Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

CONTROL AND EMOTIONAL REACTIVITY LEVELS: WHICH ONE, POSITIVE OR NEGATIVE EMOTIONAL REACTIVITY, LINKS WITH EFFORTFUL CONTROL? Hurriyati, Evi Afifah; fitriana, Efi; Cahyadi, Surya; Srisayekti, Wilis
Humaniora Vol 11, No 1 (2020): Humaniora (In Press)
Publisher : Bina Nusantara University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21512/humaniora.v11i1.6188

Abstract

The research investigated the relationship between effortful control and emotional reactivity in students. It also analyzed the description of each variable descriptively based on the levels of effortful control and the level of emotional reactivity. The method was by self-report through questionnaires distributed to students aged 18-30 years. There were 357 participants that were consisting of 94 male students and 263 female students. The measuring instrument was the Effortful Control from the Adult Temperament Scale Questionnaire (ATQ) Scale-Short form, and the Perth Emotional Reactivity Scale-Short Form scale. The result shows that there is a positive significant relationship between effortful control and positive emotional reactivity. However, the research shows that there is a negatively significant relationship between effortful control and negative emotional reactivity. It states that students with high levels of effortful control have high positive emotional reactivity. Likewise, students who have low levels of effortful have low positive emotional reactivity. However, individuals who have a high level of effortful control have low negative emotional reactivity and vice versa.   
Binge Eating Hubungannya Dengan Gaya Makan, BMI dan Food Addiction Kusbiantari, Dyah; Fitriana, Efi; Hinduan, Zahrotur Rusyda; Srisayekti, Wilis
MEDIA KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Vol 19, No 4 (2020): MKMI
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/mkmi.19.4.267-271

Abstract

ABSTRAKLatar belakang: Binge eating semakin meningkat populasinya dan banyak studi telah dilakukan di berbagai negara, namun di Indonesia penelitian binge eating belum banyak ditemukan. Binge eating juga berkaitan dengan gangguan lainnya, oleh karenanya perlu dilakukan penelitian mengenai prevalensi dan faktor resiko di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengetahui secara deskriptif prevalensi binge eating di Indonesia dan hubungannya dengan BMI, gaya makan dan food addiction.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian crossectional dengan jumlah sampel sebanyak 553 orang mahasiswa dengan rentang usia 17-19 tahun (perempuan 67% dan 33 % laki-laki) di 4 Universitas di Kota Semarang. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, variable yang dikaji binge eating hubungannya dengan BMI, gaya makan dan food addiction, dalam studi ini dilakukan uji statistik deskriptif dan korelasi menggunakan Spearman.Hasil: Perilaku binge eating moderate dan severe diketahui sebanyak 11,03% (P =7,78%, L= 4,16%) dengan berat badan kurus (1%) dan normal (7%). Gaya makan uncontrolled eating (UE) prevalensinya paling tinggi binge eating dibandingkan emotional eating (EE) dan cognitive restraint (CG). Non food addiction dilaporkan pada individu dengan binge eating moderate (2,5%) dan severe (0,4%). Food addiction terbanyak dilaporkan pada sampel dengan binge eating non/mild. Penemuan menunjukkan adanya korelasi yang sangat signifikan antara skor total BES dan TFEQ (ρ = 0,116), BES dan YFAS (ρ = 0,504), TFEQ dan YFAS (ρ = 0,161), p < 0.001.Simpulan: Hubungan yang kuat antara binge eating, gaya makan dan food addiction, Binge eating dengan tingkat keparahan non/mild dan moderate banyak terlihat pada BMI katagori normal. Gaya makan UE dilaporkan memberikan kontribusi terbanyak pada terjadinya binge eating. Kata kunci: binge eating, bmi, food addiction, eating style.ABSTRACTTitle: Binge eating in Relationship With Eating Style, BMI and Food addiction  Background: Binge eating is increasing in population and many studies have been conducted in various countries, but in Indonesia there have not been many studies on binge eating. Binge eating is also related to other disorders, therefore it is necessary to conduct research on the prevalence and risk factors in Indonesia. This study aims to describe descriptively the prevalence of binge eating in Indonesia and its relationship with BMI, eating style and food addiction.Method: This research is a cross-sectional study with a total sample of 553 students (67% women and 33% men), age range from 17-19 years at 4 universities in Semarang city. Data were collected using a questionnaire, the variables studied binge eating related to BMI, eating style and food addiction, statistical test in this study were using descriptive and Spearman’s correlation.Result: Moderate and severe binge eating behaviors were found to be 11.03% (P = 7.78%, L = 4.16%) with underweight (1%) and normal (7%). Uncontrolled eating (UE) style has the highest prevalence of binge eating compared to emotional eating (EE) and cognitive restraint (CG). Non food addiction was reported in individuals with moderate binge eating (2.5%) and severe (0.4%). Most food addiction was reported in samples with binge eating non / mild. The findings show a significant correlation between the total BES and TFEQ scores (ρ = 0.116), BES and YFAS (ρ = 0.504), TFEQ and YFAS (ρ = 0.161), p < 0.001.Conclusion: A strong relationship between binge eating, eating style and food addiction, Binge eating with non / mild and moderate severity is mostly seen in normal BMI categories. EU eating style is reported to contribute the most to the occurrence of binge eating. Keywords: binge eating, bmi, food addiction, eating style
PRASANGKA ETNIS MAHASISWA ACEH DAN PAPUA BARAT YANG TINGGAL DI BANDUNG TERHADAP SUKU JAWA Zainal Abidin; Efi Fitriana; Sunggoro Trirahardjo
Sosiohumaniora Vol 3, No 2 (2001): SOSIOHUMANIORA, JULI 2001
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v3i2.5210

