Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

Mutu Tepung Semi Refined Carrageenan pada Berbagai Waktu Pemanasan Alkali Eko Cahyono
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 1 No 2 (2015): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.805 KB) | DOI: 10.5281/jit.v1i2.63

Abstract

Carrageenan merupakan zat aditif alami yang banyak dimanfaatkan dalam berbagai industri, terutama industri makanan dan kosmetika. Semi Refined Carrageenan (SRC) adalah salah satu produk carrageenan dengan tingkat kemurnian lebih rendah dibandingkan Refined Carrageenan (RC), karena masih mengandung sejumlah kecil selulosa yang ikut mengendap bersama carrageenan. SRC secara komersial diproduksi dari rumput laut jenis Eucheumacottonii melalui proses ekstraksi menggunakan alkali. Tujuan penelitian untuk mengetahui waktu pemanasanalkali rumput laut Eucheuma cottonii terhadap mutu tepung semi refined carrageenan. Penelitan menggunakan metode pemanasan dalam larutan alkali dengan konsentrasi 0,5% dan waktu pemanasan 1, 2, 3, dan 4 menit.Perlakuan terbaik mutu tepung semi refined carrageenan pada waktu pemanasan 4 menit menghasilkan tepung SRC dengan rendemen 22,99%,loss on drying5,81%, loss on ignition22,57%, viskositas 16,08 mL/detik, dan gel strength16,08 mL kedalaman/beban.
Mutu Ikan Pindang Selar (Selaroides Sp.) pada Berbagai Konsentrasi Ekstrak Daun Kemangi Stevy Imelda Murniati Wodi; Eko Cahyono; Nolex Mamontho
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 2 No 1 (2016): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.475 KB) | DOI: 10.5281/jit.v2i1.79

Abstract

Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%, dengan jaringan pengikat sedikit, sehingga mudah dicerna. Pengolahan ikan pindang selar (Selaroides leptolepis)menggunakan penambahan bahan pengawet alami ekstrak daun kemangi melalui beberapa proses yaitu persiapan bahan baku, penyiangan, penimbangan ikan, penimbangan garam dan ekstrak daun kemangi, pembaluran garam dan ekstrak daun kemangi, dan pengukusan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui mutu ikan pindang selar (Selarodies leptolepis) dengan penambahan konsentrasi ekstrak daun kemangi. Berdasarkan hasil analisis nilai kadar air untuk konsentrasi ekstrak kemangi 0% nilai kadar air adalah 64,8%. konsentrasi ekstrak kemangi 4% adalah 62,47% dan konsentrasi ekstrak kemangi 8% adalah 61,60 %, hasil analisis nilai pH untuk konsentrasi ekstrak daun kemangi 0% adalah 7,80. konsentrasi ekstrak kemangi 4% adalah 6,80 dan konsentrasi kemangi 8% adalah 6,77, hasil analisis pengujian Angka Lempeng Total (ALT) pada konsentrasi ekstrak kemangi 0% adalah 6,5×10-2. Konsentrasi ekstrak kemangi 4% adalah 3,2×10-2dan konsentrasi ekstrak kemangi 8% adalah <250 koloni/gram. Hasil analisis pengujian organoleptik pada ikan pindang selar (Selaroides leptolepis) untuk konsentrasi ekstrak kemangi 0%,konsentrasi ekstrak kemangi 4% dan konsentrasi ekstrak kemangi 8% telah memenuhi persyaratan mutu.
Ekstraksi dan Karakterisasi Kalsium dari Limbah Demineralisasi Kitin (Extraction and Characterization of Calcium Eko Cahyono; Stevy Imelda Murniati Wodi; Jaka Frianto Putra Palawe
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 2 No 1 (2016): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.313 KB) | DOI: 10.5281/jit.v2i1.81

