Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Keefektifan Biofungisida Trichoderma sp. dengan Tiga Jenis Bahan Pembawa terhadap Jamur Akar Putih Rigidoporus microporus Widi Amaria; Funny Soesanthy; Yulius Ferry
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n1.2016.p37-44

Abstract

Keefektifan Trichoderma sp. dalam mengendalikan penyakit jamur akar putih (JAP) dipengaruhi oleh faktor lingkungan, oleh karena itu lebih baik dibuat dalam bentuk biofungisida. Biofungisida Trichoderma sp. dengan bahan pembawa yang sesuai diharapkan mampu menekan infeksi patogen R. microporus di pembibitan. Tujuan penelitian adalah mengetahui keefektifan biofungisida Trichoderma sp. dengan tiga jenis bahan pembawa terhadap penyakit JAP pada bibit karet. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Sukabumi, mulai bulan Juli sampai Desember 2013. Percobaan menggunakan rancangan faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah 4 jenis Trichoderma, yaitu Trichoderma virens, T. hamatum, T. amazonicum, dan T. atroviride, dan faktor kedua adalah 3 jenis bahan pembawa, yaitu molase, kompos, dan talk. Biofungisida dibuat dari masing-masing jenis Trichoderma dengan masing-masing jenis pembawa sehingga terbentuk 12 biofungisida. Populasi spora Trichoderma sp. dalam biofungisida adalah 108 spora/ml dan jumlah yang diaplikasikan sebanyak 100 ml atau gram per tanaman. Bibit tanaman karet yang digunakan adalah klon AVROS 2037 hasil okulasi berumur 3 bulan dalam polybag. Peubah pengamatan meliputi masa inkubasi, intensitas dan penekanan serangan JAP, serta populasi Trichoderma sp. dalam tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara jenis Trichoderma dengan jenis bahan pembawa. Keempat jenis Trichoderma yang diuji memiliki keefektifan yang sama dalam menekan penyakit JAP pada bibit karet. Bahan pembawa talk, kompos, dan molase dapat meningkatkan kemampuan pertumbuhan Trichoderma sp., tetapi bahan pembawa talk mempunyai kemampuan paling tinggi dalam menekan penyakit JAP.
Evaluasi Jamur Antagonis dalam Menghambat Pertumbuhan Rigidoporus microporus Penyebab Penyakit Jamur Akar Putih pada Tanaman Karet Widi Amaria; Rita Harni; Samsudin Samsudin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v2n1.2015.p51-60

Abstract

Rigidoporus microporus is a pathogen causing white root disease in rubber plants, which is very difficult to control. The use of antagonistic fungi is expected to control this pathogen because it has the inhibitory ability through the competition, antibiosis or parasitism mechanisms. The objective of this research was to evaluate ten antagonistic fungi in inhibiting the growth of R. microporus in vitro. The research was conducted from January to April 2013, in the Laboratory of Plant Protection, Indonesian Industrial Beverages Crop Research Institute (IIBCRI) Sukabumi. The research consisted of: (1) the growth rate of colony, (2) inhibition, (3) secondary metabolites, and (3) antagonistic mechanism. Each test using a completely randomized design. The antagonist fungi used are: Trichoderma virens, T. hamatum,  T. amazonicum, Eupenicillium javanicum, Penicillium simplicissimum, P. citrinum, P. pinophilum, Paecilomyces lilacinus, Aspergillus fijiensis, and Hypocrea atroviridis (=T. atroviride), in which each of these fungi repeated 3 times. The results showed that the Trichoderma genus have inhibitory capability against R. microporus stronger than the others. Four genus of Trichoderma fungi have better competition mechanism against R. microporus compared to Penicillium, Eupenicillium, Paecilomyces, and Aspergillus. In addition, T. virens and H. atroviridis also have parasitism ability, while P. lilacinus and E. javanicum have antibiosis mechanism against R. microporus. The antagonistic fungi which were most potential to be developed as a biological control for white root disease, i.e.: T. virens, T. hamatum, and H. atroviridis.
Pengaruh Metabolit Sekunder Trichoderma spp. dan Fungisida Nabati untuk Mengendalikan Penyakit VSD pada Tanaman Kakao Rita Harni; Widi Amaria; Anis Herliyati Mahsunah; Irwan Lakani
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 3 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v6n3.2019.p109-118

