Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Gender Discourse’s Understanding and Knowledge of Family Planning Agent, Cadres, and Community Institutions towards Family Planning Promotion in Kediri Regency Yuyun Agus Riani; Yun Fitrahyati Laturrakhmi
Metakom Vol 2 No 2 (2018): 4th Edition
Publisher : Metakom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/metakom.v2i2.31

Abstract

This data also supported by the results of the previous research which showed that the family planning always a woman as an object, controversy in social values, domination of decision making, power relations became several factors causing vasectomy and family planning for men was less adopted. From those descriptions, it is important for researchers to identify the understanding and knowledge of gender discourse in PLKB officers, KB cadres, and members of family planning institutions related to family planning promotion. This study uses an interpretative qualitative approach. While data collection conducted by using in-depth interviews and Focus Group Discussion (FGD). Key words : family planning promotion, gender discourse, understanding
Strategy Analysis of Storytelling in Communicating Marriage Age Maturity Program in The Society Nilam - Wardasari; Yun Fitrahyati Laturrakhmi; Azizun Kurnia Illahi
Jurnal Komunikasi Vol 13, No 2 (2021): Jurnal Komunikasi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jk.v13i2.11093

Abstract

Even though some measures to reduce the incidence rate of child marriage have being undertaken for years, the implementation of the marriage act, Undang-undang No.16/2019, has been strengthening the implementation of Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), a national program to reduce the incidence rate of child marriage in Indonesia. Under these circumstances, communication holds an essential role in that program, mainly to reach behavioral and social changes among community as the main target of the program. A number of previous research still focused on the role of communicators and the communication effectiveness of the program. Through narrative paradigm framework, the present study is conducted to explore story-telling strategies performed by extension agents in Kabupaten Pasuruan, a distric where the incidence rate of child marriage is relatively high. Data gathered through FGDs and indepth interviews which involved extension agents of Program PUP in Kabupaten Pasuruan, local authority that concerns in family welfare and women empowerment, and Muslimat NU – those directly involved in the communication and education process towards PUP Program. Through interactive analysis presented by Miles, Huberman & Saldana (2014), this study revealed that within their strory-telling strategies, the extension agents as a story-teller tends to performed themselves in a more symmetrical relationship with their audiences. In order to involve their audiences to their stories, the extension agents employed Islamic based stories. From the structural narration, it is clear that they use humor and mitos to convince their audiences to avoid child marriage. The stories used also performed both structural and characterological coherence. However, in some stories, there are still lack of material coherence.  Meskipun penanganan masalah pernikahan usia anak telah sejak lama dilakukan, berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang perkawinan semakin memperkuat pelaksanaan Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) sebagai langkah konkret penanganan tingginya pernikahan usia anak di Indonesia. Komunikasi pada akhirnya turut memegang peranan kunci dalam proses pelaksanaan program khususnya untuk mencapai perubahan dalam level masyarakat sasaran. Berkaitan dengan PUP, berbagai riset terdahulu masih banyak berfokus pada peran komunikator serta efektivitas proses pengomunikasian program. Melalui kerangka narrative paradigm, penelitian ini hadir dengan tujuan mengeksplorasi strategi komunikasi berbasis storry-telling yang telah dilakukan oleh para penyuluh lapangan di wilayah Kabupaten Pasuruan, wilayah dengan jumlah pernikahan usia anak yang cukup tinggi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui FGD dan wawancara dengan melibatkan para penyuluh lapangan Program PUP di Kabupaten Pasuruan, dinas terkait, serta Muslimat NU yang terlibat langsung dalam proses edukasi terkait PUP. Melalui analisis interaktif Miles et al (Miles, M.B; Hubberman, A.M,; Saldana, 2014), disimpulkan bahwa melalui strategi story-telling yang digunakan, para penyuluh selaku pencerita berusaha memposisikan dirinya dengan membawakan cerita yang didasarkan pada penggunaan kisah-kisah dalam sejarah Islam untuk melibatkan target audiens di dalam cerita mereka. Dari struktur narasi yang digunakan, secara umum cerita yang disampaikan melibatkan humor dan mitos dan telah dapat memenuhi koherensi struktural dan karakterologis. Akan tetapi, terdapat beberapa cerita yang belum menunjukkan koherensi material.  
SEBUAH STUDI TENTANG KOMUNIKASI RITUAL DALAM TARIAN SEBLANG BANYUWANGI Dinar Prihastuti; Yun Fitrahyati Laturrakhmi
Studi Budaya Nusantara Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.972 KB) | DOI: 10.21776/ub.sbn.2017.oo1.02.01

