Jusuf Thojib
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Published : 26 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Sistem Ventilasi Alami sebagai Dasar Perancangan JFC Center di Kabupaten Jember Nastiti Kusumawardani; Jusuf Thojib; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1215.356 KB)

Abstract

JFC Center sebagai tempat untuk menampung seluruh kegiatan yang berhubungandengan acara tahunan JFC di Kabupaten Jember. Terdiri dari fasilitas pelatihan, fasilitaspenerima, fasilitas pengelola, fasilitas servis, serta fasilitas pendukung. Menerapkansistem ventilasi alami sebagai dasar perancangan pada bangunan terdiri dari sistemventilasi silang dan sistem stack effect melalui desain bukaan yang sesuai, yaitu ukuran,letak, dan jenis. Kriteria yang diterapkan, yaitu bukaan, kemerataan, dan turbulensi.Metode terbagi menjadi dua tahap, yaitu evaluasi pada bangunan eksisting untukmenemukan permasalahan termal kemudian melakukan perancangan bangunan yangbaru pada tapak yang baru pula berdasarkan permasalahan yang telah ditemukan.Letak bukaan terdiri dari bukaan bawah, bukaan tengah, dan bukaan atas. Jenis bukaanyang digunakan adalah vertical pivot, the project sash, awning, horizontal pivot, jalousie,dan jendela mati. Rasio inlet cenderung sama dengan outlet karena rata-rata kecepatanangin yaitu 0,33 m/s sudah memenuhi standar kecepatan angin yang paling sesuai dandapat diterima dengan nyaman oleh penghuni bangunan. Kemerataan dan turbulensiditunjukkan dari hasil analisis menggunakan software ANSYS Lisensi LaboratoriumStudio Perancangan dan Rekayasa Sistem, Teknik Mesin, Universitas Brawijaya.Kata kunci: sistem ventilasi alami, JFC Center, Jember
Rekayasa Tata Cahaya Alami Pada Ruang Laboratorium (Studi Kasus: Fakultas Teknik Universitas Brawijaya) Fathimah Fathimah; Jusuf Thojib; Muhammad Satya Adhitama
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (915.721 KB)

Abstract

Bangunan pendidikan merupakan kebutuhan penunjang aktivitas pada suatu kawasan. Penggunaan energi pada bangunan khususnya sekolah atau universitas, dapat mencapai 40% untuk pencahayaan. Laboratorium adalah salah satu jenis ruang yang menggunakan pencahayaan buatan meskipun aktivitas dilakukan pada pagi hingga sore hari. Hal ini terlihat pada sampel penelitian yang merupakan laboratorium di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang. Penggunaan pencahayaan buatan pada saat praktikum menjadi pencahayaan utama ditemukan pada keempat sampel ruang. Hal ini dipengaruhi oleh pencahayaan ruang yang tidak merata, ruang yang terlalu gelap, dan juga silau diarea dekat bukaan. Melalui penelitian ini akan dilakukan simulasi pada masing-masing ruang dan rekomendasi desain pada ruang laboratorium untuk memaksimalkan potensi pencahayaan alami pada ruang. Variabel penelitian yang diobservasi dan direkayasa adalah dimensi, posisi, material bukaan dan dimensi, posisi, material pembayang matahari. Pada penelitian ini akan diukur pencahayaan alami dalam ruang eksisting lalu melakukan simulasi dengan variabel dan memberikan rekomendasi desain. Tahapan tersebut dilakukan untuk menghasilkan desain laboratorium dengan penggunaan pencahayaan alami sebagai pencahayaan utama dan tingkat pencahayaan alami dalam ruang sesuai dengan standar ruang laboratorium. Perubahan instrumen pencahayaan mempengaruhi pencahayaan dalam ruang sehingga pencahayaan lebih terang, merata dan memenuhi standar.Kata kunci: simulasi, pencahayaan alami, laboratorium, instrumen pencahayaan
REDESAIN INTERIOR GEDUNG SENI PERTUNJUKAN CAK DURASIM SURABAYA BERDASARKAN AKUSTIK RUANGAN Dea Smita Pangesti; Jusuf Thojib; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1235.332 KB)

