Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Aplikasi probiotik dengan bahan lokal untuk meningkatkan pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup Bawal air tawar (Colossoma macropomum) Saselah, Jetti T.; Mandeno, Jefri
e-Journal BUDIDAYA PERAIRAN Vol 5, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Sam Ratulangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/bdp.5.3.2017.17946

Abstract

The purpose of this study was to find out how to make probiotics with local materials and to study the effect of feed supplemented with probiotic on the growth and survival rate of freshwater pomfret fish. This study used complete randomized design with 4 treatments, each  with 3 replications. The treatments consisted of A (Probiotics 1.5 mL/100 g feed), B (Probiotics 3 mL/100 g feed), C (Probiotic 4.5 mL/100 g feed) and D (control).  The fish was fed treatment diet  two times a day. The results showed that the highest weight and length of fish were obtained in treatment  C and the lowest in treatment B. Survival rate of pomfret was quite high ranging from 96-100%.Keywords:  pomfret fish, probiotic, growth, survival rate
Pengaruh Pengemasan terhadap Mutu Pinekuhe Layang (Decapterus Sp) Asap (Packaging Influence of Smoked Pinekuhe Fish) Jefri A. Mandeno; Mukhlis A. Kaim
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 1 No 1 (2015): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.566 KB) | DOI: 10.5281/zenodo.2222264

Abstract

The aim of this research is to determine the influence of packaging to pinekuhe fish quality, Compare of packaged pinekuhe fish and unpackaged pinekuhe fish and also find out the interested of consumer with packaged pinekuhe fish and unpackaged pinekuhe fish. The conclusion of this research show that the pinekuhe fish was packaged by plastic in vacuum conditions is better than pinekuhe fish was packaged by plastic in unvacuum conditions and unpackaged pinekuhe fish. Total Plate Count and organoleptic analysis show that the packaged pinekuhe fish has a better quality than unpackaged pinekuhe fish. Spoiled was show in six day storage of pinekuhe fish.
Pengaruh Bleeding pada Penanganan Ikan Pasca Tangkap terhadap Kadar Histamin Ikan Jefri A. Mandeno; Mukhlis A. Kaim
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 2 No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.462 KB) | DOI: 10.5281/jit.v2i2.90

Abstract

Kualitas ikan segar sebagai bahan mentah untuk produk awetan dan olahan merupakan faktor utama yang sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan. Ikan yang telah mengalami kebusukan akan menghasilkan berbagai senyawa kimia hasil penguraian bakteri dan enzim yang pada kadar tertentu dapat membahayakan konsumen. Histamin merupakan senyawa kimia hasil penguraian histidin yang pada kadar tertentu membahayakan orang yang mengkonsumsinya. Penanganan ikan pasca tangkap sangat menentukan tingkat kesegaran ikan tersebut. Penanganan ikan tidak baik akan mempercepat laju pembusukan pada ikan. Teknik pengeluaran darah pada ikan pasca tangkap atau bleeding termasuk teknik penanganan yang saat ini telah diterapkan pada beberapa negara seperti Jepang dan beberapa negara Eropa. Di Indonesia termasuk di Sulawesi Utara, teknik bleeding ini belum populer di kalangan nelayan maupun pelaku usaha di bidang perikanan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh bleeding terhadap tingkat kesegaran ikan pasca tangkap. Parameter uji kualitas kesegaran tersebut ditentukan oleh kandungan histamin dan penilaian orgonoleptik. Adapun yang menjadi perlakuan dalam penelitian ini yaitu ikan yangdiberi perlakuan bleeding (A) dan ikan dengan perlakuan tanpa bleeding (B). Parameter yang diamati yaitu Histamin dengan metode Elisa ( FAO, 2006), Nilai Organoleptik (SNI). Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa Ikan segar yang diberi perlakuan bleeding (Pengeluaran darah) cenderung memiliki kandungan histamin dibandingkan dengan ikan segar yang tidak melalui proses bleeding. Karakteristik ikan segar masih nampak pada ikan yang telah melalui proses bleeding sedangkan pada ikan yang tanpa perlakuan bleeding telah mengalami perubahan warna pada insang setelah 12 jam penyimpanan.
Karakteristik Mutu Organoleptik Ikan Layang (Decapterus Sp) Asin pada Konsentrasi Garam Berbeda Jefri A. Mandeno; Jaka F.P. Palawe
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 3 No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (166.108 KB) | DOI: 10.5281/jit.v3i2.106