Abstract

ABSTRAK  Beberapa studi telah dilakukan untuk menggali bagaimana komunikasi ritual dalam tradisi-tradisi yang berlaku di Indonesia. Namun, belum banyak studi yang menyoroti dimensi sejarah dari suatu ritual. Menindaklanjuti hal tersebut, studi ini ditujukan untuk menggali lebih jauh tentang makna ritual Tarian Seblang oleh masyarakat Desa Olehsari, Banyuwangi dalam perspektif komunikasi ritual serta melihat pergeseran yang terjadi dalam praktik ritual Tarian Seblang sejak masa Hindu, masuknya Islam dan ritual saat ini. Melalui studi etnografi, diperoleh hasil bahwa Tarian Seblang dimaknai sebagai ritual untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, ritual untuk menjaga keselamatan desa, serta upaya menghormati nenek moyang. Dari sisi sejarah, terjadi modifikasi terhadap praktik ritual ini dari masa Hindu, masuknya Islam hingga praktik saat ini, hingga menunjukkan terjadinya akulturasi pada salah satu prosesi. Adanya campur tangan pemerintah melalui promosi pariwisata dalam ritual Tarian Seblang dinilai dapat memudarkan nilai sakral dari ritual Tarian Seblang. ABSTRACTSeveral studies have been conducted to explore some practices of ritual communication in various traditions in Indonesia. However, those studies have not analysed the historical dimension of the ritual. The aim of this research is to explore the shared meaning about Tarian Seblang in the Olehsari people’s, Banyuwangi through ritual communication lens. Furthermore, the study also is conducted to reveal modified practices in Tarian Seblang which has been performed since Hindu era. Through an ethnographical study, the result of this study shows that Tarian Seblang is interpreted as an expressing gratitude to God, as an act to preventing some disaster and plagues, also as an honour to the ancestors. In the historical dimensions, this research reveals some modified practices within the ritual according to the cultural practices in Hindu era, Islamic era and the contemporary era. Some cultural practices also indicate the acculturation between Hindu values and Islamic values. The promotional efforts toward Tarian Seblang organized by the local government are considered to diminish the sacred value of this ritual.
Pola Pencarian Informasi Kesehatan Berbasis Risk Perception Attitude Framework Dalam Kasus COVID-19 Sinta Swastikawara; Yun Fitrahyati Laturrakhmi
IKOMIK: Jurnal Ilmu Komunikasi dan Informasi Vol. 2 No. 1 (2022): June
Publisher : Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/ikomik.v2i1.2971

Abstract

Peran teknologi komunikasi di bidang e-health semakin terasa perannya dalam kondisi wabah Covid-19. Pada masyarakat rural, seringkali akses informasi sulit karena susahnya mengakses e-health. Bagi masyarakat urban, akses informasi sangat mudah karena akses terhadap e-health juga dimudahkan dengan kemudahan mengakses jaringan internet. Penelitian ini berupaya menggali terkait perbadingan pola pencarian informasi Kesehatan berbasis Risk Perception Attitude Framework dalam kasus Covid-19 pada masyarakat rural dan urban. Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey non eksperimen. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa a) pola pencarian informasi antara wilayah Rural dan Urban terdapat perbedaan. Masyarakat rural tergolong pada kelompok masyarakat proactive dan masyarakat urban pada kelompok masyarakat responsive; b) pola pencarian informasi juga berdampak pada persepsi atas risiko wabah Covid-19 dimana mereka sama-sama aktif melakukan pencarian informasi; c) tidak ditemukannya perbedaan antara masyarakat rural dan urban sehingga dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya masyarakat yang rentan karena rendahnya informasi Covid-19.
Penguatan Kapasitas Tata Kelola Keuangan dan Komunikasi pada Pelaksanaan Program Badan Usaha Milik Desa di Desa Gendro Pasuruan Rachmat Kriyantono; Yun Fitrahyati Laturrakhmi; Sinta Swastikawara; Dessanti Putri Sekti Ari
Abdihaz: Jurnal Ilmiah Pengabdian pada Masyarakat Vol 2 No 2 (2020): December
Publisher : Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32663/abdihaz.v2i2.1420