Abstract

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang tinggirendahnya tingkat prasangka etnis mahasiswa Aceh dan Papua yang tinggal dan belajar di Kota Bandung terhadap Suku Jawa dan Sunda. Bentuk kuesioner di dalam penelitian ini adalah berupa semantic differential model Osgood & Suci, dengan skala yang berjenjang antara +3 sampai –3. Hasil perhitungan statistik yang didapatkan dari data yang yang berasal dari dua kelompok mahasiswa tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, tingkat prasangka mahasiswa Aceh terhadap Suku Jawa cenderung tinggi, sedangkan terhadap Suku Sunda cenderung rendah. Perbedaan prasangka mahasiswa Aceh terhadap Suku Jawa dan terhadap Suku Sunda secara statistik signifikan (p0,05). Ketiga, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat prasangka mahasiswa Aceh dan mahasiswa Papua terhadap Suku Jawa (p>0,05), tetapi terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat prasangka mahasiswa Aceh dan mahasiswa Papua terhadap Suku Sunda (p
STUDI TENTANG FAKTOR DETERMINAN PEMBENTUK KEPRIBADIAN MANUSIA INDONESIA YANG MENCERMINKAN PERILAKU SEHAT MENTAL DALAM TATANAN BUDAYA KOLEKTIF Elmira Sumintarja; Rismiati -; Tutty Sodjakusumah; Marisa Moeliono; Efi Fitriana
Sosiohumaniora Vol 3, No 1 (2001): SOSIOHUMANIORA, MARET 2001
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v3i1.5194

Abstract

Indonesia sebagai salah satu negara kesatauan terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap etnik memiliki ciri khas dari kebiasaan dan perilakunya. Sampai saat ini kajian psikologi tentang perbedaan perilaku etnik ini masih amat terbatas dan belum komprehensif serta terintegrasi. Studi lintas budaya yang dilakukan dalam penelitian Hibah Bersaing untuk periode tahun 1999 sampai dengan tahun 2004 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang perbedaan perilaku etnik yang beragam tersebut, sehingga pada sasaran akhir hasil studi ini dapat memberik jawaban tentang ada tidaknya perilaku manusia Indonesia yang terbentuk secara khas/spesifik dan unik dari sifat-sifat etnik tersebut secara khusus maupun universal. Untuk mencapai sasaran akhir dari penelitian ini dirancang suatu studi berjangka waktu lima tahun. Laporan ini merupakan hasil studi pada tahap pertama dari rencana lima tahap tersebut, yang merupakan suatu rangkaian studi yang tidak terpisahkan pada masing-masing tahapnya. Metode penelitian pada tahap pertama adalah dengan menggunakan desain survey/eksplorasi di lima propinsi yang dipilih melalui teknik cluster sampling. Lokasi penelitian di Padang, DKI Jakarta, Bandung, DI Yogyakarta dan Bali. Jumlah sampel yang diperoleh dari kelima lokasi tersebut adalah 699 responden. Namun yang dianalisis adalah 590 responden. Variable penelitian ini adalah world view, images of self dan lifestyles yang dijaring melalui kuesioner SE-Q2; LC-Q3; PS-Q4; Q-NH; FM-Q6; SCT-Q7; WB-Q8 dan TR-Q9 yang telah diujicobakan dan dilakukan pada tahap prastudi. Analisis hasil dilakukan melalui anova, analisis diskriminan, chi-square dan distibusi frekwensi sebagai analisis kualitatifnya. Hasil prastudi menunjukkan bahwa pada umumnya kuesioner tersebut di atas dapat digunakan sebagai alat ukur yang baku dalam menjaring variable penelitian, kecuali untuk kuesioner FM-Q6, Q-NH dan WB-Q8 diperlukan bebrapa revisi item untuk mengubah alat ukur tersebut menjadi lebih valid dan reliable. Hasil studi eksploratif tahap pertama telah menghasilkan suatu model hipotetik faktor determinan pembentuk perilaku sehat mental pada lima etnik yang diteliti, namun model tersebut masih perlu diujicobakan pada tahap kedua. Secara hipotetik diperoleh gambaran bahwa terbentuknya kepribadian sehat mental ditentukan oleh aspek konsep keagamaan (nilai religiusitas), peran geder (yang androgini), derajat kepuasan dalam mencapai tujuan hidup dan kekuatan derajat harga diri. Namun demikian kontribusi yang terbesar adalah dari faktor cara pengendalian diri yang dilakukan yang berpusat pada keyakinan atas kekuatan potensi pribadi individu. Derajat kepuasan yang menjadi indikator kondisi sehat mental ini hanya berada pada taraf sedang (moderat) dihampir semua aspek, yang dapat diartikan sebagai taraf kepuasan yang belum optimal dicapai. Diperoleh model hipotetik pembentuk kepribadian yang sehat mental pada 5 etnik tersebut, yang masih perlu diuji coba pada studi tahap kedua yang akan berlangsung tahun 2000-2001. Kata kunci : Perilaku sehat mental