Abstract

Vascular streak dieback (VSD) caused by Ceratobasidium theobromae is a major disease in cacao which results in yield losses up to 45%. Controlling VSD using secondary metabolites and botanical fungicide is expected to reduce disease attacks because secondary metabolites contain antibiotics, enzymes, and toxins that can control the disease and botanical fungicide that are antifungal. The research aimed to determine the effect of Trichoderma spp. secondary metabolites and botanical fungicide to control VSD in cacao. The research was conducted in the Integrated Laboratory, IIBCRI, Sukabumi, Biotechnology Laboratory, BPPT, Serpong and farmer gardens in Rahmat Village, Palolo District, Sigi Regency, Central Sulawesi, from March to December 2017. The research used a randomized block design of 7 treatments with 3 replications; each replication consists of 10 plants. The treatments were: (1) Trichoderma virens LP1, (2) T. amazonicum LP3, (3) botanical fungicide, (4) T. virens LP1 + botanical fungicide, (5) T. amazonicum LP3 + botanical fungicide, (6) chemical fungicide (for comparison), (7) control (without application). Variables observed were the symptoms of the attack, severity and disease progression, and production. The results showed that Trichoderma spp. secondary metabolites suppress VSD disease severity and increase cacao production up to 33.97%–61.34%, either in a single form or in combination with botanical fungicide. T. virens LP1 secondary metabolite showed the highest suppression of VSD disease (54.18%), followed by the combination of T. virens LP1 + botanical fungicide (47.64%), better than chemical fungicide (30.89%). Thus, Trichoderma spp. secondary metabolites can be used as a VSD control technology.
Keefektifan Beberapa Formula Fungisida Nabati Eugenol dan Sitronella terhadap Phytophthora palmivora Bult. Asal Kakao Rita Harni; Widi Amaria; Supriadi Supriadi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 1 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v4n1.2013.p11-18

Abstract

Phytophthora palmivora merupakan patogen utama pada tanaman kakao di seluruh dunia. Akibat serangan patogen ini menyebabkan kerugian sebesar 25-50%. Pengendalian patogen ini masih mengandalkan fungisida sintetik yang dikhawatirkan berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Fungisida nabati yang mengandung minyak atsiri, merupakan alternatif pengendalian yang lebih ramah lingkungan. Penelitian bertujuan mengevaluasi pengaruh formula eugenol, sitronella, asam salisilat dan silikon terhadap pertumbuhan P. palmivora. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar dari Maret sampai Agustus 2012. Minyak cengkeh (CK), serai wangi (SW), asam salisilat (AS) dan silikon cair (SI) digunakan sebagai bahan utama pembuatan formula. Formula yang diuji, yaitu (1) Eugenol, (2) Sitronella, (3) CK+SW, (4) SW+SI, (5) SW+AS, (6) CK+SI, dan (7) CK+AS. Percobaan dirancang secara acak lengkap dengan 5 ulangan. Pengujian formula terhadap pertumbuhan P. palmivora in vitro dilakukan dengan menginokulasikan potongan agar berisi kultur jamur pada permukaan PDA yang mengandung formula, sedangkan pengujian formula pada buah dan bibit kakao diuji di rumah kaca. Kadar fenol dan lignin dalam jaringan daun bibit kakao dianalisis untuk mengetahui mekanisme pertahanan tanaman terhadap infeksi patogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua formula yang diuji menghambat pertumbuhan dan biomassa P. palmivora pada kondisi in vitro, dan perkembangan gejala penyakit pada buah serta bibit kakao. Formula eugenol + asam salisilat mampu menghambat total pertumbuhan dan bioassay patogen pada media PDA, menekan perkembangan penyakit 65,2% pada buah dan 66,25% pada bibit, serta meningkatkan kadar senyawa fenol dan lignin dalam jaringan daun.Kata Kunci: Kakao, Phytophthora palmivora, eugenol, sitronella, fungisida nabatiPhytophthora palmivora is a major pathogen of cacao plants on the world. This pathogen caused 25-50% losses. The pathogen is commonly controlled with synthetic fungicide uses which may hazard for human and environment if used unwisely. Botanical fungicides containing essential oils offer more environmentally friendly control method. The study aimed to evaluate the effects of seven botanical fungicide formulas containing clove oil and citronella oil on P. palmivora. The study was conducted in the Laboratory and Greenhouse of the Indonesian Research Institute for Industrial and Beverage Crops from March to August 2012. A randomized complete designed with five replicates was used. Seven formulas tested were: (1) eugenol (CK), (2) citronella (SW), (3) CK+SW, (4) SW+ silicone (SI), (5) SW+salycilic acid (AS), (6) CK+SI, dan (7) CK+AS. The effects of formulas on growth and biomass of P. palmivora in vitro were tested by culturing the pathogen on solid PDA medium whereas its effect on disease developments was tested by inoculating cacao pods on fruits and seedlings. In addition, the phenol and lignin contents in the inoculated seedlings were assessed to support disease inhibition mechanism. The results showed that all the formulas tested inhibited the growth and biomass of P. palmivora in vitro. The highest inhibition was shown by the formula of clove oil mixed with salicylic acid. Disease developments on inoculated cocoa pods and seedlings reduced of 66.25% and 65.2% respectively, and increased levels of lignin and phenol in the leaves.
Seleksi dan Identifikasi Jamur Antagonis Sebagai Agens Hayati Jamur Akar Putih Rigidoporus microporus pada Tanaman Karet Widi Amaria; Efi Taufiq; Rita Harni
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 1 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v4n1.2013.p55-64

