Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

KARAKTERISTIK FISIK DAGING SAPI HAS DALAM PADA PERENDAMAN BERBAGAI BAGIAN BUAH NANAS Arti, Inti Mulyo; Huda, Adinda Nurul; Pratama, Evan Yonda
FoodTech: Jurnal Teknologi Pangan Vol 2, No 2 (2019): Oktober (2019)
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jft.v2i2.40798

Abstract

The purpose of this study was to determine changes in physical characteristics in tenderloin beef due to soaking in various parts of pineapple with different soaking times. The portion of pineapple that is used includes the meat, middle weevil, bark and leaves. The treatment of beef has inside without soaking pineapple was stated as control. The measured variables are pH, weight and temperature of beef has in. Observations were carried out for 0, 10, 20, 30, 40, 50 to 60 minutes soaking. The results showed that beef has been deep for 60 minutes soaking with the juice of the pineapple fruit changes in pH, weight and temperature. The pH value of meat on soaking meat, tubers and pineapple leaves is relatively the same. The weight of pineapple flesh increases along with the immersion of the pineapple juice. The temperature of beef has decreased in except for soaking with tuber juice and pineapple meat.
Identifikasi Dan Uji Virulensi Penyakit Antraknosa Pada Pascapanen Buah Cabai Ramdan, Evan Purnama; Arti, Inti Mulyo; Risnawati, Risnawati
Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture) Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Pertanian Presisi
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/jpp.2019.v3i1.1859

Abstract

Postharvest handling is a crucial factor for maintaining food loss caused by decreasing postharvest products. Anthracnose is an important disease in postharvest chili, so this study aims to identify and test the level of virulence from anthracnose in postharvest chili. The chili fruit samples in this study were taken from Pal Depok market which were then isolated to obtain pathogenic fungi isolates. The pathogens that were successfully isolated were then purified to be morphologically characterized from both morphology and conidia. After the pathogen has been identified then the level of virulence of the pathogen is calculated by calculating the lesions that arise due to pathogenic infections in apples. The results of the identification showed that the causes of anthracnose in chili fruit were C. acutatum and C. gloeosporioides. Although, the two fungi had a low virulence level, C. gloeosporioides had the ability to cause larger lesions (0.9333 cm) compared to C. acutatum (0.8667 cm).
Evaluasi Viabilitas dan Patogen Terbawa Benih Jagung pada Perlakuan Fisik dan Kimia Ramdan, Evan Purnama; Arti, Inti Mulyo; Risnawati, Risnawati
Berkala Penelitian Agronomi Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/bpa.v8i2.14900