Abstract

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh. Lebih dari 99% kalsium ada di dalam tulang dan gigi, yaitu bersama-sama dengan fosfat membentuk kristal tidak larut yang disebut kalsium hidroksiapatit (Ca3(PO4)2)3Ca(OH)2. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan dan mendayagunakan limbah demineralisasi kitin agar menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan cara proses pembuatan kalsium. Kalsium yang dihasilkan diharapkan dapat membantu mengatasi gejala osteoporosis bagi kamu lansia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi dengan menerapkan sistem zero waste. Penelitian ini dimulai dengan pengambilan sampel limbah crustacea diindustri pengolahan seafood selanjutnya dilakukan proses pembuatan kitin yang menghasilkan beberapa jenis limbah seperti limbah heating, limbah deproteinasi dan limbah demineralisasi. Limbah demineralisasi yang telah terkumpul selanjutnya diprecipitasi dengan menggunakan basa kuat seperti NaOH.Pengujian kalsium dilakukan untuk menhetahui mutu kalsium yang diekatraksi dari limbah demineralisasi. Produk calsium yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan alami untuk mencegah penyakit osteporosis dengan spesifikasi rendemen terbaik sebesar 64,80%, loss on drying sebesar 1,10%, loss on ignition sebesar 0,40%, nilai pH sebesar 7,65, kadar calsium sebesar 97,80%, dan daya serap air sebesar 20,15%.
Pemanfaatan Limbah Deproteinasi Kitin pada Pembuatan Sabun Padat Eko Cahyono; Cahyani Mansar
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 2 No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.324 KB) | DOI: 10.5281/jit.v2i2.91

Abstract

Potensi perairan di Indonesia kaya dengan berbagai jenis invertebrate,salah satunya udang. Produksi udang yang tinggi akan menghasilkan limbah, yang memiliki potensi besar sebagai penghasil kitin. Proses produksi kitin memanfaatkan konsentrat basa dalam proses deproteinasi. Pada tahap deproteinasi menghasilkan limbah cair deproteinasi yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut sebagai produk yang memiliki nilai ekonomis. Sabun merupakan salah satu produk dari pemanfaatan limbah deproteinasi dengan teknik penyabun. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah deproteinasi kitin sebagai produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi dengan cara pembuatan sabun padat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode saponifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahawa kadar air terbaik pada perlakuan konsentrasi NaOH 3% sebesar 16.98%, nilai pH pada perlakuan konsentrasi NaOH 3% sebesar 11.14, stabilitas busa pada perlakuan konsentrasi NaOH 3% sebesar 180 mm dan total daya hambat bakteri pada konsentrasi NaOH 5% sebesar 6,0×101. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa konsentrasi larutan NaOH 3% merupakan perlakuan terbaik.
Analisis Asam Amino Beberapa Jenis Teripang Olahan Kering di Kabupaten Kepulauan Sangihe Eko Cahyono; Frets Jonas Rieuwpassa
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 3 No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.59 KB) | DOI: 10.5281/jit.v3i1.98

Abstract

Pengolahan teripang umumnya dilakukan dengan metode pengeringan dan pengasapan. Metode ini dapat mendegradasi protein yang didalamnya terkandung asam amino. Teripang mengandung sekitar 80% protein yang tersusun dari asam-asam amino, baik asam amino esensial maupun asam amino non esensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pengolahan teripang dan menentukan komposisi asam amino beberapa jenis teripang olahan kering di Kabupaten Kepulauan Sangihe. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif yaitu mengambil sampel teripang olahan kering kemudian melakukan pengukuran terhadap asam amino. Tahapan penelitian meliputi: survey lokasi dan mengamati proses pengolahan teripang, pengambilan sampel, pengukuran rendemen, analisis kadar air dan analisis asam amino menggunakan HPLC. Data yang diperoleh dibahas secara deskriptif, kemudian ditampilkan dalam bentuk gambar, tabel dan diagram. Hasil penelitian menunjukkan teripang yang dominan diolah adalah teripang Gama (Sticophus variegatus), teripang Pasir (Holothuria scabra) dan teripang Getah (Bohadchia marmorata). Teknik pengolahan umumnya meliputi preparasi, perebusan, penggaraman dengan metode kering untuk teripang Gama, penghilangan lapisan kapur untuk teripang Pasir, pengeringan/pengasapan dan pengemasan. Rata-rata rendemen yang dihasilkan berkisar 5.88 – 10.30% dengan kadar air berkisar 10.67% untuk teripang Gama, 27.42% untuk teripang Pasir dan 28.50% untuk teripang Getah. Terdapat 18 jenis asam amino yang terdiri dari 7 asam amino esensial dan 11 asam amino non-esensial. Teripang Gama memiliki jumlah asam amino yang lebih tinggi (38.450%) dibandingkan jumlah asam amino teripang Pasir (29.634%) dan teripang Getah (26.297%).
KARAKTERISASI KITOSAN DARI LIMBAH RAJUNGAN (Portunus pelagicus) Bella Anjelika Lalenoh; Eko Cahyono
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.652 KB)

