Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Persepsi Ujaran Dalam Konteks Psikolinguistik Irham Irham
Guiding World : Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 2 No 1 (2019): Guiding World : Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/gw.v2i1.272

Abstract

Berbahasa itu adalah proses menyampaikan makna oleh penutur kepada pendengar melalui satu atau serangkaian ujaran. Ujaran adalah suara murni (tuturan), langsung dari sosok yang berbicara. Jadi ujaran dapat berupa kata, kalimat, atau gagasan, yang keluar dari mulut manusia yang mempunyai arti. Proses pengujaran adalah sebuah perwujudan dari proses artikulasi dan kemudian terkonsep dalam otak manusia secara sempurna. Persepsi ujaran adalah proses di mana sebuah ujaran ditafsirkan. Persepsi ujaran melibatkan tiga proses yang meliputi, pendengaran, penafsiran dan pemahaman terhadap semua suara yang dihasilkan oleh penutur. Kombinasi fitur-fitur tersebut (secara runtut) adalah fungsi utama persepsi ujaran. Persepsi ujaran menggabungkan tidak hanya fonologi dan fonetik dari tuturan yang akan dirasakan, tetapi juga aspek sintakmatik dan semantik dari pesan lisan tersebut. Dalam artikel ini akan diuraikan mengenai persepsi terhadap ujaran dalam konteks psikolinguistik; bagaimana proses atau tahapan dari suatu persepsi terhadap suatu ujaran itu terjadi, apa saja faktor yang mempengaruhi sebuah persepsi ujaran itu terbentuk, beberapa model persepsi ujaran, dan persepsi ujaran dalam konteks psikolinguistik.
ANALISIS NGGAHI NCEMBA DALAM MASYARAKAT BIMA DI KECAMATAN SAPE KABUPATEN BIMA Irham Irham
Guiding World : Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 2 No 2 (2019): Guiding World : Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/gw.v2i2.273

Abstract

Nggahi Ncemba merupakan salah satu jenis sastra lisan (folklor) yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Bima di Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Sebagai bagian dari tradisi, Nggahi Ncemba kiranya perlu mendapatkan perhatian dari masyarakat penggunanya, maupun pemerintah. Yaitu, dengan cara meningkatkan apresiasi terhadap tradisi tersebut, seperti melakukan inventarisasi dan menganalisisnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya pelestarian terhadap budaya lokal yang merupakan bagian dari kekayaan budaya nasional, sehingga generasi yang akan datang dapat mengenalnya. Selain itu, upaya seperti ini dilakukan untuk membentengi terjadinya akulturasi budaya tradisional. Maka penelitian yang dilakukan ini adalah bagian dari bentuk apresiasi penulis terhadap budaya tradisional dalam rangka inventarisasi, melestarikan, dan untuk menganalisis bentuk, fungsi dan nilai/makna yang terkandung dalam Nggahi Ncemba tersebut pada masyarakat penggunanya, yaitu masyarakat Bima di Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang menggambarkan suatu masalah dengan uraian kata-kata serta dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat Bima yang tinggal di Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah perwakilan masyarakat Kecamatan Sape yang diambil secara acak dari tiap-tiap desa yang berjumlah 17 desa (masing-masing dua orang tiap desa). Cara menentukannya adalah dengan menggunakan teknik acak atau random sampling, sehingga jumlah responden/informan yang dikenai sampel sebanyak 34 orang. Objek Penelitiannya adalah bentuk, fungsi dan nilai yang terkandung dalam Nggahi Ncemba. Data dalam penelitian ini adalah bentuk, fungsi dan nilai yang terkandung dalam Nggahi Ncemba. Metode pengumpulan data, yaitu metode observasi, wawancara, rekaman, transkripsi/terjemahan, dan dokumenter. Sedangkan metode analisis data adalah identifikasi, klasifikasi dan interpretasi. Berdasarkan metode yang digunakan, maka dalam pembahasan penelitian ini penulis menguraikan data yang diperoleh di lapangan dengan mengklasifikasikan, menginterpretasikan dan menganalisisnya. Data yang diperoleh sebanyak 50 Nggahi Ncemba yang diklasifikasikan ke dalam empat bentuk, yaitu pepatah, perumpamaan, pemeo atau pribahasa. Sedangkan fungsi dan nilai yang terkandung dalam Nggahi Ncemba, yaitu religi, pendidikan, moral, sosial, dan ekonomi.
Belajar Bahasa Dan Strategi Pembelajaran Bahasa Pada Peserta Didik Tingkat Sekolah Menengah Pertama Irham -
Guiding World : Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 3 No 1 (2020): Guiding World : Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/gw.v3i1.450