Abstract

Benih merupakan salah satu bahan tanam penting dalam teknologi produksi pertanian.Oleh karena itu kualitas benih secara genetik, fisiologik, dan fisik perlu diperhatikan secara seksama. Kualitas benih dapat dilihat dari viabilitas benih untuk tumbuh normal menjadi individu tanaman baru. Penelitian bertujuan mengevaluasi viabilitas dan patogen yang menginfeksi benih jagung dengan perlakuan fisik dan kimia. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap non faktorial yang terdiri dari 10 perlakuan meliputi 1) perlakuan fisik dengan cara dipanaskan dengan pada suhu 40 oC microwave selama 10, 20, 30, 40 detik dan tanpa pemanasan sebagai kontrol, 2) perlakuan kimia dengan cara perendaman benih pada fungisida berbahan aktif difenokonazol selama 15 menit pada konsentrasi 0,5%, 1%, 2%, 3%, dan perendaman dengan aquades sebagai kontrol. Benih yang telah diberi perlakuan ditanam menggunakan teknik growing on test. Kemudian diinkubasi selama satu minggu. Daya kecambah dan pertumbuhan patogen diamati pada akhir inkubasi. Patogen yang menginfeksi kemudian diidentifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan fisik menunjukkan viabilitas benih paling baik (100%) dibandingkan perlakuan kimia. Pengaruh perlakuan kimia difenokonazol dengan konsentrasi 3% menurunkan daya infeksi patogen tular benih sebesar 82% dibandingkan dengan kontrol. Patogen yang teridentifikasi terbawa benih jagung yaitu Aspergillus sp., Fusarium sp. dan Rhizofus sp. Kata Kunci : Aspergillus, Fusarium, mutu benih, perlakuan benih, Rhizofus sp.
PERUBAHAN MUTU FISIK PISANG CAVENDISH SELAMA PENYIMPANAN DINGIN PADA KEMASAN PLASTIK PERFORASI DAN NON-FORASI Arti, Inti Mulyo; Miska, Moch. Ega Elman
UG Journal Vol 14, No 11 (2020)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Produk holtikultura buah pisang Cavendish memerlukan perlakuan penyimpanan dan pengemasan yang baik dan tepat hingga sampai ke tangan konsumen. Pisang lebih banyak dijual segar dan memiliki sifar perishable atau mudah rusak, sehingga sangat penting memberikan perlakuan yang tepat untuk mempertahankan mutu buah pisang. Plastik dapat menghambat permeabilitas oksigen, mengendalikan laju respirasi dan transpirasi pada buah pisang dan memperpanjang umur simpan. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan mutu secara fisik pisang Cavendish yang dikemas dalam plastik perforasi dan non-forasi pada susut bobot, tingkat kecerahan, derajat kemerahan dan derajat kekuningan pada pisang Cavendish dibandingkan dengan control tanpa kemasan. Hasil penelitian menunjukan plastik non-forasi mampu mempertahankan bobot buah pisang dengan peningkatan nilai susut bobot terendah pada hari ke tujuh namun memberikan dampak kebusukan pada bagian ujung buah. Perubahan bertahap pada kenampakan fisik, tingkat kecerahan, derajat kemerahan dan derajat kekuningan tanpa perubahan yang drastis terdapat pada pisang Cavendish yang disimpan dalam plastik perforasi selama penyimpanan dingin.
Pendugaan Umur Simpan Kerupuk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Panggang dalam Kemasan Plastik Metalik dan Polipropilen Diah Ikasari; Theresia Dwi Suryaningrum; Inti Mulyo Arti; Supriyadi Supriyadi
Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Vol 12, No 1 (2017): Juni 2017
Publisher : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jpbkp.v12i1.342

Abstract

AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah menentukan umur simpan kerupuk ikan lele dumbo panggang menggunakan pendekatan model kadar air kritis dengan 2 jenis kemasan yakni plastik metalik dan polipropilen. Kerupuk ikan ditentukan kadar air awal, kadar air kritis, kadar air kesetimbangan beserta nilai aktifitas air untuk dapat dimasukkan dalam persamaan Labuza. Permeabilitas, ketebalan, dan luas kemasan juga dianalisis sebagai variabel pendukung yang digunakan dalam persamaan Labuza. Titik kritis ditentukan berdasarkan hasil uji skor yang dilakukan oleh 21 panelis terlatih terhadap nilai kerenyahan produk kerupuk hingga produk dinyatakan tidak renyah (skor 2). Hasil perhitungan pendugaan umur simpan berdasarkan persamaan Labuza menunjukkan bahwa kerupuk ikan lele dumbo panggang dengan kemasan plastik metalik memiliki umur simpan yang lebih lama (329 hari) dibandingkan dengan plastik polipropilen (231 hari). Shelf Life Determination of Roasted Catfish Crackers Stored with Metallic and Polypropylene PackagingAbstractStudy aimed to determine the shelf life of roasted catfish crackers using critical moisture content model packed with two plastic packaging, namely metalized plastic and polypropilen plastic. The crackers were determined for their initial moisture content, critical moisture content, equilibrium moisture content, and water activity to be included in the Labuza equation. Permeability, thickness, and area of packaging were also analyzed as additional variable needed by Labuza equation. The critical point was determined based on the scoring test result conducted by 21 welltrained panelists for the crispness value of roasted catfish crackers until the crackers were scored not crispy. Result of the shelf life calculation using Labuza equation showed that the shelf life of roasted catfish crackers packed with metalized plastic was longer (329 days) compared to the one that packed with polypropilen plastic (231 days).
OPTIMASI PEMUPUKAN PADA PERKECAMBAHAN BENIH KACANG PANJANG UNGU (Vigna sinesis L. var Fagiola IPB) Adinda Nurul Huda Manurung; Inti Mulyo Arti
Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture) Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Pertanian Presisi
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/jpp.2018.v2i2.2513