Abstract

Kabupaten Kepulauan Sangihe memiliki potensi keunggulan daerah yaitu dari sektor sumber daya kelautan, dimana 93.8% luas daerah adalah laut dan potensi sumber daya kelautan dan perikanan sebesar 34.000 ton/tahun dan yang baru dimanfaatkan baru berkisar 14.4% (Laporan Keterangan Pertangungjawaban Bupati Kabupaten Kepulauan Sangihe, 2012). Di dalam rangka meningkatkan perekonomian rakyat Kabupaten Kepulauan Sangihe maka dilakukan pengembangan dari sektor kelautan perikanan sebagai tujuan utama, dengan salah satu sasaran yaitu terwujudnya kapasitas perikanan pasca tangkap, pengolahan dan industri. Produk olahan ikan asin di Kabupaten Kepulauan Sangihe saat sekarang ini masih bertujuan untuk meningkatkan masa simpan dan belum mempertimbangkan karakteristik mutu lain misalnya dari segi kimia dan mikrobiologis maupun organoleptik, sehingga produk akhir dari produksi ikan asin di Kabupaten Kepulauan Sangihe masih sangat beragam. Kualitas ikan asin yang dihasilkan sangat ditentukan oleh kualitas dan jumlah garam yang digunakan. Pada penelitian ini, ikan berikan kadargaram dengan konsentrasi yang berbeda yakni konsentrasi garam 5% (A), konsentrasi garam 10% (B), konsentrasi garam 15% (C) dan konsentrasi garam 20% (D). Untuk mendapatkan nilai organoleptik, dilakukan pengujian organoleptik dengan menggunakan 20 panelis Setelah itu dilakukan dengan uji perbedaan menggunakan analisis BNT (Beda Nyata Terkecil). Kesimpulan dari penelitian ini bahwa Hasil penelitian menunjukkan nilai Organoleptik sesuai dengan SNI dan nilai organoleptik metode hedonik menunjukan nilai yang baik yaitu berada diantara netral dan sangat suka dengan karakteristik mutu yang berbeda pada setiap perbedaan konsentrasi garam yang diberikan pada ikan layang asin.
KAJIAN PENGGUNAAN ASAP CAIR DALAM PENGOLAHAN PINEKUHE IKAN LAYANG (Decapterus ruselli) ASAP Jefri A. Mandeno; Jaka F. P. Palawe
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.807 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan asap cair dalam pengolahan ikan asap pinekuhe dibandingkan dengan ikan asap biasa/konvensional dan mengetahui efektifitas perbedaan metode pengolahan asap cair terhadap nilai Total Plate Count (TPC) dan Organoleptik. Penelitian ini menggunakan metode ekperimental deskriptif dengan perlakuan (A) Tanpa asap cair (konvensional), (B) Dikukus selama 30 menit, lalu direndam dalam asap cair selama 20 menit, kemudiandikeringkan pada suhu 60o-80oC selama 4 jam (C) Dikeringkan pada suhu 60o-80oC selama 4 jam, Direndam dalam asap cair selama 20 menit, Dikeringkan pada suhu 60o-80oC selama 4 jam dan (D) Direndam dalam asap cair selama 20 menit, kemudian dikeringkan pada suhu 60o-80oC selama 4 jam. Analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan parameter analisis Total Plate Count (TPC), Organoleptik Skala Hedonik (Rasa, Warna, Bau dan Tekstur) dan Uji indeks efektifitas. Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa aplikasi asap cair dalam pengolahan ikan asap pinekuhe memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan pengolahan asap biasa. Hal ini dibuktikan dengan nilai indeks efektifitas penggunaan asap cair lebih tinggi daripada ikan asap biasa yaitu dengan nilai berturut-turut D (1,45), C (1,66) dan B (1,69) lebih tinggi dari indeks efektifitas A (0,3). Perlakuan dengan efektifitas tertinggi yaitu perlakuan B dengan nilai TPC <1 x 105 koloni/gram dan nilai organoleptik Rasa (7,3), Warna (7,1), Bau (9,2) dan Tekstur (5,9).
PERUBAHAN MUTU ORGANOLEPTIK DAN ANGKA LEMPENG TOTAL CAKALANG (Katsuwonus pelamis) ASAP YANG DIOLAH DENGAN ASAP CAIR SELAMA MASA PENYIMPANAN Jefri A. Mandeno; Jaka Frianto Putra Palawe; Ely John Karimela; Mukhlis Abdul Kaim
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 5 No 1 (2019): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5281/jit.v5i1.243