Abstract

Strengthening Financial Governance and Communication Capacity in The Implementation of Village-Owned Business Agency Programs in Gendro Village Pasuruan This article describes community service programs to provide organizational capacity strengthening to increase the Village-Owned Enterprises (BUMDES) program's effectiveness. BUMDES demands program implementers' management capabilities as a government program to develop villages, both BUMDES administrators and village governments. This management capability is related to transparency in budget management and communication management, which ultimately becomes one of the parameters that determine the level of public trust in the management of BUMDES. The Community Service Team aims to strengthen the capacity of financial governance and communication in the management of BUMDES in Gendro Village, Pasuruan Regency. Activities were carried out through workshops and assistance to BUMDES managers. This activity was attended by all BUMDES managers and village government officials. This activity was carried out from June to September 2020. This activity found that the capacity of financial and communication governance was constrained by a lack of support from the village government, communication problems between Bumdes managers and village heads, managers had not focused optimally, and low cooperation between managers. This activity was able to provide understanding and application capabilities regarding the management of transparent financial reports and effective communication management with the village government. It is hoped that this capacity will make Bumdes independent and able to innovate in developing village potentials to become a source of business for Gendro Village.
PEMBERDAYAAN PERANGKAT DESA DALAM PENYAMPAIAN INFORMASI PUBLIK UNTUK MENCEGAH KORUPSI DALAM PELAKSANAAN PROGRAM BUMDES DI DESA GENDRO – KABUPATEN PASURUAN Rachmat Kriyantono; Yun Fitrahyati Laturrakhmi; Sinta Swastikawara; Azizun Kurnia Illahi; Dessanti Putri Sekti Ari
Abdimas: Jurnal Pengabdian Masyarakat Universitas Merdeka Malang Vol 4, No 2 (2019): December 2019
Publisher : University of Merdeka Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26905/abdimas.v4i2.3229

Abstract

Perangkat desa sebagai pemerintahan kecil di tingkat desa, sepatutnya paham tentang kewajiban mereka, utamanya terkait keterbukaan arus informasi dari perangkat desa ke masyarakat dan begitu pula sebaliknya. Hal ini nyatanya banyak ditemukan oleh tim di lapangan, salah satunya adalah di Desa Gendro Kabupaten Pasuruan. Data menunjukkan bahwa perangkat desa menganggap bahwa peran mereka sebagai perangkat desa telah berjalan sesuai dengan yang ditugaskan kepada mereka. Mereka mengakui bahwa terdapat tupoksi ganda yang mereka lakukan, namun itu semua dilakukan untuk membantu rekan mereka yang mengalami kesulitan. Di sisi lain, perangkat desa juga merasa bahwa ada kelompok di masyarakat yang tidak percaya dengan kinerja perangkat desa namun tidak disampaikan secara langsung kepada perangkat desa. Hubungan antara perangkat desa dengan organisasi lain di dalam desa seperti PKK, BPD, Karang Taruna juga ikut merasakan bahwa perangkat desa menutup pintu untuk melakukan komunikasi, baik dengan masyarakat maupun dengan organisasi lain di dalam desa. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian masyarakat ini banyak difokuskan pada pemberian pemahaman kepada perangkat desa Gendro dalam meningkatkan pemahaman mereka atas pengelolaan keterbukaan informasi publik dan pengelolaan dana desa. DOI: https://doi.org/10.26905/abdimas.v4i2.3229
Strategy Analysis of Storytelling in Communicating Marriage Age Maturity Program in The Society Nilam - Wardasari; Yun Fitrahyati Laturrakhmi; Azizun Kurnia Illahi
Jurnal Komunikasi Vol. 13 No. 2 (2021): Jurnal Komunikasi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jk.v13i2.11093

