Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Penekanan Pertumbuhan Colletotrichum sp. Penyebab Penyakit Antraknosa Oleh Beberapa Agens Hayati Pada Skala In Vitro Evan Purnama Ramdan; Risnawati Risnawati; Putri Irene Kanny; Moh Ega Elman Miska; Shyntiya Ayu Lestari
AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian Vol 24, No 2 (2021)
Publisher : UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/agrium.v24i2.8061

Abstract

Penyakit antraknosa merupakan salah satu penyakit utama cabai, dengan kehilangan hasil yang ditumbulkan dapat mencapai 50-100%. Salah satu alternatif pengendalian yaitu penggunaan agens hayati. Beberapa agens hayati koleksi BBPOPT telah berhasil diuji penenakannya terhadap Pyricularia grisea, sehingga perlu diuji pada patogen lain. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji beberap agens hayati terhadap penekanan pertumbuhan Colletotrichum. Sejumlah 5 agens hayati (Pseudomonas fluorescens, Gliocladium sp., Paenibacillus polymyxa, Trichoderma sp., dan Bacillus subtilis) akan diuji kemampuan pertumbuhan Colletotrichum sp. Penelitian dilakukan di Laboratorium Menengah Agroteknologi, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma, Kampus F7 Ciracas. Penelitian ini menggunakan rancangan rancangan acak lengkap. Masing-masing agens hayati ditanam pada media PDA untuk diuji antagonis dengan Coletotrichum sp secara dual culture dan diulang sebanyak 4 kali. Analisis statistik menggunakan program SAS 9.1 dengan mengolah data yang diperolah dengan ANOVA. Penelitian menunjukkan hasil bahwa dari semua agens hayati berpengaruh nyata secara statistik terhadap penekanan Colletotrichum dibandingkan dengan kontrol. Agens hayati terbaik menekan pertumbuhan Colletotrichum yaitu P. fluorescens sebesar 36.08%, kemudian diikuti oleh Trichoderma sp dengan penekanan pertumbuhan sebesar 35%. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa agens hayati yang diuji mempunyai potensi untuk mengendalian Colletotrichum.
Inventarisasi Cendawan Terbawa Benih Padi, Kedelai, dan Cabai Evan Purnama Ramdan; Ummu Kalsum
Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture) Vol 1, No 1 (2017): Jurnal Pertanian Presisi Volume 1, Nomor 1, 2017
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The use of good quality seeds is one of important factors in success of agricultural production because it could increase production and reduced existence of disease problems in the field. The entry of seeds to a country pass through import activities has potential to become enter new pathogen medium, so it needed to detect and indentify fungi in the seeds. The aims  of this study were to inventory seed-borne fungi and its effect on seed germination potential. This research has been conducted at Education Laboratory of Protection Department, Bogor Agricultural University during five months (March until July 2013). The experiment was arranged in completely randomized one factor. The factor was pathogen infection. Each seed detected fungi existence with blotter test method and seed germination test. The result showed seed-borne fungi were Colletrotrichum sp. and Rhizopus sp in chilli seed, Curvularia sp., Aspergillus sp., and Penicillium soybean seeds, Aspergillus sp. in rice seeds. The highest seed germination percentage in soybean seeds almost 100% in both of paper methods, whereas the lowest was rice seeds. All of seed germination medium, chilli showed lowest germination percentage, i.e. 68 - 76.27% with highest fungi association of Aspergillus sp. dan Fusarium sp. up to 52%. Aspergillus sp dan Fusarium sp may caused decreasing seed viability and vigor of chilli.
APLIKASI BAKTERI PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN DARI BABADOTAN DAN PENGARUHNYA PADA PERKEMBANGAN BENIH CABAI Evan Purnama Ramdan; Risnawati Risnawati
Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture) Vol 2, No 1 (2018): Jurnal Pertanian Presisi
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/jpp.2018.v2i1.2002