Abstract

Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan Menentukan nilai organoleptik cakalang asap hasil pengolahan dengan pengasapan cair Menentukan Angka Lempeng Total cakalang asap selama masa penyimpanan. Penelitian menggunakan Rancangan deskriptif kualitatif dengan perlakuan masa simpan. Sampel disimpan pada suhu ruang dan pengamatan dilakukan setiap hari untuk organoleptik dan 2 hari sekali untuk ALT. Parameter pengujian yaitu Angka Lempeng Total dan Organoleptik. Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu cakalang asap cair secara deskriptif lebih baik mutunya dari parameter angka lempeng total pada hari kedua dan relatif sama mutunya dengan cakalang asap konvensional pada penyimpanan hari keempat. Nilai Angka Lempeng total cakalang asap cair pada hari kedua dan keempat secara berturut-turut adalah 9,1 x 104 koloni/g dan 1,4 x 108 sedangkan Nilai Angka Lempeng total cakalang asap konvensional pada hari kedua dan keempat secara berturut-turut adalah 5,7 x 105 koloni/g dan 2 x 108 koloni/g. Hasil uji organoleptik pada hari kedua menunjukan nilai kenampakan cakalang asap cair tidak sesuai dengan syarat mutu ikan asap, sedangkan parameter bau, rasa dan tekstur sesuai dengan SNI. Hasil uji organoleptik cakalang asap konvensional hari kedua dengan parameter kanampakan, bau, rasa dan tekstur sesuai dengan SNI. Hasil uji organoleptik cakalang asap cair dan cakalang asap konvensional pada penyimpanan hari kedua sudah tidak sesuai dengan SNI. The purpose of this research is to determine the organoleptic and total plate count of liquid smoke skipjack during several storage periods. The study used a qualitative descriptive design with a shelf life treatment. Samples were stored at room temperature. The testing parameters are “Total Plate Count” and “Organoleptic”. The conclusion of this research show that liquid smoke skipjack is better than conventional smoke skipjack. The value of Total Plate Count liquid smoke skipjack on the second and fourth day in a row was 9.1 x 104 colonies / g and 1.4 x 108 while the value of the Total Plate Count of conventional smoke skipjack on the second and fourth days was 5 , 7 x 105 colonies / g and 2 x 108 colonies / g. Organoleptic test results on the second day showed the value of the appearance of liquid smoke skipjack was not in accordance with the quality requirements of smoked fish, while the odor, taste and texture parameters were in accordance with SNI. The results of the organoleptic test of the second day skipjack smoke with the appearance, odor, taste and texture parameters in accordance with SNI. Organoleptic test results of liquid smoke skipjack and conventional smoke skipjack on the second day of storage are not in accordance with SNI.
KANDUNGAN FENOL PADA PINEKUHE YANG DIOLAH DENGAN ASAP CAIR DAN PENGASAPAN KONVENSIONAL Jefri A. Mandeno; Mukhlis A. Kaim
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 7 No 1 (2021): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v7i1.393