Abstract

Alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa lambang bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia disebut bahasa. Bahasa harus dipelajari, tidak ada seorang manusia di kehidupan dunia ini yang baru lahir langsung bisa berbahasa tertentu. Untuk mempelajari suatu bahasa mesti melalui proses yang relatif terus-menerus dijalani dari berbagai pengalaman. Pengalaman inilah yang membuahkan hasil yang disebut belajar. Belajar bahasa tentu memerlukan strategi atau rencana yang cermat agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang baik. Biasanya yang berkaitan dengan belajar bahasa adalah guru dan peserta didik, dalam hal ini peserta didik tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Salah satu unsur dalam strategi pembelajaran bahasa adalah menguasai teknik-teknik penyajian atau metode mengajar. Pembelajaran akan berlangsung dengan efektif dan efisien apabila didukung dengan kemahiran guru mengatur strategi pembelajaran. Cara guru mengatur strategi pembelajaran sangat berpengaruh terhadap cara peserta didik dalam belajar
Relasi Kekerabatan Antarbahasa Sasak-Sumbawa-Bima Ditinjau Dari Letak Geografisnya Irham -
Guiding World : Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 3 No 2 (2020): Guiding World : Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/gw.v3i2.454

Abstract

Ilmu bahasa yang menyelidiki dan mengkaji secara ilmiah disebut ilmu linguistik. Ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya. Ilmu linguistik dapat mempelajari bahasa secara sinkronis dan diakronis. Studi sinkronis ini bersifat deskriptif, karena linguistik hanya mencoba memberikan gambaran keadaan bahasa menurut apa adanya pada kurun waktu yang terbatas. Secara diakronis, artinya mempelajari bahasa dengan pelbagai aspeknya dan perkembangannya dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan bahasa itu. Studi bahasa secara diakronis ini disebut linguistik historis komparatif. Linguistik historis komparatif merupakan cabang linguistik yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi pada kurun waktu tertentu serta menyelidiki perbandingan suatu bahasa dengan bahasa lain. Penelitian linguistik historis komparatif (LHK) terhadap bahasa-bahasa di wilayah geografis Nusa Tenggara, yang meliputi Bali, NTB, dan NTT telah dilakukan oleh para ahli. Terbukti sejumlah karya tulis berupa disertasi yang menelaah sejarah bahasa-bahasa sekerabat di wilayah tersebut telah dilakukan oleh para ahli. Penelitian bahasa-bahasa di wilayah geografis NTB yang telah ada pada umumnya masih bersifat sendiri-sendiri atau hanya meneliti pada satu bahasa saja atau bahasa-bahasa yang berkerabat saja, sedangkan penelitian ke arah perbandingan bahasa yang tidak berkerabat namun masih dalam satu wilayah geografis masih belum dilakukan secara komprehensif. Berkaitan dengan masalah tersebut, artikel ini akan membahas tentang: ”Relasi Kekerabatan Antarbahasa Sasak-Sumbawa-Bima Ditinjau dari Letak Geografisnya”.
Analisis Variasi Pembentukan Verba Dalam Bahasa Bima Dan Kontribusinya Bagi Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Irham Irham
Guiding World : Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 4 No 1 (2021): GUIDING WORLD ( JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING )
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/gw.v4i1.484