Abstract

Cabai adalah salah satu komoditas hortikultura yang banyak ditanam di Indonesia. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas cabai adalah dengan menggunakan mikroba yang bermanfaat, seperti pertumbuhan tanaman yang mempromosikan rhizobacteria. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman dari akar babadotan pada perkecambahan biji cabai. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan 5 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah konsentrasi biakan PGPR, yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0%, 5%, 10% dan 15%. Aplikasi PGPR dilakukan melalui perendaman biji cabai selama 12 jam. Biji yang telah dirawat dengan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman kemudian ditanam pada media tanah dan media kertas untuk mengamati gejala nekrotik, perkecambahan, panjang akar, dan panjang kanopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan konsentrasi 5% menunjukkan potensi sebagai pendorong pertumbuhan biji cabai yang ditandai dengan peningkatan daya kecambah, peningkatan panjang akar dan tinggi kecambah.
POTENSI EKSTRAK DAUN SIRIH DAN RIMPANG LENGKUAS SEBAGAI PESTISIDA NABATI PENGENDALI HAWAR DAUN BAKTERI PADA PADI Rini Laraswati; Evan Purnama Ramdan; Risnawati Risnawati; Adinda Nurul Huda Manurung
Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture) Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Pertanian Presisi
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/jpp.2022.v6i1.5895

Abstract

Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman pertanian penting di dunia. Penyakit hawar daun bakteri yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae merupakan salah satu penyakit pada tanaman padi. Untuk mengatasi penyakit hawar daun bakteri pada padi umumnya menggunakan bakterisida kimiawi, agens hayati, kitosan dan penggunaan varietas tahan, tetapi penggunaan bakterisida kimiawi yang terus menerus dapat mencemari lingkungan. Pemanfaatan tanaman yang berpotensi sebagai baterisida ramah lingkungan seperti daun sirih dan lengkuas dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengendalian penyakit hawar daun bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara pengaruh jenis ekstrak dan frekuensi aplikasi terhadap komponen patosistem dan komponen pertumbuhan terhadap penyakit hawar daun bakteri pada padi. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama yaitu jenis perlakuan (P) yang terdiri dari aquadest (kontrol) (P0), ekstrak daun sirih (P1), dan ekstrak lengkuas (P2), dan faktor kedua adalah frekuensi aplikasi terdiri dari 1 kali/minggu (F1), 2 kali/minggu (F2), dan 3 kali/minggu (F3). Terdapat  9 kombinasi perlakuan dengan 3 kali ulangan, setiap petak percobaan terdiri dari 3 tanaman, sehingga jumlah keseluruhan sampel yang diamati pada penelitian sebanyak 81 unit percobaan. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak lengkuas merupakan perlakuan ekstrak terbaik dalam menekan penyakit hawar daun bakteri dibandingkan dengan ekstrak daun sirih dan kontrol, dengan keparahan penyakit paling rendah yaitu 46,46% dan efikasi 24%, ekstrak lengkuas memiliki pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat bulir, dan panjang akar pada tanaman padi.
IDENTIFIKASI DAN UJI VIRULENSI PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA PASCAPANEN BUAH CABAI Evan Purnama Ramdan; Inti Mulyo Arti; Risnawati Risnawati
Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture) Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Pertanian Presisi
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/jpp.2019.v3i1.1976

Abstract

Penanganan pascapanen adalah faktor penting untuk menjaga kehilangan makanan yang disebabkan oleh penurunan penyakit produk pascapanen. Anthracnose adalah penyakit penting pada pascapanen cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menguji tingkat virulensi dari antraknosa pada pascapanen cabai. Sampel buah cabai diambil dari pasar Pal Depok yang kemudian diisolasi untuk mendapatkan isolat jamur patogen. Patogen yang berhasil diisolasi kemudian dimurnikan untuk secara morfologis ditandai dari morfologi dan konidia. Setelah patogen diidentifikasi maka tingkat virulensi patogen dihitung dengan menghitung lesi yang muncul akibat infeksi apel patogen. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa penyebab antraknosa adalah C. acutatum dan C. gloeosporioides. Tingkat virulensi yang rendah (Hyvovirulence) adalah hasil dari kedua jamur. C. gloeosporioides memiliki kemampuan untuk menyebabkan lesi yang lebih besar (0.9333 cm) dibandingkan dengan C. acutatum (0.8667 cm).
Efikasi Ekstrak Sirih, Rimpang Lengkuas dan Kunyit terhadap Penekanan Pertumbuhan Xanthomonas oryzae Rini Laraswati; Umi Kulsum; Evan Purnama Ramdan
Daun: Jurnal Ilmiah Pertanian dan Kehutanan Vol 8 No 1 (2021): Daun: Jurnal Ilmiah Pertanian dan Kehutanan
Publisher : ​Institute for Researches and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/daun.v8i1.2245