Abstract

Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Kota Surabaya, pemerintah Kota Surabaya saat ini masih sangat minim dengan infrastruktur pengembangan bakat budaya serta seni di lingkungannya. Pernyataan pada beberapa media cetak mengatakan bahwa para seniman yang datang ke Surabaya selalu mengeluhkan tidak bisa tampil maksimal di Surabaya karena tidak didukung oleh fasilitas gedung yang memadai. Meninjau dari teori desain gedung pertunjukan mengatakan bahwa tata akustik merupakan unsur keberhasilan desain. Namun, kondisi gedung seni pertunjukkan Cak Durasim Surabaya yang ada saat ini belum memenuhi kriteria tersebut. Metode perancangan berawal dari meninjau teori desain akustik dan nilai akustik, menganalisis data eksisting berdasarkan teori desain, menyimpulkan hasil analisis untuk mengetahui kondisi eksisting yang perlu ditingkatkan kualitasnya, merancang kembali elemen-elemen yang belum sesuai, menghitung nilai akustik hingga memperoleh hasil yang sesuai. Hasil kajian yang diperoleh adalah perlu dilakukan perancangan kembali pada elemen desain ruang yaitu penempatan penonton tidak maksimal pada area longitudinal, ukuran ketinggian lantai trap tempat duduk penonton tidak sesuai, tidak adanya pengolahan bentuk permukaan dinding dan plafon serta penggunaan jenis material.Kata kunci: gedung pertunjukan, akustik, interior
RESORT BATU AMPAR BALI DENGAN KONSEP VENTILASI SILANG MELALUI RASIO BUKAAN RAGAM HIAS Erick Christ P.S P.S; Jusuf Thojib; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.201 KB)

Abstract

Keadaan alam yang berada di Kawasan Pariwisata Batu Ampar berdasarkan hasil Balaibesar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika wilayah III, Denpasar tahun 2010.Kawasan Pariwisata Batu Ampar memiliki suhu udara sebersar 280C, kelembapanudara 78%, curah hujan 2023 mm, dan kecepatan angin 7-12 knot. DalamWonorahardjo (2010) sistem pengendalian termal bangunan merupakan upaya untukkonservasi energi dengan cara pengendalian kalor yang masuk pada ruangan, efesiensisistem pendinginan, dan pengendalian beban pendinginan. Kelembaban udara yangtinggi pada Kawasan Batu Ampar memerlukan sistem sirkulasi udara yang baiksehingga ruangan tidak panas dan lembab. Sistem ventilasi alami yang optimalditerapkan sebagai elemen penangkap angin dan pelepas angin pada bangunan resortBatu Ampar. Dengan adanya penerapan sistem ventilasi silang dengan penerapanragam hias diharapkan mampu menyelesaikan masalah kenyaman termal dan dapatmemenuhi persyaratan yang diwajibkan peraturan daerah Bali. Strategi penyusunanResort Batu Ampar Bali pada tahap awal adalah dengan penentuan pola penyusunantata masa yang disesuaikan dengan lokalitas arsitektur Bali dan keadaan eksistingsesuai dengan arah datangnya angin. Setelah itu menentukan posisi inlet serta outletdengan parameter posisi dan besar rasio bukaan yang berasal dari bentuk pola ragamhias Karang Sae. Penentuan Karang Sae disesuaikan dengan ciri dan indentitas dariarsitektur Bali.Kata kunci: sistem ventilasi silang, posisi bukaan, rasio bukaan
KENYAMANAN VISUAL GEDUNG PAMER PUSAT SENI DAN KERAJINAN KENDEDES KABUPATEN MALANG Sutantri Sutantri; Jusuf Thojib; Indyah Martiningrum
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (996.928 KB)

Abstract

UMKM daerah sangat tahan banting sebagai usaha penopang dinamika ekonominasional yang semakin menurun. DPRI memfokuskan UMKM dalam bidang arsitektur,kerajinan, dan desain. Kabupaten Malang merupakan salah satu bagian terbesar JawaTimur dengan potensi pariwisata di bidang kerajinan dan kesenian dalam Pusat Senidan Kerajinan Kendedes. Gedung/ ruang pamer karya yang merupakan bagian utamabangunan, dimana aktivitas pengguna bangunan adalah proses melihat dan mengamatihasil seni/ kerajinan. Kebutuhan cahaya baik cahaya alami maupun cahaya buatan padagedung/ ruang pamer cukup tinggi mengingat fungsinya sebagai tempat kerja yangkegiatannya sangat mengandalkan mata. Pemanfaatan cahaya alami ditekankan padasiang hari (SNI-03-2396: 2001), sehingga penggunaan pencahayaan buatan harusdiminimalisir. Akan tetapi cahaya dalam gedung pamer Pusat Seni dan KerajinanKendedes yang terlalu tinggi menimbulkan silau. Keterbatasan wadah pameransemakin menambah kesan silau. Karena itu, diperlukan wadah yang mampumemberikan kenyamanan visual sesuai kebutuhan melihat, baik aspek teknispencahayaan maupun gedung pamer berdasarkan standar pencahayaan rata-ratasebesar 300 lux (SNI-6197: 2011). Pengelolaan elemen bangunan mampu memberikankenyamanan visual gedung pamer dengan mempertimbangkan kondisi ruang luar,organisasi dan orientasi, sistem tata cahaya (alami/ bukaan dan buatan/ lampu),bentuk/ modifikasi bangunan (sun shading), warna dan material (finishing), danperencanaan interior (jarak/ sudut pandang dan display produk).Kata kunci: pencahayaan, kenyamanan visual, ruang pamer, pusat seni dan kerajinan
Sistem Penghawaan Alami Pada GOR Lembu Peteng di Tulungagung Ngafifatur Rohmah; Jusuf Thojib
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (546.482 KB)