Abstract

Bahasa Bima (Nggahi Mbojo) merupakan bahasa penutur penduduk asli Bima yang menggunakan simbol-simbol sosial berdasarkan stratifikasi sosial dan tingkatan umur. Sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, Nggahi Mbojo digunakan sebagai media dalam interaksi sosial, bahasa transaksi dalam dunia perdagangan, maupun bahasa yang digunakan dalam kegiatan sosial-budaya. Sistem dan kaidah pembentukan variasi verba dalam bahasa Bima tidak banyak berbeda dengan pembentukan variasi verba dalam bahasa daerah lainnya atau dalam bahasa Indonesia, tetapi dalam penggunaannya terdapat perbedaan. Perbedaan ini ditinjau dari pemakaian ragam bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa Bima berdasarkan kelas sosialnya dan tingkatan usia sehingga berpengaruh pula pada makna, perilaku, dan bentuk verba dalam kalimat yang diujarkannya. Ditinjau dari segi penggunaannya, bahasa Bima (Nggahi Mbojo) digunakan oleh masyarakat penuturnya berdasarkan ragam bahasa, yaitu: 1) ragam bahasa tinggi (nggahi mangame), yaitu ragam bahasa halus, yang digunakan oleh kelas sosial tertentu kepada kelas sosial lainnya yang lebih tinggi dan tingkatan usia yang lebih muda kepada tingkatan usia yang lebih tua atau dituakan; 2) ragam bahasa rendah (nggahi nginakai), yaitu ragam bahasa sehari-hari, yang digunakan tanpa mengindahkan variasi pilihan kata yang halus, terutama penggunaan variasi kata kerja; dan 3) campur kode, yaitu percampuran ragam bahasa tinggi dan ragam bahasa rendah dalam satu tuturan. Variasi pembentukan verba dalam bahasa Bima berdasarkan pemakaian ragam bahasa Bima dan pendistribusiannya dalam konteks kalimat yang tepat. Pemakaian ragam bahasa Bima yang mengandung variasi pembentukan verba itu terbentuk berdasarkan faktor-faktor: 1) kelas sosial penutur, 2) usia penutur, 3) usia lawan bicara, 4) situasi pembicaraan, 5) tujuan berbicara, dan 6) bahan pembicaraan
Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Konsep Diri Remaja Di Desa Punti Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima Nursidah Nursidah; Faijin Faijin; Irham Irham
Guiding World : Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 4 No 2 (2021): GUIDING WORLD ( JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING )
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/gw.v4i2.617

Abstract

Seseorang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau menyalahkan orang lain. Sedangkan, Remaja yang memiliki konsep diri positif akan mampu menghadapi tuntutan dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Sebaliknya remaja yang memiliki konsep diri negatif kurang mempunyai keyakinan diri, merasa kurang yakin dengan kepuasannya sendiri dan cenderung mengandalkan opini dari orang lain dalam memutuskan sesuatu. Ketika bermasyarakat tidak jarang remaja yang memiliki konsep diri negatif cenderung ragu dalam bertindak. Mereka kurang percaya diri sehingga mengandalkan opini dari orang lain seperti dalam pertemanan, mereka cenderung lebih percaya diri jika melakukan sesuatu berdasarkan pendapat teman-teman sebayanya. Padahal tidak selalu pendapat mereka menuju hal positif kadang juga negatif. Untuk itu pertemanan sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian anak pada masa remaja, seperti pembentukan sikap religius di kalangan remaja. Karena ketika anak-anak memasuki masa remaja perubahan hakikat persahabatan juga terjadi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan konformitas teman sebaya dengan konsep diri remaja di Desa Punti Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui ada atau sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada variabel lain. Untuk mengetahui taraf hubungan antara variabel X dengan variabel Y maka dihitung dengan koefisien korelasi (r) dengan rumus product moment. Berdasarkan hasil penelitian, untuk taraf nyata = 5%, maka dengan dk = 10, dari distribusi r didapat hasil uji statistika product moment, rtabel = 0.632. Jika dibandingkan dengan rhitung = 0,037danrtabel = 0.632maka rhitunglebih kecil dari rtabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan konformitas teman sebaya dengan konsep diri pada remaja di Desa Punti Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima (Ha ditolak).
ANALISIS NGGAHI NCEMBA DALAM MASYARAKAT BIMA DI KECAMATAN SAPE KABUPATEN BIMA Irham Irham; Arifuddin Arifuddin
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 4 No 1 (2021): EDU SOCIATA (Jurnal Pendidikan Sosiologi)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v4i1.493

