Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : JURNAL PENDIDIKAN MIPA

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Melalui Model Pembelajaran Problem solving dengan Jigsaw Isman M Nur; Rusdyi Rusdyi; Isman M. Nur
JURNAL PENDIDIKAN MIPA Vol 11 No 2 (2021): JURNAL PENDIDIKAN MIPA
Publisher : Pusat Publikasi Ilmiah, STKIP Taman Siswa Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37630/jpm.v11i2.475

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan tujuan adalah: (a) Untuk mengetahui hasil belajar siswa antara model pembelajaran problem solving dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. (b) Untuk mengetahui bagaimana perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran problem solving dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. (c) Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara model pembelajaran problem solving dan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Muhammadiyah kota Ternate dengan sampel penelitian sebanyak dua kelas yaitu kelas XI-A digunakan sebagai kelas jigsaw sebanyak 22 siswa dan kelas XI-B digunakan sebagai kelas pemecahan masalah yang berjumlah 22 siswa. penelitian sebanyak dua kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) hasil belajar siswa antara model pembelajaran problem solving dengan model pembelajaran jigsaw yakni, siswa yang memperoleh model pembelajaran problem solving terdapat 2 siswa mencapai kualifikasi cukup, 2 siswa berkualifikasi kurang, sebanyak 18 siswa berkualifikasi gagal. Pada siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat 3 siswa berkualifikasi kurang, 19 siswa berkualifikasi gagal. (a) siswa yang memperoleh model pembelajaran problem solving terdapat 2 siswa mencapai kualifikasi cukup, 2 siswa berkualifikasi kurang, sebanyak 18 siswa berkualifikasi gagal. Pada siswa yang memperoleh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat 3 siswa berkualifikasi kurang, 19 siswa berkualifikasi gagal. (b) Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil belajar siswa terhadap pembelajaran problem solving dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. (c) Hasil belajar siswa yang memperoleh model pembelajaran problem solving di bandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw tidak terdapat perbedaan.
Proses Berpikir Kreatif Siswa Berkepribadian Adversity Quotient dalam Menyelesaikan Masalah Open-Ended Ditinjau dari Teori Pemrosesan Informasi Rusdyi Rusdyi; Rusmin R. M. Saleh; Isman M. Nur
JURNAL PENDIDIKAN MIPA Vol 13 No 3 (2023): JURNAL PENDIDIKAN MIPA
Publisher : Pusat Publikasi Ilmiah, STKIP Taman Siswa Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37630/jpm.v13i3.1175

Abstract

Berpikir kreatif merupakan proses berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang telah ada. Mengingat pentingnya berpikir kreatif siswa, kenyataan di lapangan justru berbanding terbalik. Terdapat siswa yang masih berada pada kategori kurang kreatif. Faktor kurangnya kemampuan berpikir kreatif siswa, yaitu kebiasaan dalam menghadapi tantangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan proses berpikir kreatif siswa berkepribadian Adversity Quotient dalam menyelesaikan masalah Open-Ended ditinjau dari teori pemrosesan informasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis deskriptif eksploratif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang yang dipilih berdasarkan tingkat kemampuan awal matematika siswa akhirnya diperoleh 1 siswa untuk kategori berpikir climber, 1 siswa untuk kategori berpikir camper dan 1 siswa untuk kategori berpikir quitter. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan bahwa siswa kategori climber melakukan keempat tahapan proses berpikir kreatif, yaitu tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap eliminasi, dan tahap verifikasi. Siswa kategori camper hanya melakukan tiga tahapan proses berpikir kreatif, yaitu tahap persiapan, tahap inkubasi, dan tahap eliminasi. Siswa kategori quitter hanya melakukan dua tahapan proses berpikir kreatif, yaitu tahap persiapan dan tahap inkubasi, sedangkan tahap eliminasi dan tahap verifikasi siswa quitter tidak mampu menyelesaikan. Karena itu, diharapkan para peneliti lanjutan dapat mengkaji lebih jauh proses berpikir kreatif siswa berkepribadian Adversity Quotient dalam memecahkan masaah Open-Ended. Siswa berkepribadian Adversity Quotient dapat dikembangkan dengan memberikan siswa berbagai soal-soal Open-Ended karena soal Open-Ended yang diberikan pada penelitian ini masih dikatakan terbatas.
Pembelajaran Geometri Berbantuan Goegebra untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Asmira Sudiman; Rusdyi Habsyi; Rusmin R. M. Saleh
JURNAL PENDIDIKAN MIPA Vol 13 No 4 (2023): JURNAL PENDIDIKAN MIPA
Publisher : Pusat Publikasi Ilmiah, STKIP Taman Siswa Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37630/jpm.v13i4.1390

Abstract

Pembelajaran geometri merupakan pembelajaran yang penting di satuan SMP, data berikut ini menunjukan bawa sebagian besar siswa yang diajarkan di satuan SMP memiliki presentasi kebutuhan materi sebagai berikut. Materi geometri memperoleh persentase terbesar (41%), dibandingkan dengan aljabar (29%), angka (18%), dan statistika/probabilitas (12%). Sehingga perluh untuk mendesain pembelajaran geometri yang mampuh dipahami siswa secara menyeluruh, sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis terutama dalam pembelajaran geometri yang tergolong sulit. Sehingga sangat perluh media pembelajaran baik, salah satu media pembelajaran yang ditawarkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran geometri berbantuan Geogebra, kerena pembelajaran pembelajaran geometri menjadi lebih mudah dipahami jika dengan menggunakan perangkat lunak seperti Geogebra. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komukasi matematis siswa pada materi Geometri. Metode yang di guanakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi Eksperimen. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadinya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa secara siginifikan, dengan pencapaian kategori tinggi (>0,7) sebesar 56,25%, dengan kategori sedang (0,3 ≤ x ≤ 0,7) memperoleh peresentase sebesar 34,38%, sedangkan kategori rendah (< 30) memeperoleh presentasi sebesar 9,38%. Hal ini dapat tarik kesimpulan bahwa sebagian besar siswa mengalami peningkatan kemampuan komunikasi matematis.