Abstract

Kacang Panjang merupakan salah satu sayuran unggulan Indonesia. Kacang panjang banyak mengandung vitamin A, B dan C, terutama dalam polong muda. Biji kacang panjang juga banyak mengandung protein, lemak, dan karbohidrat. Kacang panjang berpolong ungu adalah salah satu varietas kacang panjang baru. Penelitian tentang biji kacang panjang ungu belum banyak dilakukan. Informasi tentang perkecambahan biji kacang panjang ungu masih sangat terbatas. Salah satu hal penting dalam perkecambahan adalah pemupukan yang optimal. Optimalnya ketersediaan hara akan mempercepat pertumbuhan tanaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dosis pemupukan terbaik untuk perkecambahan kacang panjang berpolong ungu. Penelitian ini dilakukan di Kampus F6 Universitas Gunadarma yang berlokasi di Depok (± 115 m di atas permukaan laut) pada Oktober 2018. Perlakuan dilakukan dalam Rancangan Acak Lengkap dengan sepuluh ulangan. Perlakuannya adalah dosis pemupukan AB Mix, yaitu 1.25 g/L (P1), 2.5 g/L (P2), 3.75 g/L (P3) dan 5 g/L (P4). Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis pemupukan AB Mix berpengaruh nyata terhadap tinggi kecambah (cm) pada 9 dan 11 HST, luas daun (cm2) dan bobot segar kecambah (g). Dosis pemupukan terbaik AB Mix untuk perkecambahan benih kacang panjang ungu adalah 4.05 g/L. 
RESPON PERTUMBUHAN SELADA (Lactuca sativa L.) DENGAN BERBAGAI MEDIA TANAM PADA SISTEM BUDIDAYA AKUAPONIK Moh. Ega Elman Miska; Inti Mulyo Arti
Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture) Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Pertanian Presisi
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/jpp.2020.v4i1.2815

Abstract

Ketersediaan lahan pertanian diperkotaan sangat terbatas sehingga memberikan dampak pada mahalnya harga pangan utamanya komoditas hortikultura dan hewan. Teknik budidaya sistem akuaponik menjadi alternatif bagi pertanian perkotaan. Sistem akuaponik tidak membutuhkan lahan yang luas dan tanpa tanah. Tujuan penelitian ini adalah bertujuan untuk  mengetahui respon pertumbuhan selada pada berbagai media tanam dan menetapkan media tanam terbaik dalam menurunkan konsentrasi karbon organik total dan ammonia dalam mendukung pertumbuhan selada yang optimal. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor yaitu media tanam yang terdiri dari 4 taraf, yaitu: batu apung tunggal, batu apung dan cocopeat perbandingan 3:1, batu apung dan cocopeat 1:3, dan cocopeat tunggal. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan selada dipengaruhi perlakuan media tanam tunggal (batu apung) pada parameter tinggi tanaman dan luas daun. Parameter panjang akar dipengaruhi perlakuan media campur (batu apung dan cocopeat dengan perbandingan 3:1). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh perlakuan media tanam campuran (batu apung dan cocopeat), yaitu pada parameter panjang ikan (perbandingan 1:3) dan kualitas air (KOT) (perbandingan 3:1). Media tanam terbaik untuk menurunkan konsentrasi amonia dan karbon organik total dalah media campuran antara batu apung dan cocopeat, baik dengan perbandingan 1:3 (menurunkan konsentrasi ammonia) dan 3:1 (menurunkan konsentrasi Karbon Organik Total). 
PERKECAMBAHAN KACANG PANJANG UNGU PADA BERBAGAI MEDIA YANG BERBEDA Adinda Nurul Huda Manurung; Inti Mulyo Arti
Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture) Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Pertanian Presisi
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/jpp.2019.v3i1.1974