Abstract

Penghawaan alami pada bangunan sangat diperlukan sebagai cara untuk mengalirkan udara salah satunya pada bangunan GOR Lembu Peteng di Tulungagung. Dimana terdapat permasalahan penghawaan dikarenakan kurangnya bukaan pada bangunan GOR. Faktor yang mempengaruhi antara lain letak bukaan, ukuran bukaan dan jenis bukaan. Strategi yang digunakan adalah dengan sistem penghawaan alami yaitu sistem ventilasi silang. Metode yang digunakan yaitu  menganalisa bangunan eksisting dan menerapkan rekomendasi sesuai strategi penghawaan yang akan digunakan, tahap selanjutnya adalah menggunakan metode pengembangan Experimental Research dengan menggunakan simulasi Computational Fluid Dynamic dari software Ansys Workbench. Hasil dari proses simulasi menunjukkan bahwa peletakkan vegetasi berpengaruh terhadap pergerakan angin. Selain itu  luas ventilasi minimal 10% dari luas lantai dari ruangan dengan menambahkan bukaan atap, bukaan pada tribun dan bukaan pada dinding arena dapat mencapai penerapan sistem ventilasi silang dan diperoleh kecepatan aliran udara sebesar 0,34 m/s pada area lapangan dengan efek penyegaran berupa penurunan suhu 0,5-0,7 °C dan 0,56 m/s hingga 0,90 m/s pada area tribun dengan efek penyegaran berupa penurunan suhu 1-1,2 °C. Kecepatan tersebut sudah memenuhi kebutuhan aliran udara di dalam ruangan.   Kata kunci: sistem penghawaan alami, ventilasi silang, GOR Lembu Peteng
Motif Ornamen Minangkabau sebagai Desain Shading Devices pada Kantor Pemerintah (Studi Kasus pada Kantor Gubernur Provinsi Sumatera Barat) Vida Yulia Dhira; Jusuf Thojib; Beta Suryokusumo
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 4 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan pencahayaan alami yang sedikit disebabkan karena kendala silau. Silau disebabkan oleh sinar matahari langsung yang menerpa bangunan dengan intensitas yang tinggi. Silau pada bangunan dapat mengganggu aktifitas di dalamnya. Mengatasi masalah silau adalah dengan menggunakan shading devices, sehingga sinar langsung matahari tidak masuk ke dalam ruang dalam bangunan. Bangunan Kantor Gubernur Sumatera barat merupakan objek penelitian ini. Bangunan ini memiliki orientasi bukaan pada arah timur dan barat sehingga sangat rentan dengan silau. Kajian ini bertujuan agar shading pada bangunan dapat memaksimalkan fungsi pembayangan. Motif ornamen lokal digunakan sebagai dasar desain shading devices untuk menampilkan bangunan yang memiliki ciri lokal. Alat bantu kajian ini adalah dengan menggunakan software ecotect analysis 2011. Motif lumuik hanyuik, bada mudiak, cacak kuku, dan daun puluik-puluik merupakan ornamen lokal yang dapat memaksimalkan pembayangan pada objek penelitian.Kata kunci : sinar matahari langsung, shading devices, pembayangan, ornamen lokal
Sistem Insulasi Termal sebagai Dasar Perancangan Pasar Ikan Higienis di Sendang Biru Sona Maharahmi; Jusuf Thojib; Rinawati P Handajani
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (784.738 KB)

