan Kolter, Philip, 2008.Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi                          12 Erlangga: JakartaDavid, Fred R, 2006. Manajemen Strategi. Buku 1, Edisi  Kesepuluh.                     Jakarta: Salemba Empat.Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Enrekang Tahun 2018.Enrekang dalam angka 2018. Enrekang.Dinar.A.M, 2019. Jurnal Karya Ilmiah Mahasiswa Agribisnis “Bauran Pemasaran Lettuce Fresh Cut di PT SCV”Djanna.N, 2007. Divertifikasi Penggunaan Cengkeh, Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Indonesian Center For Agricultural Postharvest Research and Develoment.Fahmi M, Baihaqi A dan Kadir I.A,  2013. “Analisi Strategi Pemasaran Arabika ‘Bergandel Coffiee’ di Kabupaten Bener Merah”. Jurnal Agrisep Vol (14) No.1, 2013Desa Langda, 2019. “Profil Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang”. Desa Langda Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang.Lekatompessy M, Girsang W dan Timisile N.R, 2019. “Anilisis Nilai Tambah dan Strategi Pemasaran Minyak Cengkeh di Pulau Ambon”.Jurnal Sekolah Pertanian Pembangunann (SPP) Provinsi Maluku dan Program Pascasarjan Universitas Pattimura.Muhaeming, 2010. “Strategi Pemasaran Jagung di Kabupaten Bantaeng (Strategy of Maize Marketing in Bantaeng Regency)” Unhas.Pratiwi E, 2009. “Strategi Pemasaran Industri Madu pada PT Madu Pramuka di Kabupaten Batang”. Skripsi Fakultas Pertanian.            Universitas Sebelas Maret Surakarta.Purnomo, 2008. “Pengembangan Agribisnis Stroberi di Kabupaten Purbalingga”. Skripsi Program Studi Sosial Ekonomi        Pertanian/Agribisnis. Fakultas Pertanian. Universitas Negeri            Surakarta. Surakarta.Setianti.E.S, 2009. “Strategi Pemasaran Produk Susu Nutrisi Enteral Klinikal”.Jurnal PT. Nestle Indonesia. 2009.Siregar.A.R, 2011. “Analisis Disparitas Harga dan Potensi Persaingan tidak Sehat pada Distribusi Cengkeh” Jurnal Agribisnis Vol 10 No.3 : 32-24Tjiptono, 2008.Strategi Pemasaran, Edisi 3, ANDI: Yogyakarta. 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS USAHA TAHU TEMPE (Studi Kasus Usaha Tahu Tempe Cahaya Putri/Restu Di Desa Pasui Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang) Irmayani Irmayani; Nur Afni; Yusriadi Yusriadi
Jurnal AGROSAINS dan TEKNOLOGI Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Pertanian - UMJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.058 KB) | DOI: 10.24853/jat.3.2.65-70

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di  Desa Pasui Kecamatan Buntu Batu Kabupaten Enrekang dari juli sampai Agustus. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat meningkatkan usaha tahu tempe studi kasus Cahaya Putri/Restu di Desa Pasui, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda .Metode pengambilan data yang digunakan ialah observasi, kuesioner dan wawancara. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 25 responden. Hasil penelitian kemudian di analisis menggunakan alat analisis SPSS 21 for windows. Hasil penelitian ini yang berpengaruh signifikan yaitu harga bahan baku sebesar 0,018 dan jumlah gaji karyawan dengan signifikan 0,033. Hasil Uji R Square menunjukkan bahwa variabel  yang di teliti hanya berpengaruh  39,2% terhadap jumlah produksi usaha tahu tempe sedangkan 60,8% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak di teliti seperti tenaga kerja, bahan baku, pengalaman bekerja,kepuasan kerja karyawan dan modal. ABSTRACT This research was conducted in Pasui, Buntu Batu District, Enrekang District from July until  August 2017. The objective of this research is to know what factors at start increase the effort to tofu tempe of Cahaya Putri / Restu case study in Pasui Village, Buntu Batu Sub-District, Enrekang Regency. The data used in this research are primary and secondary data. The method of analysis used in this study is multiple linear regression analysis. Methods of data collection used are observation, questionnaire and interview. The number of samples in this study were 25 respondents. The results were then analyzed using SPSS 21 for windows. The result of this research which have significant effect that is raw material price equal to 0,018 and amount of salary of employees with significant 0,033. The result of R Square test shows that the variables in the research only influence 39,2% to the total production of tempeh tofu business, while 60,8% is influenced by other unconscionable variable such as work tenga, raw material, work experience, employee work satisfaction and capital .
The Development of Agrotourism Areas As A Regional Approach And The Empowerment Of Parepare Community Arifuddin Arifuddin; Abdul Azis Ambar; Irmayani Irmayani; Syafrianto S
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 14, No 1 (2021)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.14.1.90-93

