Atiek Moesriati
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Kajian Risiko Proses Pengolahan Lumpur Tinja Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) (Studi Kasus: Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja Kota Batu) Sasi Kirana Iswara Mawangi; Atiek Moesriati
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.72607

Abstract

Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) Kota Batu merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Pengelolaan Air Limbah Domestik Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kota Batu. Pada tahun 2017-2019 debit pengolahan IPLT Kota Batu sebesar 36 m3/hari. Berdasarkan hasil analisis laboratorium tahun 2017 – 2019, diperoleh hasil bahwa parameter indikator pencemaran tidak memenuhi baku mutu. Nilai effluent pada IPLT Kota Batu Tahun 2019 untuk parameter BOD, COD, TSS, pH, dan minyak lemak masing-masing sebesar 59,42 mg/L; 188,7 mg/L; 46,8 mg/L; 9,2; dan 6,5 mg/L. Sehingga diperlukan identifikasi terhadap terjadinya kegagalan pengolahan lumpur tinja untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko kegagalan serta saran perbaikan yang dapat dilakukan. Lingkup penelitian ini adalah mengevaluasi pengolahan air limbah pada operasional sebelum tahun 2019 dengan debit pengolahan 36 m3/hari. Analisis untuk meminimalisir kegagalan dalam pengolahan lumpur tinja menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Risiko terjadinya kegagalan pada instalasi pengolahan lumpur tinja dianalisis dengan menggunakan metode fishbone. Risiko tersebut dapat dihitung nilai severity, occurence, dan detection dari metode FMEA dan dari nilai tersebut dapat ditentukan prioritas penanganan dan perbaikan dengan mengalikan hasil nilai severity, occurence, dan detection yang dinyatakan dalam bentuk Risk Priority Number. Berdasarkan dari hasil analisis dan kuisioner yang didapatkan, upaya untuk memperkecil kegagalan pengolahan lumpur tinja diantaranya pengurasan rutin barscreen, memperketat SOP penyedotan lumpur tinja, pelatihan atau seminar tentang pengolahan tinja, mengontrol limbah masuk, perawatan pada unit ABR, Kolam Fakultatif, Kolam Maturasi, dan pompa vacuum truk tinja secara rutin.
Penilaian Risiko Adanya Total Koliform pada Air Produksi IPA X Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis Bella Apriliani Amanda; Atiek Moesriati; Nieke Karnaningroem
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (771.439 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.16959

Abstract

Risiko terbesar sistem penyediaan air minum adalah kegagalan menyediakan air minum yang aman bagi masyarakat. Berdasarkan laporan hasil pengujian sampel air produksi IPA X bulan Maret 2016 untuk pemeriksaan parameter wajib diketahui bahwa sampel melebihi baku mutu Permenkes RI No. 492 Tahun 2010 untuk parameter total koliform. Total koliform sebagai indikator pencemaran air oleh patogen menyebabkan air tidak aman dikonsumsi. Proses disinfeksi berperan penting dalam menyisihkan patogen. Kinerjanya dipengaruhi oleh suhu, pH, kekeruhan, dan zat organik. Salah satu cara pengendalian kualitas air produksi melalui pendekatan manajemen risiko menggunakan metode Failure Modes and Effect Analysis (FMEA). Risiko potensial harus terukur agar dapat ditentukan risiko penyebab permasalahan dan tindakan pengurangan risiko yang tepat. Penilaian risiko berdasarkan skala Risk Priority Number (RPN) dijadikan dasar penentuan prioritas tindakan perbaikan. Berdasarkan hasil analisis, risiko kegagalan terbesar yaitu penentuan dosis klor dan zat organik (level risiko tinggi); sisa klor (level risiko sedang); kekeruhan dan pH (level risiko sangat rendah). Usulan perbaikan untuk mengurangi risiko tersebut yaitu dilakukan penentuan dosis klor setiap hari, pengendalian pembentukan disinfectant by products (DBPs) akibat adanya zat organik dalam air dengan menurunkan konsentrasi zat oganik menggunakan granular activated carbon (GAC) atau teknologi aerasi, mengurangi pembentukan DBPs dengan menurunkan dosis disinfektan, menyisihkan DBPs setelah senyawa tersebut terbentuk menggunakan GAC, meningkatkan sisa klor menjadi 0,6 mg/l, melakukan pemantauan kekeruhan dan pH pada sistem pengoperasian filter.
Risiko Kegagalan pada Kualitas Produksi Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Sukolilo Surabaya Menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Egy Asri Yassin Utami; Atiek Moesriati; Nieke Karnaningroem
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (122.36 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.19051