Abstract

One of the important diseases in rice is the Bacterial Leaf Blight (HDB) or the so-called kresek disease caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae. This disease is one of the main diseases of rice in Indonesia. This is supported by agricultural conditions in hot and humid tropical areas so that disease development is more optimal. The purpose of this study was to determine the efficacy of betel leaf extract and some rhizomes in suppressing the growth of Xanthomonas oryzae pv. oryzae in-vitro scale. The research was conducted at the Center for Forecasting Plant Pest Organisms (BBPOPT), Karawang, West Java. The extracts of galangal, turmeric, and betel were prepared at concentrations of 10, 15, and 25%, the method used was a scatter plate by taking 10, 50, and 100 μL of Xoo isolate liquid, holding the petri dish to a bunsen fire, and spraying Xoo isolates liquid. into a petri dish containing PSA media + rhizome extract, the dispersing tool used is drigalski. The results of daily observations of rhizome extract antagonist testing on Xoo growth showed that the treatment of betel leaf extract with a concentration of 10%, 15%, and 25% had a high bacterial inhibitory value compared to other treatments with 100% inhibition, whereas in the control treatment (only PSA media) shows that it does not have bacterial inhibition, and the galangal rhizome extract treatment has the highest inhibitory power when compared to other treatments on 100 μL of Xoo bacterial suppression.
DETEKSI BAKTERI PATOGEN TERBAWA BENIH KEDELAI DENGAN METODE LIQUID ASSAY Qonitah Fauziyah; Evan Purnama Ramdan; Amyarsi Mustika Yukti
JURNAL AGRONIDA Vol. 8 No. 1 (2022): Jurnal Agronida
Publisher : Universitas Djuanda Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30997/jag.v8i1.4837

Abstract

Kedelai merupakan  salah satu komoditas pangan penting, sehingga perlu ditingkatkan produksinya. Diantara  upaya untuk meningkatkan produksi kedelai adalah melalui penggunaan benih bermutu,  tetapi keberadaan patogen tular benih sering menurunkan mutu benih. Patogen terbawa benih kedelai yang jarang dilaporkan antara lain adalah bakteri patogen, sehingga perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri terbawa benih kedelai secara morfologi dan fisiologi dengan metode liquid assay. Benih kedelai yang digunakan pada penelitian  adalah varietas Anjasmoro, Detam 4, dan Dering 1. Sebanyak 1000 butir benih dari masing-masing varietas dicuci dengan NaOCl 1% dan dibilas aquades steril. Masing-masing benih ditambah aquades steril dan dihancurkan menggunakan grinder. Ekstrak benih yang diperoleh diencerkan secara berseri dan dituang pada media Nutrient Agar. Koloni yang tumbuh dikelompokkan berdasarkan warna dan dihitung jumlah koloninya. Setiap koloni bakteri dimurnikan pada media selektif King’s B dan Yeast Dextrose Calcium Agar (YDCA). Karakterisasi fisiologi meliputi uji reaksi gram, uji katalase, uji fluoresen, uji oksidase, uji hidrolisis pati, dan uji aktivitas arginin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih kedelai varietas Anjasmoro memiliki jumlah populasi bakteri yang lebih banyak dibandingkan varietas lain. Bakteri yang berhasil diidentifikasi dari ketiga varietas benih adalah Pseudomonas sp., Pseudomonas glumae, dan Xanthomonas sp.
Identification, Pathogenesis and Virulence Test of Fungus Causes Postharvest Disease of Gedong Gincu Mango from Pal Market, Cimanggis, Depok Inti Mulyo Arti; Paranita Asnur; Ratih Kurniasih; Evan Purnama Ramdan
JURNAL PEMBELAJARAN DAN BIOLOGI NUKLEUS Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Pembelajaran Dan Biologi Nukleus Juli 2022
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Labuhanbatu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36987/jpbn.v8i2.2628