Abstract

Jamur akar putih (Rigidoporus microporus) merupakan patogen utama pada tanaman karet yang sulit pengendaliannya karenamempunyai struktur bertahan dalam tanah (klamidospora). Pengendalian hayati dengan jamur antagonis sangat potensial digunakanuntuk mengendalikan patogen tular tanah. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Industri danPenyegar, mulai Februari sampai Juli 2012 dengan tujuan untuk menyeleksi dan mengidentifikasi jamur antagonis yang potensialmengendalikan patogen R. microporus pada tanaman karet. Penelitian terdiri dari dua tahap, yaitu (1) pengambilan sampel padabeberapa perkebunan karet di daerah Lampung, Sumatera Selatan, Jawa Tengah dan Jawa Barat dan (2) isolasi, seleksi, karakterisasimorfologi dan identifikasi di Laboratorium Proteksi Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar. Hasil isolasi jamurantagonis dari rizosfer dan akar tanaman karet diperoleh 209 isolat. Berdasarkan persentase daya hambat terseleksi 12 isolat antagonis,yaitu 8 isolat rizosfer (Trichoderma virens, 2 isolat Trichoderma hamatum, 2 isolat Trichoderma amazonicum, Penicillium pinophilum,Paecilomyces lilacinus, dan Aspergillus fijiensis), dan 4 isolat endofit (Eupenicillium javanicum, Penicillium simplicissimum, Penicillium citrinum,dan Hypocrea atroviridis). Kedua belas isolat tersebut merupakan jamur antagonis potensial untuk mengendalikan penyakit JAP padakaret.Kata Kunci: Rigidoporus microporus, seleksi, identifikasi, jamur antagonisWhite root disease caused by Rigidoporus microporus is the main pathogen in rubber growing. The diseases is hard to be controlled because of itschlamydospore in soil. The use of antagonistic fungi is a potential approach being able to control the soil borne disease. A study was established atlaboratory of The Indonesian Research Institute for Industrial and Beverage Crops from February to July 2012. The objective of the study was to selectand identify some antagonistic fungi which are able to control R. microporus in rubber. The steps of study conducted were (1) collecting of soilsamples (as sources of antagonistic fungi) taken from several rubber plantations in Lampung, South Sumatra, Central Java and West Java, and (2)isolation, selection, and identification of morphological characteristics of the isolates at the Plant Protection Laboratory of The Research Institute.Results obtained 209 isolates of antagonistic fungi from rhizosphere and endophyte in rubber. There are 12-selected antagonistic isolates consisting of8 rhizosphere and 4 endophytic isolates. The rhizosphere isolates are Trichoderma virens, 2 isolates of Trichoderma hamatum, 2 isolates ofTrichoderma amazonicum, and one each of Penicillium pinophilum, Paecilomyces lilacinus, and Aspergillus fijiensis), whereas theendophytic isolates are Eupenicillium javanicum, Penicillium simplicissimum, Penicillium citrinum, and Hypocrea atroviridis of oneeach. The twelve isolates are antagonistic fungi in which the white root disease may be likely controlled.
Isolasi dan Seleksi Jamur Endofit Asal Tanaman Kakao Sebagai Agens Hayati Phytophthora palmivora Butl. Rita Harni; Widi Amaria; Khaerati Khaerati; Efi Taufiq
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n3.2016.p141-150