Abstract

Kebutuhan manusia terhadap air minum yang layak konsumsi semakin lama semakin berkembang sebanding dengan perkembangan penduduk yang kian lama kian meningkat. Untuk dapat memenuhi kebutuhan air minum sehari-hari, banyak industri yang membuka usaha air minum diantaranya adalah adanya depot air minum isi ulang (DAMIU). Pemilihan depot air minum isi ulang sebagai alternatif air minum menjadi risiko yang dapat membahayakan kesehatan jika kualitas depot air minum isi ulang masih diragukan. Penilitian ini menggunakan metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) untuk mencari prioritas terjadinya kegagalan dalam proses pengolahan air minum isi ulang. Risiko-risiko yang didapat harus memiliki nilai agar terukur sehingga ditemukan prioritas penanganan dan dicari upaya untuk perbaikan. Penilaian tersebut dikenal dengan nilai RPN (Risk Priority Number) yaitu hasil pengalian dari tingkat keparahan (severity), frekuensi kejadian (occurrence) dan tingkat deteksi (detection). Berdasarkan hasil analisa dan identifikasi menggunakan metode FMEA diketahui bahwa kegagalan yang terjadi pada sistem UV dengan 3 prioritas tertinggi yaitu penggunaan UV dengan nilai RPN 100, waktu kontak UV dengan nilai RPN 100 dan penggantian filter awal dengan nilai RPN 64. Pada sistem UV dan ozon, 3 prioritas tertinggi yaitu waktu kontak sistem ozon, waktu kontak UV dan penggunaan UV dengan masing-masing nilai RPN yaitu 100. Sedangkan pada sistem UV, ozon dan RO (Reverse Osmosis) 3 prioritas tertinggi sama seperti dengan sistem UV dan ozon dengan nilai RPN yang berbeda yaitu lama pengoperasian dengan nilai 100, waktu kontak dan kesesuaian penggunaan UV dengan nilai 64.
Kajian Kualitas Produksi Depot Air Minum Isi Ulang Kecamatan Genteng Kota Surabaya dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Esti Dyah Arum Mawarni; Atiek Moesriati
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.64156

Abstract

Depot air minum isi ulang (DAMIU) saat ini hadir di kalangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum. Pada tahun 2020 ditemukan 7 dari 9 DAMIU di Kecamatan Genteng belum memenuhi baku mutu kualitas air minum untuk parameter mikrobiologi. Risiko tidak memenuhi baku mutu ini dapat muncul karena kegagalan selama proses produksi di depot air minum. Identifikasi dan analisis risiko kegagalan terhadap kualitas produksi air minum isi ulang dilakukan dengan metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Metode ini merupakan salah satu metode manajemen risiko untuk mengidentifikasi kegagalan potensial dalam suatu proses produksinya yang dapat digunakan untuk membantu menentukan tindakan perbaikan guna mengurangi atau menghilangkan kegagalan selama proses produksi. Uji korelasi antara kondisi lingkungan dan nilai total coliform air produksi dibutuhkan untuk mengetahui akar penyebab kegagalan pada DAMIU Kecamatan Genteng. Selanjutnya akar penyebab kegagalan yang signifikan disusun menggunakan diagram fishbone. Setiap akar penyebab kegagalan tersebut dihitung nilai severity (tingkat keparahan), occurrence (tingkat frekuensi kegagalan), dan detection (tingkat deteksi kegagalan). Hasil dari pekalian ketiganya disebut sebagai Risk Priority Number (RPN). Berdasarkan nilai RPN tertinggi didapatkan prioritas kegagalan adalah sebagai berikut, waktu kontak lampu UV terhadap air saat pengolahan (75), backwash filter awal (48), dan pemahaman operator mengenai unit pengolahan dan cara perawatan (36). Usulan perbaikan yang diberikan adalah menyalakan lampu UV selama jam operasi DAMIU, melakukan pencucian filter awal setiap satu bulan sekali, mengikutkan operator pada pelatihan Higiene Sanitasi DAMIU yang diselenggarakan Dinas Kesehatan.
Isolation and Screening of Diesel Degrading Bacteria from Ship Dismantling Facility at Tanjungjati, Madura, Indonesia Harmin Sulistiyaning Titah; Herman Pratikno; Atiek Moesriati; Muhammad Fauzul Imron; Rizky Islami Putera
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol. 50 No. 1 (2018)
Publisher : Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2018.50.1.7

Abstract

The ship dismantling industry is a cause of contamination of the environment by diesel. The objectives of this study were to isolate and screen diesel degrading bacteria from diesel contaminated areas. Diesel contaminated seawater and soil samples were collected from a ship dismantling facility at Tanjungjati, Madura, Indonesia. Isolation was conducted with an aseptic technique and growing the mixture culture was carried out based on the pour plate method. After 24 h of incubation, thirteen bacteria strains were isolated from diesel contaminated seawater and soil samples from the area of study. The isolated bacteria were identified based on morphological characterization. Mostly gram positive bacteria were found. The isolated bacteria were screened by using nutrient agar medium containing various diesel concentrations (0%, 5%, 10%, and 15% (v/v)). The result of the screening test showed that the bacteria coded EL and CT displayed the best resistance and highest growth in diesel polluted medium. It was shown that both of them potentially have a higher capability of utilizing diesel as carbon and energy source than the others.