Abstract

The development of the tourism sector has sufficient opportunities because apart from being one of the producers of tourism economic growth, the tourism sector is also expected to have the opportunity to support the other of development sectors, such as the plantation sector, agriculture, industrial trade and others.This study aims to analyze the condition of the development of agro-tourism areas as a regional approach and alternative empowerment of farmer communities atParepare City in the development process of the agro-tourism area. The technique of collecting data was through direct observation, conducting interviews that involve 80 respondents. The analysis used in this studywas descriptive qualitative. The method used in analyzing the data was the SWOT analysis.The results showed that the Internal-External matrix produces a strategy in quadrant I position. Quadrant I was a very favorable condition because it has opportunities and strengths.
Strategi Pengembangan Komoditi Lokal Buah Naga berbasis Agribisnis di Kabupaten Soppeng Irmayani Irmayani; Dahlia Purnama; Arman Arman; Nur Ilmi
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 12, No 1 (2019)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.12.1.126-135

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan strategi dalam pengembangan komoditi buah naga (Dragon Fruit) berbasis agribisnis di Kabupaten Soppeng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) berdasarkan hasil pembobotan dan pemberian rating diperoleh skor untuk faktor kekuatan utama dalam usahatani Buah Naga yaitu. Faktor kekuatan Kualitas Buah Naga Merah dan Luas Lahan sedangkan faktor kelemahan yaitu Produk Tidak Tahan Lama, penyakit pada Buah Naga dan harga. Faktor peluang pada usahatani Buah Naga Permintaan Buah Naga Merah meningkat dan Jenis pupuk yang digunakan, dan Faktor ancaman yaitu permainan harga oleh pedagang dan banyaknya persiangan. Strategi Pengembangan Buah Naga (Hylocereus polyrhizus) di Desa Tottong Kecamatan Donri-donri Kabupaten Soppeng yang menjadi hasil penetapan strategi yang tepat dilakukan adalah Strategi Strenghts-Opportunities (SO) yaitu memaksimalkan Produksi Buah Naga Merah, untuk meningkatkan produksi  pengolahan buah naga, meningatkan kualitas Buah Naga Merah dengan memanfaatkan jenis pupuk terbaik, memanfaatkan potensi sumber daya yang dimiliki guna memaksimalkan permintaan Buah Naga.
Business Strategy of Decorative Plants Cultivation in Sub-District of Bacukiki Barat, Parepare Sitti Saleha Talib; Muhammad Siri Dangnga; Irmayani Irmayani
Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan Vol 13, No 2 (2020)
Publisher : Sangia Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.526-529

Abstract

One of the agricultural commodities that is suitable to be developed with an agribusiness system is the commodity of decorative plants. This business plays an equally important role compared to other business sectors in the process of restoring growth and economic development in Indonesia. This is proven during the crisis, in which the decorative plant commodities as part of the horticulture sub-sector have played a role as a source of income with high added value for the farmers. This study aims to analyze the business strategy of decorative plant cultivation in the Pare-pare, to analyze external and internal factors. The research object is the Green House Garden and the Agriculture Office of  Pare-pare. The data collection techniques used were interviews, questionnaires, observation and documentation involving 20 people as respondents. The data were analyzed by using qualitative descriptive analysis with a SWOT analysis approach. The results showed that the decorative plant business strategy in the Parepare was declared feasible because, based on the indicators of assessment aspect that have been determined, namely the ability of Green House Garden managers in achieving profitable sales volumes, the ability to produce better products compared to competitors, the ability to determine better prices compared to competitors, the ability to distribute better products and the ability to promote products more effectively than competitors, then the analysis of market and marketing aspects is considered feasible.
Efek Pemberian Tepung Limbah Tauge dalam Ransum Terhadap Bobot Telur dan Produksi Telur Puyuh (Cortunix-Cortunix Japonica) Muhammad Jurhadi Kadir; Ahsan Ahsan; Irmayani Irmayani
bionature Vol 23, No 1 (2022): April
Publisher : Fakultas MIPA UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35580/bionature.v23i1.32565