Abstract

Phytophthora palmivora Butl. merupakan patogen penyebab penyakit busuk buah kakao (BBK) yang menimbulkan kerugian cukup besar bagi petani. Pengendalian P. palmivora yang banyak dianjurkan adalah pengendalian ramah lingkungan dengan menggunakan agens hayati seperti jamur endofit. Tujuan penelitian adalah mendapatkan jamur endofit asal tanaman kakao yang bekerja sebagai agens hayati terhadap P. palmivora patogen penyebab busuk buah kakao. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Sukabumi, mulai bulan Januari sampai Juli 2015. Eksplorasi jamur endofit dilakukan di beberapa daerah penghasil kakao, yaitu Sulawesi Tenggara, Lampung, dan Jawa Barat. Bahan tanaman kakao yang digunakan sebagai sampel adalah daun, buah, dan ranting dari beberapa varietas dan klon kakao. Isolat-isolat jamur endofit diisolasi, dimurnikan, dan diseleksi kinerjanya terhadap P. palmivora secara in vitro pada media PDA dan secara in vivo pada buah kakao. Hasil isolasi diperoleh 269 isolat jamur endofit dari beberapa daerah, yaitu 195 isolat dari Sulawesi Tenggara, 41 isolat dari Jawa Barat, dan 33 isolat dari Lampung. Hasil seleksi isolat jamur endofit terhadap P. palmivora diperoleh 4 isolat jamur dari marga Trichoderma yang potensial sebagai agens hayati untuk pengendalian P. palmivora, yaitu SWI, STII, PB5, dan SWII dengan daya hambat 70,33%; 68,89%; 67,43%; dan 66,67%.
Pengaruh Formula Fungisida Nabati Minyak Cengkeh dan Serai Wangi terhadap Penyakit Busuk Buah Kakao Rita Harni; Efi Taufiq; Widi Amaria
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v1n1.2014.p41-48

Abstract

Penyakit utama busuk buah kakao disebabkan oleh Phytophthora palmivora dapat menurunkan hasil 20%-30%. Pengendalian penyakitdengan fungisida nabati saat ini banyak dikembangkan, dengan tujuan mengurangi dampak negatif dari fungisida sintetik. Fungisidanabati yang digunakan adalah minyak cengkeh dan serai wangi karena mudah didapat dan bersifat fungisidal. Penelitian bertujuanmenganalisis pengaruh formula fungisida nabati minyak cengkeh dan serai wangi terhadap perkembangan penyakit busuk buah kakao(BBK) yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora. Penelitian dilaksanakan di kebun petani Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat,menggunakan rancangan acak kelompok 7 perlakuan, 4 ulangan. Setiap perlakuan diamati 20 buah kakao berukuran 8-10 cm.Perlakuan yang diuji adalah 1) minyak cengkeh+serai wangi, 2) minyak cengkeh+asam salisilat, 3) minyak cengkeh+silikon, 4) seraiwangi+asam salisilat, 5) serai wangi+silikon, 6) fungisida sintetik sebagai pembanding, dan 7) kontrol. Larutan formula (5ml/liter)disemprotkan pada buah setiap 2 minggu sekali sampai buah masak atau dipanen. Parameter yang diamati adalah persentase serangan,intensitas serangan, kadar senyawa fenol, dan bobot biji kakao. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula fungisida nabaticengkeh dan serai wangi yang diperkaya dengan asam salisilat dan silikon dapat menekan intensitas serangan penyakit busuk buahkakao sebesar 20,48%-65,62%, tidak berbeda nyata dengan fungisida sintetik (73,15%). Besarnya tingkat penekanan penyakit sejalandengan kandungan senyawa fenol pada kuit buah kakao. Semakin tinggi kadar fenol pada kulit buah, maka semakin tinggi penekananpenyakit busuk buah kakao. Penggunaan formula fungisida nabati dapat menekan kehilangan produksi kakao 23,94%-43,02%.Formula terbaik dan dapat dianjurkan untuk pengendalian penyakit busuk buah kakao adalah minyak cengkeh+serai wangi,cengkeh+asam salisilat, dan serai wangi+silikon.Kata Kunci: Kakao, Phytophthora palmivora, busuk buah kakao, fungisida nabatiBlack pod disease caused by Phytophthora palmivora is a major disease on cacao crops, which can cause yield losses until 20%-30%. Diseasecontrol using botanical fungicide such as the use of clove and citronella oil, which have fungicidal effect, have been developed to reduce the negativeimpact of synthetic fungicide residues. The objectives of this study was to analyze the effect of clove and citronella oil as botanical fungicide formulaon the development of black pod disease and seed weight of cocoa in the field. The study was carried out at farmer’s fields in Mamuju District, WestSulawesi using a randomized block design with 4 replications and 7 treatment. In each treatment was observed 20 cacao pods with size 8-10 cm. Thetreatments were 1) clove + citronella oil, 2) clove oil + salicylic acid, 3) clove oil + silicone, 4) citronella + salicylic acid, 5) citronella + silicone,6) synthetic fungicides as a comparison treatment, and 7) control. The botanical formula was applied by spraying onto the entire surface of pod witha concentration of 5 ml/litre every 2 weeks. Observations were include the percentage of attacks, intensity of the attack, the levels of phenoliccompounds, and seed weight of cacao. The results showed that the formula of botanical fungicide containing clove and citronella oil enriched withsalicylic acid and silicon can suppress disease attack of black pod (20.48%-65.62%), which was not significantly different from synthetic fungicide(73.15%). The level of disease suppression in line with phenolic compounds of cocoa husk. In which, high phenolic contents can reduce black poddisease at a higher level . The use of botanical fungicides formula can suppress the yield loss until 23.94% to 43.02%. The best formulas that canbe recommended in suppressing intensity of black pod disease were clove oil + citronella, clove oil + salicylic acid, and citronella + silicon.
Pengaruh Waktu Aplikasi dan Jenis Trichoderma terhadap Penyakit Jamur Akar Putih pada Bibit Tanaman Karet Widi Amaria; Edi Wardiana
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v1n2.2014.p79-86