Abstract

Pasar ikan di Indonesia umumnya berfungsi kurang optimal karena masih bersifattradisional. Kondisi pasar ikan tradisional umumnya bau, kotor, dan becek, sehinggamenyebabkan konsumen lebih memilih untuk berbelanja di pasar swalayan, khususnyamasyarakat dari golongan ekonomi menengah ke atas. Oleh karena itu, saat ini Pasar IkanHigienis sangat diperlukan di Indonesia. Di Jawa Timur, potensi pengembangan pasar ikanyang berorientasi higienis adalah Pasar Ikan Sendang Biru, Kabupaten Malang.Berdasarkan hasil wawancara, permasalahan yang sering dihadapi adalah kurangnyahigienitas akibat kondisi fisik bangunan dan sanitasi yang tidak sesuai dengan ketentuanpasar sehat. Jenis ikan pelagis besar yang merupakan komoditas utama di Sendang Biruadalah ikan tuna, namun penanganan pada ikan tersebut tidak higienis. Perlu adanyapenanganan khusus pada tempat penjualan ikan pelagis besar agar kualitas ikan tetapterjaga. Oleh karena itu, perancangan Pasar Ikan Higienis ini melalui pendekatan sisteminsulasi termal yang difokuskan untuk menjaga suhu agar kesegaran ikan tetap terjaga.Perancangan Pasar Ikan Higienis di Sendang Biru ini menggunakan metode perancangan,yaitu metode kanonik dan metode pragmatik. Perancangan Pasar Ikan Higienis denganmenggunakan metode tersebut diharapkan dapat menghasilkan suatu rancangan yanghigienis dan memenuhi kebutuhan Pasar Ikan Sendang Biru. Hasil akhir merupakanrancangan Pasar Ikan Higienis dengan dasar sistem insulasi termal.Kata kunci: pasar ikan, higienis, sistem insulasi termal
Kinerja Sistem Ventilasi Alami pada Masjid Besar Ainul Yaqin Sunan Giri Gresik Nur Wakhida Fitria; Jusuf Thojib
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 6, No 4 (2018)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai masjid bersejarah Gresik dan sering dikunjungi para wisatawan, Masjid Besar Ainul Yaqin Sunan Giri Gresik diharap mampu memberikan kenyaman termal terhadap penggunanya. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengoptimalkan kinerja ventilasi alami pada Masjid Besar Ainul Yaqin Sunan Giri Gresik dengan tanpa merubah bentuk asli bangunan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksperimental. Metode eksperimen menggunakan program Autodesk Flow Design untuk melakukan rekayasa bukaan. Hasil analisis kondisi eksisting Masjid Besar Ainul Yaqin Sunan Giri Gresik menunjukaan masjid memiliki kinerja sistem ventilasi yang tergolong cukup baik. Namun, kenyamanan termal pada ruang masjid belum tercapai menurut standar ASHRAE khususnya pada waktu sholat dhuhur. Hasil dari rekayasa bukaan untuk mengoptimalkan kinerja sistem ventilasi berupa penerapan sistem stack effect, penambahan luas inlet, dan merubah jenis bukaan mampu mempengaruhi kecepatan udara, kemerataan udara, dan titik tubulensi.Kata kunci : kinerja ventilasi, sistem ventilasi, bukaan, rekayasa bukaan.
Rekayasa Desain Bukaan Atap dan Dinding untuk Meningkatkan Performa Termal Bangunan (Studi kasus: Pendopo Agung Taman Krida Budaya Malang, Jawa Timur) Agita Rahmawati; Jusuf Thojib; Wasiska Iyati
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 5, No 1 (2017)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1098.909 KB)

Abstract

Salah satu perwujudan arsitektur Jawa adalah kompleks Taman Krida Budaya Malang. Pendopo Agung Taman Krida Budaya adalah ruang serbaguna yang mewadahi berbagai tingkat aktivitas yang membutuhkan kenyamanan termal. Salah satu upaya untuk mencapai kenyamanan termal adalah dengan mempertimbangkan bentuk atap yang digunakan karena atap adalah elemen bangunan yang permukaannya terpapar sinar matahari langsung. Salah satu ciri atap joglo adalah terdiri dari kombinasi dua bidang segitiga dan trapesium serta menggunakan bukaan/celah pada atap berupa kisi atau jalousi untuk mengalirkan udara panas pada bagian bawah atap (stack effect). Sedangkan pada pendopo agung belum menerapkannya sehingga temperatur dalam ruangan masih cenderung tinggi (270C-310C). Metode yang digunakan adalah eksperimental dengan simulasi software Autodesk Ecotect Analysis 2011 untuk mengetahui performa termal bangunan melalui rekayasa desain bukaan atap dan dinding pada pendopo agung Taman Krida Budaya Malang. Rekomendasi desain yang dipilih berdasarkan kemampuan menurunkan temperatur dari kondisi eksisting dengan mengacu pada SNI 03-6572-2001. Sedangkan hasil dari penelitian ini berupa output dari simulasi Ecotect yaitu grafik temperatur selama 24 jam sebagai acuan penentuan kesimpulan.Kata kunci: kenyamanan termal, bukaan, ruang serbaguna