Abstract

Abstract. This study aims to determine the effect of giving bean sprouts with different levels in the ration on egg production and quail egg weight. Using a completely randomized design (CRD) with 4 treatment levels and 3 replications so that there were 12 units of observation, each experimental unit consisted of 10 quails with a total of 120 quails. Each treatment consisted of P0: ration without bean sprouts waste (control), P1: ration with 3% bean sprouts waste, P2: ration with 6% bean sprouts waste, P3: ration with 8% bean sprouts waste. The results of variance showed that the addition of bean sprouts at different levels had a significant effect (p≤0.05) on egg production and a very significant effect (p≤0.01) on quail egg weight. The average quail egg production ranged from 70.83% - 94.17%, while the average quail egg weight ranged from 11.73% - 12.64%. It was concluded that the provision of bean sprouts waste flour in quail rations with a concentration of 3% gave the best effect on egg production and quail egg weight (Coturnix-coturnix japonica). Keywords: bean sprout waste flour, egg production, egg weight, quail eggs
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TANI DI DESA BATU MILA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH PERTANIAN Suherman Suherman; Nurhapsa Nurhapsa; Irmayani Irmayani
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 1 (2018): Prosiding Seminar Nasional Pertama Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Tekno
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1360.625 KB)

Abstract

Desa Batu Mila yang terletak di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang memiliki masyarakat yang dominan bekerja sebagai petani lahan kering. Tanaman budidaya yang dikembangkan adalah jagung dengan sistem monokultur menggunakan input eksternal cukup tinggi. Kurangnya curah hujan mengakibatkan banyak petani gagal panen dan mendorong sebagian petani untuk memelihara ternak kambing sebagai usaha alternatif. Pemeliharaan ternak yang dikembangkan belum menjadi suatu usaha menjanjikan karena dikelola secara tradisional, sehingga banyak limbah dari hasil tani dan ternak terbengkalai. Oleh karena itu, dilakukan pelatihan pembuatan pupuk yang bersumber dari limbah pertanian dengan tujuan limbah pertanian dapat dikelola secara in situ. Mitra dalam kegiatan ini adalah Kelompok Tani Sikamaseang dan Kelompok Wanita Tani Dasawisma. Metode yang digunakan terdiri atas dua metode pendekatan, yaitu penyuluhan dan pelatihan. Tahap pertama, penyuluhan dengan memberikan materi tentang pemanfataan limbah yang bernilai ekonomis, sedangkan tahap kedua dengan pelatihan di lapangan tentang cara memfermentasi limbah pertanian menggunakan teknologi sederhana dan tepat guna. Dari hasil pelaksanaan program pengabdian kegiatan ini adalah bertambahnya pengetahuan mitra mengelola usaha taninya, utamanya untuk memanfaatkan limbah pertanian menjadi pupuk organik demi menekan pupuk anorganik. Proses pembuatan pupuk dikhususkan adalah limbah perternakan (feses kambing), karena cukup tersedia. Hasil pelatihan diperolah pupuk sudah jadi yang difermentasi selama satu bulan. Untuk mengoptimalkan hasil dari pelatihan, diharapkan peserta yang telah berhasil dapat membantu dalam penyebaran pengetahuan dan pengalaman agar semua peserta berhasil mengelola limbah yang ada.
Development of Local Resources for Rural Communities Based on Sustainable Livelihoods to Improve Farmers' Welfare in Enrekang Regency Irmayani Irmayani; Arman Arman; Dina Aprianty Azis; Muh. Amir
JURNAL AGRIKAN (Agribisnis Perikanan) Vol 15 No 1 (2022): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1245.343 KB) | DOI: 10.52046/agrikan.v15i1.1004

Abstract

Specific objectives are: 1). Formulate and develop a sustainable livelihood-based farmer welfare development model to improve the quality of rural farmers' resources. 2). Applying an integrated pattern between all livelihood concepts, namely the use of natural resources, the availability of human resources, the availability of physical resources, the ability to access financing, and the internalization of social capital in the lives of rural communities in Bone-Bone village. Rural farmers in Bone-Bone village are the population in this study, some of which will be selected as the main samples in this study. The sample used in this study used snowball sampling with data triangulation techniques, by determining key informants in advance, including several leaders or figures in this village community. Rural farmers with the scope of agricultural life which is the color of their daily life so that they are expected to be able to make farmers survive, organize their agricultural life into a mainstay commodity and prosper their lives. The interaction between local economic institutions and market intervention institutions has brought changes to the local economic institutional order, where subsistence ethics is still a moral requirement, but does not provide opportunities for farmers to improve welfare. Even the workings of market institutional mechanisms during the economic crisis have increased the gap between layers of farming society.