Abstract

Indonesia adalah salah satu pusat penanaman kacang panjang yang memiliki keragaman genetik yang luas. Kacang panjang ungu adalah salah satu varietas kacang panjang baru. Penelitian tentang biji kacang panjang ungu belum banyak dilakukan. Informasi tentang perkecambahan biji kacang panjang ungu masih sangat terbatas. Salah satu hal penting dalam perkecambahan adalah pemilihan media yang tepat. Media perkecambahan memainkan peran penting dalam membantu mempercepat perkecambahan benih dan setiap jenis tanaman benih memiliki kecenderungan berbeda tentang media yang cocok untuk perkecambahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan media perkecambahan terbaik untuk kacang panjang ungu. Penelitian ini dilakukan di Kampus F6 Universitas Gunadarma yang berlokasi di Depok (± 115 m di atas permukaan laut) pada Januari 2019. Perlakuan dilakukan dalam Rancangan Acak Lengkap dengan sepuluh ulangan. Perlakuannya adalah media perkecambahan, yaitu pupuk organik (M1), pasir (M2), dan pupuk organik: pasir (1: 1) (M3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa media perkecambahan berpengaruh nyata terhadap tinggi kecambah, jumlah daun, luas daun, panjang akar, dan kecambah bobot segar. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pupuk organik adalah media terbaik untuk perkecambahan biji panjang ungu.
PENGARUH LARUTAN GARAM DAN KUNYIT PADA BERAT DAN TOTAL PADATAN TERLARUT BUAH TOMAT (Solanum lycopersicum L.) Inti Mulyo Arti; Evan Purnama Ramdhan; Adinda Nurul Huda Manurung
Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture) Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Pertanian Presisi
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/jpp.2020.v4i1.2820

Abstract

Buah tomat memiliki manfaat yang besar pada masyarakat baik digunakan sebagai tambahan dalam pembuatan sayur maupun dikonsumsi segar sebagai buah. Buah tomat tergolong dalam buah klimaterik dan perishable yang mudah mengalami kerusakan mutu. Penanganan yang baik pascapanen dapat mempertahankan mutu dan memperpanjang umur simpan buah tomat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pencucian dengan larutan garam dan/atau kunyit pada susut bobot dan total padatan terlarut pada buah tomat yang disimpan selama 5 hari. Hasil menunjukkan bahwa pencucian dengan perlakuan larutan garam dan/atau kunyit tidak berpengaruh nyata pada susut bobot dan total padatan terlarut buah tomat yang disimpan selama 5 hari. Pada perlakuan penyimpanan hari ke 5, buah tomat kontrol mengalami penambahan bobot dan mengalami kebusukan. Susut bobot tertinggi pada hari ke 5 adalah buah tomat dengan nilai perlakuan larutan garam 10% (b/v). Perlakuan larutan garam 10% (b/v) dan kunyit 10% (b/v) memiliki susut bobot yang rendah dengan kondisi masih segar sehingga cukup baik untuk diberikan pada tahap pencucian buah tomat pascapanen.
IDENTIFIKASI DAN UJI VIRULENSI PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA PASCAPANEN BUAH CABAI Evan Purnama Ramdan; Inti Mulyo Arti; Risnawati Risnawati
Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture) Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Pertanian Presisi
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35760/jpp.2019.v3i1.1976

Abstract

Penanganan pascapanen adalah faktor penting untuk menjaga kehilangan makanan yang disebabkan oleh penurunan penyakit produk pascapanen. Anthracnose adalah penyakit penting pada pascapanen cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menguji tingkat virulensi dari antraknosa pada pascapanen cabai. Sampel buah cabai diambil dari pasar Pal Depok yang kemudian diisolasi untuk mendapatkan isolat jamur patogen. Patogen yang berhasil diisolasi kemudian dimurnikan untuk secara morfologis ditandai dari morfologi dan konidia. Setelah patogen diidentifikasi maka tingkat virulensi patogen dihitung dengan menghitung lesi yang muncul akibat infeksi apel patogen. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa penyebab antraknosa adalah C. acutatum dan C. gloeosporioides. Tingkat virulensi yang rendah (Hyvovirulence) adalah hasil dari kedua jamur. C. gloeosporioides memiliki kemampuan untuk menyebabkan lesi yang lebih besar (0.9333 cm) dibandingkan dengan C. acutatum (0.8667 cm).