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan fenol pada ikan asap pinekuhe dengan asap cair dan dengan pengasapan konvensional. Penelitian menggunakan Rancangan deskriptif kualitatif dengan memberikan gambaran proses dan hasil penelitian melalui gambar, tabel maupun histogram. Perlakuan dalam penelitian adalah sebagai berikut: (A) Ikan asap pinekuhe ang direndam dalam asap cair lalu dikeringkan, (B) Ikan asap pinekuhe yang dkeringkan, direndam dalam asap cair lalu dikeringkan, (C) Ikan asap pinekuhe direndam dalam asap cair lalu dikeringkan dan (D) Ikan asap pinekuhe dari pengasapan konvensional dengan bahan bakar biasa. Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa ikan asap cair yang dikeringkan kemudian direndam dalam asap cair memiliki kadar fenol yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan ikan asap yang diolah dengan metode pengasapan konvensional, yaitu dengan menggunakan bahan bakar cangkang pala. Kadar fenol tertinggi yaitu pada perlakuan B (15,77%) dan kadar fenol terendah yaitu pada perlakuan C (10,2%). The purpose of this study was to determine the phenol content of pinekuhe smoked fish with liquid smoke and conventional smoking. The study used a qualitative descriptive design by providing an overview of the research process and results through pictures, tables, and histograms. The treatments in the study were as follows: (A) Pinekuhe smoked fish soaked in liquid smoke then dried, (B) Pinekuhe smoked fish that was dried, soaked in liquid smoke then dried, (C) Pinekuhe smoked fish was immersed in liquid smoke then dried and (D) Pinekuhe smoked fish from conventional smoking on ordinary fuel. The conclusion from the results of this study is that smoked fish that is dried and then immersed in liquid smoke has a higher phenol content when compared to smoked fish processed by conventional smoking methods, namely using nutmeg shell fuel. The highest phenol content was in treatment B (15.77%) and the lowest phenol content was in treatment C (10.2%) Abstract: The purpose of this study was to determine the phenol content of pinekuhe smoked fish with liquid smoke and conventional smoking. . The study used a qualitative descriptive design by providing an overview of the research process and results through pictures, tables, and histograms. The treatments in the study were as follows: (A) Pinekuhe smoked fish soaked in liquid smoke then dried, (B) Pinekuhe smoked fish that was dried, soaked in liquid smoke then dried, (C) Pinekuhe smoked fish was immersed in liquid smoke then dried and (D) Pinekuhe smoked fish from conventional smoking on ordinary fuel. The conclusion from the results of this study is that smoked fish that is dried and then immersed in liquid smoke has a higher phenol content when compared to smoked fish processed by conventional smoking methods, namely using nutmeg shell fuel. The highest phenol content was in treatment B (15.77%) and the lowest phenol content was in treatment C (10.2%).
PENGARUH RADIASI SINAR ULTRAVIOLET TIPE C (UVC) TERHADAP KULTUR TOTAL MIKROBA IKAN ASAP PINEKUHE Jaka Frianto Putra Palawe; Jefri Mandeno
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 6 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v6i2.395