Abstract

Mango is a climacteric fruit that can increase in maturity after harvest. As a result, mangoes will rot more easily because they are infected with pathogens such as fungi. The objectives of the study were to identify, examine the pathogenicity, and virulence of the fungus that causes postharvest disease in mangoes. Sampling of mangoes was carried out at the Pal market, Cimanggis, Depok by selecting fruits that were indicated to be infected with post-harvest diseases. Symptoms that appear are then described visually. Isolation of the fungus was carried out from the part of the mango fruit on Potato Dextrose Agar (PDA) media, then it was identified morphologically both macroscopically and microscopically. The virulence test was carried out by inoculating the fungus at 4 inoculation points of mango fruit. The results showed that the symptoms that appeared were symptoms of anthracnose in the form of blackish brown, sunken, and widespread spots on the mango skin. The results of morphological identification showed that the associated fungus was Colletotrichum gloeosporiodes which was characterized by white fungal colonies and fast growth, while the condia were cylindrical in shape with rounded ends. Confirmation results with Koch's postulates showed that postharvest anthracnose in mangoes was caused by C. gloeosporiodes. Meanwhile, virulence testing showed that C. gloeosporiodes had moderate to high virulence levels with symptomatic lesions ranging from 2,50 to 5,85 cm.
Kemampuan Kolonisasi Cendawan Endofit dan Peningkatan Pertumbuhan Bibit Cabai Evan Purnama Ramdan; Efi Toding Tondok; Suryo Wiyono; Sri Hendrastuti Hidayat; Widodo Widodo
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 2 (2021): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.798 KB) | DOI: 10.30595/pspfs.v2i.175

Abstract

Endophytic fungi are fungi that live in healthy plant tissues without causing disease symptoms. Endophytic fungi in chili have been tested as both biocontrol agents and growth promoters, but their colonization has not been reported. Therefore, this study aimed to determine the level of colonization of endophytic fungi and its effect on the growth of chili seedlings. A total of 8 endophytic fungi were prepared at a density of 2.8 × 106 CFU mL-1. Then the endophytic fungus was inoculated 2 times, first by soaking the seeds, and secondly by watering the endophytic fungus suspension on chili seedlings aged 3 weeks after sowing. Endophytic fungi were re-isolated on chili seedlings that were 4 weeks old after sowing on the roots and stems to determine their colonization ability. Chili seeds were then maintained for up to 4 weeks after transplanting to observe their growth. The results showed that the endophytic fungal colonization ranged from 26-60% on the chili root, while at the base of the stem it was 20-40% with a different pattern of colonization distribution. In addition, endophytic fungus colonization was also able to increase the shoot height and root length of chili seedlings.
PERANAN SUHU DAN KELEMBABAN SELAMA PENYIMPANAN BENIH KEDELAI TERHADAP DAYA KECAMBAH DAN INFEKSI PATOGEN TULAR BENIH Evan Purnama Ramdan; Putri Irene Kanny; Edi Minaji Pribadi; Budiman Budiman
Jurnal Agrotek Tropika Vol 10, No 3 (2022): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 10, AGUSTUS 2022
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v10i3.5136

Abstract

Kerusakan benih selama penyimpanan dapat disebabkan oleh infeksi patogen tular benih. Akibatnya dapat terjadi penurunan daya kecambah maupun kematian bibit. Suhu dan kelembaban merupakan salah satu faktor penyebab kemunduran fisiologi benih selama penyimpanan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh suhu dan kelembaban selama penyimpanan terhadap daya kecambah dan cendawan patogen yang berasosiasi dengan benih kedelai. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Ranncangan Acak Lengkap yang terdiri dari 3 perlakuan, yaitu suhu dan kelembaban ruang (kontrol), suhu rendah, dan kelembaban rendah. Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali.  Benih kedelai disiapkan dengan membungkus 10 butir benih dengan kain kasa sejumlah perlakuan dan ulangan. Benih yang telah dibungkus kasa kemudian disimpan pada suhu dan kelembaban ruang, pada suhu dingin 4oC di refrigerator dan kelembaban rendah (30%) pada desikator yang ditambah silica gel. Setelah 3 minggu penyimpanan, benih kedelai ditumbuhkan dengan metode blotter test. Pada 7 hari setelah tanam, benih yang berkecambah dihitung daya kecambah dan daya infeksi cendawan patogen. Data yang diperoleh kemudian dianalisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Tukey sebagai pada taraf5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan suhu dan kelembaban dapat menjaga mutu benih dengan daya kecambah 96.67-100%. Perlakuan suhu dingin dan kelembaban rendah juga dapat menghindarkan benih kedelai dari infeksi Cladosporium sp. dan Rhizopus sp.