Abstract

Kitosan merupakan senyawa hasil deasetilasi kitin, terdiri dari unit N-asetiglukosamin dan N glukosamin. Adanya gugus reaktif amino pada atom C-2 dan gugus hidroksil pada atom C-3 dan C-6 pada kitosan bermanfaat dalam aplikasinya yang luas, yaitu sebagai pengawet hasil perikanan dan penstabil warna produk pangan, sebagai flokulan dan membantu proses reverse osmosis dalam penjernihan air, aditif untuk produk agrokimia dan pengawet benih. Tujuan penelitian adalah melakukan transformasi biopolimer dari limbah rajungan menjadi polimer kitosan serta melakukan karakterisasi polimer kitosan. Manfaat dari penelitian agar dapat memberikan informasi mengenai metode ekstraksi polimer kitosan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode percobaan di laboratorium (experimental laboratory). Hasil dari proses ekstraksi polimer kitosan memiliki warna putih kecoklatan, tidak berbau, berbentuk serpihan, mengandung kadar air (10.27%), kadar abu (14.19%), rendemen (4.93%) dan tingkat kelarutan (100%).
APLIKASI KITOSAN KULIT UDANG WINDU (Panaeus monodon) SEBAGAI PENGAWET ALAMI PADA TAHU Eko Cahyono; Stevy Imelda Murniati Wodi; Nurfaida Kota Kota
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 4 No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.823 KB)

Abstract

Kitosan adalah bahan bioaktif dan aktivitasnya dapat diaplikasikan dalam bidang farmasi, pertanian, dan antibakteri yang salah satunya pada tahu. Tahu termasuk bahan makanan yang berkadar air tinggi. Besarnya kadar air dipengaruhi oleh bahan penggumpal. Bahan penggumpal asam menghasilkan tahu dengan kadar air lebih tinggi dibanding garam kalsium hal ini disebabkan oleh kadar airnya yang sangat tinggi. Makanan yang berkadar air tinggi umumnya kandungan protein agak rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari kitosan kulit udang sebagai pengawet alami dalam mengawetkan tahu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experimental laboratory. Hasil yang diperoleh bahwa pada perlakuan antibakteri larutan kitosan pada Tahu nilai Angka Lempeng Total (ALT) pada control sebesar (3.0 x 104), pada konsentrasi larutan kitosan 0,25% sebesar (1.9 x 105), pada konsentrasi 1,25% sebesar (2.2 x 102) dan konsentrasi 2,50% sebesar (3.6 x 105) sesuai standar SNI. Pengujian nilai pH hasil terbaik yaitu pada perlakuan larutan kitosan dengan konsentrasi 2,5% denganjumlah (8.46), pada pengujian nilai kadar air yang terbaik pada perlakuan larutan kitosan dengan konsentrasi 0,25% (87.13%), dan pada pengujian nilai kadar abu yang terbaik pada perlakuan larutan kitosan dengan konsentrasi 0,25 % dengan jumlah (0.15%).
ANALISIS ORGANOLEPTIK TORTILLA RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii Eko Cahyono; Frets Jonas Rieuwpassa; Serfiyanti Sirih
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.35 KB)

Abstract

Tortilla merupakan salah satu makanan ringan yang umumnya berbahan baku jagung yang sudah cukup dikenal adalah keripik tortila jagung (corn tortilla chips). Tortilla yang dibuat secara tradisional dari masa harina (sejenis tepung jagung atau cornmeal) atau tepung gandum adalah makanan pokok di Meksiko. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui mutu tortilla yang dibuat dari rumput laut jenis Kapaphyucus alvarezii. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat memanfaatkan rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii di Kabupaten Kepulauan Sangihe sebgai komoditas yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan Kruskal Wallis. Hasil yang diperoleh menunjukkan kandungan kadar air terbaik pada formula 4 (28.47%), kadar abu terbaik pada formula 4 (92.44%). Niai organoleptik rasa tertinggi pada formula 3 (4.40%), warna tertinggi pada formula 1 (4.53%) dan Aroma tertinggi pada formula 4 (4.43%).
NILAI ORGANOLEPTIK BAKSO IKAN LAYANG (Decapterus russelli), IKAN KUNIRAN (Upeneus moluccensis) DAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Thania Kahiking; Novalina Maya Sari Ansar; Eko Cahyono
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 6 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v6i2.301