Abstract

Pemanfaatan agens hayati berupa jamur antagonis Trichoderma mempunyai peluang dalam mencegah maupun menekan serangan jamur akar putih (JAP) pada bibit tanaman karet. Oleh karena itu, Trichoderma dapat diaplikasikan sebelum maupun setelah infeksi patogen. Penelitian ini bertujuan mengetahui waktu aplikasi dan jenis Trichoderma yang efektif dalam mengendalikan penyakit JAP pada bibit karet. Penelitian dilakukan di rumah kasa Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Sukabumi, mulai bulan Mei sampai November 2013. Rancangan percobaan menggunakan acak kelompok faktorial dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah dua waktu aplikasi Trichoderma (sebelum dan setelah infeksi patogen), faktor kedua adalah empat jenis Trichoderma (Trichoderma virens, Trichoderma hamatum, Trichoderma amazonicum, dan Trichoderma atroviride). Di samping itu, digunakan petak kontrol (tanpa Trichoderma) untuk melihat efektif-tidaknya penggunaan Trichoderma. Bibit karet menggunakan klon AVROS 2037 hasil okulasi umur 3 bulan. Peubah yang diamati meliputi gejala penyakit JAP, masa inkubasi patogen, dan intensitas serangan JAP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pembibitan karet penggunaan agen hayati Trichoderma lebih efektif bila diaplikasikan sebelum ada infeksi patogen karena dapat memperpanjang masa inkubasi patogen dan menekan serangan JAP masing-masing 60,49 hari dan 78,36% dibandingkan kontrol, serta 51,62 hari dan 71,14% bila dibandingkan aplikasi setelah ada infeksi. Trichoderma yang diaplikasikan setelah infeksi patogen hanya efektif menekan serangan JAP sebesar 25% dibandingkan kontrol. T. virens dan T. amazonicum paling efektif bila diaplikasikan sebelum infeksi patogen, sedangkan apabila tanaman telah terinfeksi patogen maka dianjurkan menggunakan T. virens, T. amazonicum, atau T. atroviride.Kata kunci: Karet, jamur akar putih, Trichoderma, intensitas serangan, masa inkubasi patogenThe utilization of biological agents such as fungal antagonist of Trichoderma has the opportunity to prevent and suppress the attacks of white root diseases (JAP) in rubber seedlings. Therefore, Trichoderma can be applied before or after pathogen infection. The objectives of this study were to determine the application time and Trichoderma types which effective in controlling white root fungi in rubber seedlings. The research was carried out in the Screen house of Indonesian Industrial and Beverages Crops Research Institute (IIBCRI), Sukabumi, from May to November 2013. The randomized complete block design in factorial two factors and three replications was used in this study. The first factor: two times of Trichoderma application (one week before and after pathogen infections), whereas the second factor: four types of Trichoderma (Trichoderma virens, Trichoderma hamatum, Trichoderma amazonicum, and Trichoderma atroviride). In addition, the control plot (without Trichoderma application) was also used to investigate the effectiveness of Trichoderma application. Rubber seedling used in this study was 3 months old AVROS 2037 clone that obtained from grafting. The variable observed were symptom of JAP diseases, pathogen incubations period, and attacks intensity of JAP. The results showed that the use of Trichoderma biological agents in rubber seedling more effective when applied before pathogen infection, because it can prolong the incubations period and suppress pathogenic attack of JAP at about 60.49 days and 78.36%, respectively compared to the controls, and 51.62 days and 71.14% compared to the application after pathogen infections. The application of Trichoderma after pathogen infections only effective to suppress JAP attacks at about 25% compared to the control. T. virens and T. amazonicum most effective when applied before pathogen infection, whereas if the plant has been infected with a pathogen, it is recommended to use T. virens, T. amazonicum, or T. atroviride.
Pengaruh Penambahan Gliserol pada Media Perbanyakan terhadap Daya Simpan Biofungisida Trichoderma Widi Amaria; Yulius Ferry; Samsudin Samsudin; Rita Harni
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v3n3.2016.p159-166