Abstract

Nggahi Ncemba merupakan salah satu jenis sastra lisan (folklor) yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat Bima di Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Sebagai bagian dari tradisi, Nggahi Ncemba kiranya perlu mendapatkan perhatian dari masyarakat penggunanya, maupun pemerintah. Yaitu, dengan cara meningkatkan apresiasi terhadap tradisi tersebut, seperti melakukan inventarisasi dan menganalisisnya. Hal ini dilakukan sebagai upaya pelestarian terhadap budaya lokal yang merupakan bagian dari kekayaan budaya nasional, sehingga generasi yang akan datang dapat mengenalnya. Selain itu, upaya seperti ini dilakukan untuk membentengi terjadinya akulturasi budaya tradisional. Maka penelitian yang dilakukan ini adalah bagian dari bentuk apresiasi penulis terhadap budaya tradisional dalam rangka inventarisasi, melestarikan, dan untuk menganalisis bentuk, fungsi dan nilai/makna yang terkandung dalam Nggahi Ncemba tersebut pada masyarakat penggunanya, yaitu masyarakat Bima di Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah metode yang menggambarkan suatu masalah dengan uraian kata-kata serta dipisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Sumber data dalam penelitian ini adalah masyarakat Bima yang tinggal di Kecamatan Sape Kabupaten Bima. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah perwakilan masyarakat Kecamatan Sape yang diambil secara acak dari tiap-tiap desa yang berjumlah 17 desa (masing-masing dua orang tiap desa). Cara menentukannya adalah dengan menggunakan teknik acak atau random sampling, sehingga jumlah responden/informan yang dikenai sampel sebanyak 34 orang. Objek Penelitiannya adalah bentuk, fungsi dan nilai yang terkandung dalam Nggahi Ncemba. Data dalam penelitian ini adalah bentuk, fungsi dan nilai yang terkandung dalam Nggahi Ncemba. Metode pengumpulan data, yaitu metode observasi, wawancara, rekaman, transkripsi/terjemahan, dan dokumenter. Sedangkan metode analisis data adalah identifikasi, klasifikasi dan interpretasi. Berdasarkan metode yang digunakan, maka dalam pembahasan penelitian ini penulis menguraikan data yang diperoleh di lapangan dengan mengklasifikasikan, menginterpretasikan dan menganalisisnya. Data yang diperoleh sebanyak 50 Nggahi Ncemba yang diklasifikasikan ke dalam empat bentuk, yaitu pepatah, perumpamaan, pemeo atau pribahasa. Sedangkan fungsi dan nilai yang terkandung dalam Nggahi Ncemba, yaitu religi, pendidikan, moral, sosial, dan ekonomi.
RELASI KEKERABATAN ANTAR BAHASA SASAK-SUMBAWA-BIMA DITINJAU DARI LETAK GEOGRAFISNYA Arifuddin Arifuddin; Irham Irham
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 4 No 2 (2021): EDU SOCIATA (Jurnal Pendidikan Sosiologi)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v4i2.655

Abstract

Ilmu bahasa yang menyelidiki dan mengkaji secara ilmiah disebut ilmu linguistik. Ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya. Ilmu linguistik dapat mempelajari bahasa secara sinkronis dan diakronis. Studi sinkronis ini bersifat deskriptif, karena linguistik hanya mencoba memberikan gambaran keadaan bahasa menurut apa adanya pada kurun waktu yang terbatas. Secara diakronis, artinya mempelajari bahasa dengan pelbagai aspeknya dan perkembangannya dari waktu ke waktu sepanjang kehidupan bahasa itu. Studi bahasa secara diakronis ini disebut linguistik historis komparatif. Linguistik historis komparatif merupakan cabang linguistik yang mempersoalkan bahasa dalam bidang waktu serta perubahan-perubahan unsur bahasa yang terjadi pada kurun waktu tertentu serta menyelidiki perbandingan suatu bahasa dengan bahasa lain. Penelitian linguistik historis komparatif (LHK) terhadap bahasa-bahasa di wilayah geografis Nusa Tenggara, yang meliputi Bali, NTB, dan NTT telah dilakukan oleh para ahli. Terbukti sejumlah karya tulis berupa disertasi yang menelaah sejarah bahasa-bahasa sekerabat di wilayah tersebut telah dilakukan oleh para ahli. Penelitian bahasa-bahasa di wilayah geografis NTB yang telah ada pada umumnya masih bersifat sendiri-sendiri atau hanya meneliti pada satu bahasa saja atau bahasa-bahasa yang berkerabat saja, sedangkan penelitian ke arah perbandingan bahasa yang tidak berkerabat namun masih dalam satu wilayah geografis masih belum dilakukan secara komprehensif. Berkaitan dengan masalah tersebut, artikel ini akan membahas tentang: ”Relasi Kekerabatan Antarbahasa Sasak-Sumbawa-Bima Ditinjau dari Letak Geografisnya”.
Hubungan Antara Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kepercayaan Diri Remaja di SMKN 3 Kota Bima Yuli R; Sarbudin Sarbudin; Irham Irham; Faijin Faijin
Guiding World : Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 5 No 1 (2022): GUIDING WORLD ( JURNAL BIMBINGAN DAN KONSELING )
Publisher : Program Studi Bimbingan dan Konseling