Abstract

Even though some measures to reduce the incidence rate of child marriage have being undertaken for years, the implementation of the marriage act, Undang-undang No.16/2019, has been strengthening the implementation of Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), a national program to reduce the incidence rate of child marriage in Indonesia. Under these circumstances, communication holds an essential role in that program, mainly to reach behavioral and social changes among community as the main target of the program. A number of previous research still focused on the role of communicators and the communication effectiveness of the program. Through narrative paradigm framework, the present study is conducted to explore story-telling strategies performed by extension agents in Kabupaten Pasuruan, a distric where the incidence rate of child marriage is relatively high. Data gathered through FGDs and indepth interviews which involved extension agents of Program PUP in Kabupaten Pasuruan, local authority that concerns in family welfare and women empowerment, and Muslimat NU – those directly involved in the communication and education process towards PUP Program. Through interactive analysis presented by Miles, Huberman & Saldana (2014), this study revealed that within their strory-telling strategies, the extension agents as a story-teller tends to performed themselves in a more symmetrical relationship with their audiences. In order to involve their audiences to their stories, the extension agents employed Islamic based stories. From the structural narration, it is clear that they use humor and mitos to convince their audiences to avoid child marriage. The stories used also performed both structural and characterological coherence. However, in some stories, there are still lack of material coherence.  Meskipun penanganan masalah pernikahan usia anak telah sejak lama dilakukan, berlakunya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang perkawinan semakin memperkuat pelaksanaan Program Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) sebagai langkah konkret penanganan tingginya pernikahan usia anak di Indonesia. Komunikasi pada akhirnya turut memegang peranan kunci dalam proses pelaksanaan program khususnya untuk mencapai perubahan dalam level masyarakat sasaran. Berkaitan dengan PUP, berbagai riset terdahulu masih banyak berfokus pada peran komunikator serta efektivitas proses pengomunikasian program. Melalui kerangka narrative paradigm, penelitian ini hadir dengan tujuan mengeksplorasi strategi komunikasi berbasis storry-telling yang telah dilakukan oleh para penyuluh lapangan di wilayah Kabupaten Pasuruan, wilayah dengan jumlah pernikahan usia anak yang cukup tinggi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui FGD dan wawancara dengan melibatkan para penyuluh lapangan Program PUP di Kabupaten Pasuruan, dinas terkait, serta Muslimat NU yang terlibat langsung dalam proses edukasi terkait PUP. Melalui analisis interaktif Miles et al (Miles, M.B; Hubberman, A.M,; Saldana, 2014), disimpulkan bahwa melalui strategi story-telling yang digunakan, para penyuluh selaku pencerita berusaha memposisikan dirinya dengan membawakan cerita yang didasarkan pada penggunaan kisah-kisah dalam sejarah Islam untuk melibatkan target audiens di dalam cerita mereka. Dari struktur narasi yang digunakan, secara umum cerita yang disampaikan melibatkan humor dan mitos dan telah dapat memenuhi koherensi struktural dan karakterologis. Akan tetapi, terdapat beberapa cerita yang belum menunjukkan koherensi material.  
Membangun Social Support Network melalui Penguatan Kapasitas Remaja Perempuan dalam Pencegahan Child Marriage di Perdesaan Yun Fitrahyati Laturrakhmi; Fitri Hariana Oktaviani; Azizun Kurnia Illahi
Jurnal Gema Ngabdi Vol. 5 No. 1 (2023): JURNAL GEMA NGABDI
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jgn.v5i1.318

Abstract

This community service is intended to develop IPPNU members’ capacity in order to strengthen their function as social support networks among girls in Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan Jatim since the incidence rate of child marriage in this area has become higher due to covid-19 pandemic. The organization’s ability to function as a social support network becomes critical for enhancing self-agency among girls in rural areas regarding their decision to marry. In order to develop this function, a range of treatments had been accomplished to improve participants’ knowledge, skills, and ability to apply critical thinking in both exploring the causes and designing preventive measures for child marriage. By involving 11 IPPNU members as participants, this community service employed workshops as the main method. The results have shown that participants’ knowledge about child marriage has been improved, particularly by the use of participatory communication techniques to explore some issues through the victims’ lens. This activity also resulted in the enhancement of participants’ knowledge and concern to utilize an online application for designing and creating digital content. Another interesting finding is the fact that participants had performed critical thinking through their reflection on what would they contribute to their environment individually.