Abstract

Bakso ikan merupakan produk berbahan dasar dari surimi yang terbuat dari lumatan daging ikan yang telah mengalami proses penghilangan tulang, dan sebagian komponen larut air dan lemak melalui pencucian dengan air, sehingga disebut sebagai konsentrat basah protein myofibril dari daging ikan layang, kuniran, dan nila. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui mutu bakso dari berbagai jenis daging ikan yang digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental. Hasil uji ogranoleptik menunjukkan bakso dengan kategori-kategori berikut, kenampakan terbaik pada ikan nila (8,2), bau terbaik dari ikan kuniran (7,8), rasa terbaik pada ikan layang (8,8) dan tekstur terbaik pada ikan layang (8,8). Kesimpulan dari ketiga jenis bahan baku yang digunakan ikan kuniran merupakan bahan baku terbaik dalam pembuatan bakso. Fish ball is a surimi-based product made from ground fish meat that has undergone a bone removal process as well as elimination of water and fat soluble components through washing with water. Hence, it is called wet concentrated myofibril protein mainly derived from mackerel scad, goldband goatfish, and tilapia meat. The objective of this research was to determine the quality of fish balls from various types of fish (mackerel scad, mac). Organoleptic tests showed that the best appearance, smell, taste and texture categories were found in tilapia (8.2), goatfish (7.8), mackerel scad (8.8), and mackerel scad (8.8) respectively. As a conclusion, of the three raw materials used in this research, goldband goatfish proved to be the best source of raw material for fish balls.
KARAKTERISASI CHITOSAN DAN CHITOSAN POLYMER MEDIUM DARI CANGKANG KEPITING BATU Eko Cahyono; Stevy Imelda Murniati Wodi; Jumardi Tondais
Jurnal Ilmiah Tindalung Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Ilmiah Tindalung
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Politeknik Negeri Nusa Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54484/jit.v6i1.343

Abstract

Kepiting batu (Grapsus albolineatus) merupakan spesies yang banyak ditemukan di pantai berbatu dan eksoskeletonnya adalah salah sumber potensial chitin-chitosan. Chitosan adalah polimer bersifat polikationik dengan chitosan polymer medium (CPM) yang memiliki molekul lebih sederhana sebagai salah satu turunannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan mutu chitosan dan chitosan polymer medium dari cangkang kepiting batu. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental. Hasil analisis membuktikan bahwa cangkang kepiting memiliki komposisi 4.17±0.08 air, 54.4±2.78 abu, 6.28±0.05 lemak, 23.48±0.01 protein, 11.70±2.93 kaborhidrat. Karakterisasi chitosan memperlihatkan rendemen sebesar 10±0.70%, kadar air 8.10±0.14%, abu 19.39±0.55%, lemak 6.26±0.37%, protein 8.24±0.34%, karbodidrat 50.03±0.04%, derajat putih 60.61±0.86% , viscositas 7.30±0.42 cps dan derajat deasetilasi 55.92±1.30%. Untuk chitosan polymer medium, rendemennya mencapai 98.33±0.40% dan derajat deasetilasinya sebesar 60.22±0.24%. Chitosan dan chitosan polymer medium dari cangkang kepiting batu (Grapsus albolineatus) masih memenuhi standar yang ditetapkan SNI. Stone crab (Grapsus albolineatus) is a species commonly found in rocky beaches. Its exoskeleton is a good source of chitin and/or chitosan. Chitosan represents a polycationic polymer with chitosan polymer medium (CPM) having simpler molecular formula than chitosan as chitosan’s derivative. The objective of this research was to determine the quality of chitosan and chitosan polymer medium from rock crab’s shells. Experimental method was used in this study with characterization of the crab’s shells showing a composition of 4.17±0.08%, water, 54.4±2.78% ash, 6.28±0.05% fat, 23.48±0.01% protein and 11.70±2.93% carbohydrate. Similar characterization on chitosan revealed a composition of 10±0.70% rendemen, 8.10±0.14% water, 19.39±0.55% ash, 6.26±0.37% fat, 8.24±0.34% protein, 50.03±0.04% charabohydrate, 60.61±0.86% white degree, 7.30±0.42 cps viscosity and 55.92±1.30% degrees of deacetylation. Although chitosan contained similar composition of white degree (60%) and deactylation (60%0 to chitoxan polymer medium, CPM had higher composition of rendemen (98.33±0.40%) than chitosan (10±0.70%). In conclusion, this study shows that chitosan and chitosan polymer medium of G. albolineatus met our national standard (SNI).