Abstract

Daya simpan biofungisida yang mengandung Trichoderma virens dan T. amazonicum untuk mengendalikan penyakit jamur akar putih (JAP) pada tanaman karet penting untuk diketahui agar tetap efektif ketika diaplikasikan. Komposisi media perbanyakan dalam biofungisida Trichoderma sp. dapat mempengaruhi lama hidup dan viabilitas konidia selama penyimpanan. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penambahan gliserol dalam media perbanyakan terhadap daya simpan biofungisida T. virens dan T. amazonicum. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman, Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), Sukabumi, mulai bulan Januari sampai Juli 2014. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Biofungisida yang dibuat terdiri dari: (1) penambahan gliserol (0%, 3%, 6%, dan 9%) pada media perbanyakan T. virens dan (2) penambahan gliserol (0%, 3%, 6%, dan 9%) pada media perbanyakan T. amazonicum. Masing-masing hasil perbanyakan dicampur dengan bahan pembawa talk, dikeringanginkan, selanjutnya dikemas dalam kantong plastik dan disimpan selama 4 bulan. Pengamatan dilakukan setiap bulan, meliputi: jumlah konidia dan populasi Trichoderma sp., serta kadar air biofungisida. Hasil penelitian menunjukkan penambahan gliserol pada media perbanyakan dapat membantu mempertahankan viabilitas T. virens dan T. amazonicum serta daya simpan biofungisida. Penambahan gliserol 6% sampai 9% pada media perbanyakan T. virens dan T. amazonicum merupakan konsentrasi terbaik, menghasilkan konidia 7,98 x 107 – 8,59 x 107 konidia/g dan kelimpahan populasi 11,67 x 103 – 14,67 x 103 cfu/g pada biofungsida yang disimpan selama 4 bulan.
Potensi Lecanicillium lecanii untuk Pengendalian Helopeltis antonii pada Tanaman Teh Gusti Indriati; Samsudin Samsudin; Widi Amaria
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 2 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jtidp.v2n2.2015.p99-106

Abstract

Lecanicillium lecanii is an entomopathogenic fungus that potential to control tea mosquito bug Helopeltis antonii. The research aimed to determine the potential of L. lecanii in controlling H. antonii in tea plant. The research was conducted at the Laboratory of Plant Protection, Indonesian Industrial and Beverages Crops Research Institute (IIBCRI) Sukabumi, from January to October 2014. The study consisted of infectivity and antifeedancy of L. lecanii on H. antonii nymph, as well as its in vitro compatibility with botanical insecticide, using completely randomized design (CRD). The infectivity and antifeedancy tests of L. lecanii on H. antonii nymph were carried out using 4 densities: 106, 107, 108, 109 conidia/ml, and control. Each treatment of infectivity test was repeated 4 times with observed variables were mortality and development of nymphs. Meanwhile, antifeedancy test was repeated 10 times with the observed variable was percentage of feeding reduction. The in vitro compatibility test of L. lecanii was done by using Piper retrofractum (PR), Tephrosia vogelii (TV) and Annona squamosa (AS) powder with the concentration of 2.5%, 5.0%, 7.5%, respectively and control, which repeated 4 times. The results showed that L. lecanii capable to infect and kill H. antonii nymph at about 65% in laboratory and reduce feeding about 83.04%. Addition of A. squamosa and T. vogelii powder at 2.5%–7.5% concentration were not significantly affecting the growth of L. lecanii colonies on PDA media. On the other hand, addition of P. retrofractum powder with the same concentration was considerably inhibiting the growth of L. lecanii. This result demonstrates that A. squamosa and T. vogelii powder are compatible with L. lecanii.