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/gw.v5i1.713

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya keterkaitan interaksi peserta didik dengan teman sebayanya. Peserta didik jurusan tata boga yang jarang bergaul dan berinteraksi dengan temannya cenderung minder serta malu untuk berbicara karena tidak terbiasa melakukan interaksi dengan teman sebaya, sehinga terlihat seperti kurang kepercayaan diri untuk bersosial dengan teman sebayanya. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kepercayaan diri pada remaja di smkn 3 kota bima tahun pelajaran 2021/2022. Rancangan penelitian adalah penelitian kuantitatif korelasional, sebab penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh antara dua variabel. Kedua variabel yang dimaksud adalah interaksi sosial teman sebaya bertindak sebagai variabel bebas (X) dan kepercayaan diri peserta didik bertindak sebagai variabel terikat (Y). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini ada di beberapa jurusan di SMKN 3 Kota Bima Tahun Pelajaran 2021 yang berjumlah -100 orang peserta didik, Adapun sampel dalam penelitian ini 20 % dari populasi yaitu sebanyak 17 peserta didik. Cara pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket. Analisis data dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan percaya diri pada remaja di SMKN 3 Kota Bima tahun pelajaran 2021/2022, maka penulis dapat simpulkan bahwa: interaksi sosial teman sebaya dengan percaya diri pada remaja memiliki hubungan yang erat sebesar 6.059 dengan percaya diri pada remaja, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Yang berarti hipotesis alternatif (Ha diterima).
PERSEPSI UJARAN DALAM KONTEKS PSIKOLINGUISTIK Arifuddin Arifuddin; Irham Irham
Edu Sociata : Jurnal Pendidikan Sosiologi Vol 5 No 1 (2022): Edusociata (Jurnal Pendidikan Sosiologi)
Publisher : Program Studi Pendidikan Sosiologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33627/es.v5i1.737

Abstract

Berbahasa itu adalah proses menyampaikan makna oleh penutur kepada pendengar melalui satu atau serangkaian ujaran. Ujaran adalah suara murni (tuturan), langsung dari sosok yang berbicara. Jadi ujaran dapat berupa kata, kalimat, atau gagasan, yang keluar dari mulut manusia yang mempunyai arti. Proses pengujaran adalah sebuah perwujudan dari proses artikulasi dan kemudian terkonsep dalam otak manusia secara sempurna. Persepsi ujaran adalah proses di mana sebuah ujaran ditafsirkan. Persepsi ujaran melibatkan tiga proses yang meliputi, pendengaran, penafsiran dan pemahaman terhadap semua suara yang dihasilkan oleh penutur. Kombinasi fitur-fitur tersebut (secara runtut) adalah fungsi utama persepsi ujaran. Persepsi ujaran menggabungkan tidak hanya fonologi dan fonetik dari tuturan yang akan dirasakan, tetapi juga aspek sintakmatik dan semantik dari pesan lisan tersebut. Dalam artikel ini akan diuraikan mengenai persepsi terhadap ujaran dalam konteks psikolinguistik; bagaimana proses atau tahapan dari suatu persepsi terhadap suatu ujaran itu terjadi, apa saja faktor yang mempengaruhi sebuah persepsi ujaran itu terbentuk, beberapa model persepsi ujaran, dan persepsi ujaran dalam konteks psikolinguistik.