Abstract

Untuk meningkatkan mutu produk olahan khas daerah, khususnya ikan asap pinekuhe, pengembangan teknik atau instrumen baru menjadi sebuah keharusan. Sejauh ini, metode yang umum digunakan untuk mempertahankan mutu produk pangan, khususnya mutu mikrobiologis, adalah mensterilkan produk pangan untuk mengurangi dan menginaktifkan mikroba kontaminan misalnya melalui perebusan, penggaraman atau pengasapan. Tetapi metode steriliasi menggunakan sinar ultraviolet khususnya tipe C (UVC) belum banyak diterapkan pada produk pangan di Indonesia. Sinar ultraviolet adalah gelombang elektromagnetik yang memiliki muatan elektron berfrekuensi tinggi dan panjang gelombang 100-400 nm. Sinar UV dapat memotong rantai basa nitrogen dalam RNA atau DNA sehingga menyebabkan kegagalan pemberian kode genetik untuk sintesa protein dan kematian mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh sinar UVC terhadap isolat kultur mikroba dari ikan asap pinekuhe dengan menggunakan metode observasi dan analisa data secara deskriptif. Koloni bakteri yang diisolasi dari ikan pinekuhe dipaparkan dengan sinar UVC dengan perlakuan (12, 24, 36 dan 48) jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa sinar ultra violet tipe c (UVC) dengan daya 8 va dan penyinaran 48 jam mempengaruhi pertumbuhan koloni mikroba ikan asap pinekuhe secara maksimal berupa kekeringan pada koloni bakteri isolat dari ikan asap pinekuhe. To improve quality of pinekuhe smoked fish locally produced in Sangihe Islands, development of new techniques or instruments becomes necessary. Widely used techniques for maintaining food quality mainly include sterilization through boiling, salting or smoking. To date, however, sterilization by ultraviolet type C (UVC) has been poorly practiced for preserving food products in Indonesia. Ultraviolet light is an electromagnetic wave that has a high frequency electron charge with a wavelength of 100-400 nm. It can cut the nitrogenous base chains in RNA or DNA resulting in coding failure in protein synthesis, causing the death of microbes. This research aimed to study the effect of UVC on microbes isolated from pinekuhe. The results showed that UVC radiation with 8 va for 48 hours significantly affected the growth of microbial colonies isolated from the smoked fish, drying up the bacterial colony.
IbM Teknik Penanganan Pasca Tangkap dan Pengesan Ikan Segar Kelompok Nelayan Bahari dan Kelompok Nelayan Usaha Mina Pulau Manipa Desa Nanadakele Kecamatan Nusa Tabukan Jaka F.P. Palawe; Jefri A. Mandeno; Ely John Karimela; Mukhlis A. Kaim
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.543 KB)

Abstract

Tujuan dari kegiatan IbM ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan mengenai teknik penanganan ikan pasca tangkap yang benar dan teknik pemberian es, metode yang digunakan dalam pengabdian ini yaitu diawali dengan observasi dan wawancara selanjutnya dilakukan penyuluhan. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat di Desa Nanedakele dilaksanakan dengan tahapan survei, penyuluhan mengenai Cara Penanganan Ikan Yang Baik (CPIB), penyuluhan mengenai teknik pengesan, penyuluhan mengenai sanitasi dan hygine pemberian bantuan peralatan penanganan ikan pasca tangkap dan evaluasi. Hasil dari pengabdian ini didapatkan kesimpulan Kelompok nelayan dapat mengetahui cara Penanganan Ikan yang Baik (CPIB) atau pedoman dan tata cara penanganan ikan hasil tangkapan, termasuk pembongkaran dari kapal yang baik untuk memenuhi persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil penangkapan, Kelompok nelayan dapat memaksimalkan penggunaan es untuk menjaga kesegaran hasil tangkapan sekaligus mempertahankan mutu dan nilai jual, Dapat memberikan bantuan peralatan penanganan untuk menunjang pengaplikasian penjaminan mutu dan keamanan hasil tangkapan.
PKM TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN KELOMPOK BUDIDAYA IKAN USAHA BARU DAN ANEMON DESA TALENGEN KECAMATAN TABUKAN TENGAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE Jaka F. P. Palawe; Jefri A. Mandeno; Ely John Karimela
Jurnal Ilmiah Tatengkorang Vol 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tatengkorang
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.378 KB)

Abstract

Tujuan dari progam kemitraan masyarakan ini adalah untuk memberdayakan mitra pembudidaya ikan air laut di Desa Talengen, Kegiatan ini dilaksanakan di Teluk Talengen, Desa Talengen, Kecamatan Tabukan Tengah. Kegiatan dilakukan pada bulan agustus 2018. Metode pemberdayaan yang dilakukan yaitu dengan metode penyuluhan. Hasil dari kegiatan ini yaitu mitra mampu memahami cara penanganan ikan pasca tangkap dan teknik pengesan dengan baik, mitra mampu memahami mengenai penerapan sanitasi dan hygine pada proses budidaya dan pasaca panen serta mitra mendapatkan bantuan berupa peralatan pasca panen untuk menunjang pengaplikasian hasil penyuluhan tersebut.