Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Eksistensi Tipologi Pondasi Permukiman Pesisir Suku Bajo di Desa Bajoe Kecamatan Soropia Sulawesi Tenggara Ahsan Hidayat Setiadi; Lisa Dwi Wulandari; Damayanti Asikin
Jurnal Revolusi Indonesia Vol 2 No 1 (2021): Jurnal Revolusi Indonesia
Publisher : Fenery Library

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1235/jri.v2i1.218

Abstract

Permukiman pesisir suku Bajo di desa Bajoe kecamatan Soropia memiliki ragam tipe arsitektur yang bernaung diatas perariran hingga area daratan. adanya transformasi hunian dengan orientasi darat mengakibatkan perubahan pola berhuni tersebut yang berdampak pada tipologi arsitektur rumah adat Bajo. transformasi rumah yang beragam tentu berdampak pada komponen fisik bangunan seperti pondasi. pondasi merupakan bagian dari pembahasan bentuk tipologi secara mikro yang beragam yang terjadi akibat transformasi hunian dari berbagai integrasi fungsi hunian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sekaligus mengetahui tipologi pondasi yang terdapat pada area permukiman pesisir suku Bajo, lingkup pembahasan terkait karakter fisik kawasan permukiman pesisir ini tentunya dapat dilihat melalui skala mikro. Melalui penelitian dengan menggunakan metode kualitatif deskripti dengan pendekatan tipologi ini diharapkan mampu untuk mengetahui ragam tipologi pada permukiman pesisir suku Bajo di desa Bajo kecamatan Soropia sulawesi tenggara.
Ruang Terapi Okupasi Activities of Daily Living (ADL) Anak Tunadaksa dengan Pendekatan Klasifikasi Gangguan Annisa Vrisna Azzahra; Rinawati P Handajani; Damayanti Asikin
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anak tunadaksa adalah anak yang memiliki kelainan pada anggota tubuhnya disebabkan oleh penyakit atau bawaan sejak lahir. Anak tunadaksa yang mengalami gangguan pada tangan dan/atau kaki menjalani program terapi okupasi Activites of Daily Living (ADL) yang lebih rumit dibanding pada anggota gerak lainnya, karena kedua anggota gerak tersebut yang paling sering digunakan pada aktivitas sehari-hari. Seiring dengan bertambahnya usia, anak diupayakan harus mampu beraktivitas sehari-hari dengan mandiri. Oleh karena itu, ruang terapi perlu disesuaikan dengan urgensi kebutuhan anak. Ruang terapi okupasi perlu dirancang dengan seksama supaya anak dapat melakukan aktivitas terapi sendiri dengan nyaman dan aman. Perancangan ruang terapi okupasi ADL menggunakan suatu kriteria desain yang dibuat berdasarkan kebutuhan anak tunadaksa yaitu, jenis klasifikasi gangguan dan antropometri anak sesuai dengan usia. Hasil akhir rancangan ruang terapi okupasi Activites of Daily Living (ADL) untuk anak tunadaksa adalah dengan melakukan pengembangan luasan bangunan untuk memenuhi ruang gerak anak tunadaksa saat beraktivitas.Kata kunci: anak tunadaksa celebral palsy, klasifikasi gangguan, terapi okupasi Activities of Daily Living (ADL)
Interior Ruang Kelas Sekolah Dasar dengan Pendekatan Konsep Permainan Tradisional pada Program Full day School di Malang Gentha Fernanda; Damayanti Asikin; Triandi Laksmiwati
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1123.232 KB)

Abstract

Program Full day School pada jenjang sekolah dasar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dengan penerapan waktu belajar dari pagi hingga sore hari. Namun hal ini berpotensi menyebabkan kebosanan pada diri anak yang dalam karakternya masih senang bermain. Melalui bermain, anak dapat belajar sekaligus merasakan suasana menyenangkan pada waktu bersamaan. Permainan yang memiliki nilai edukasi tinggi dan manfaat yang baik bagi anak adalah permainan tradisional. Sehingga konsep permainan tradisional inilah yang akan diterapkan pada ruang kelas. Metodologi yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan pengumpulan data primer melalui observasi dan wawancara serta pengumpulan data sekunder berupa pustaka dan studi komparasi objek sejenis. Dari hasil analisis telah didapatkan konsep dari permainan tradisional yaitu konsentrasi dan cermat, kreatif dan terampil, interaksi sosial yang membentuk kiteria desain ruang kelas. Kriteria desain ruang kelas tersebut digabungkan dengan tema interior yang disesuaikan dengan tahapan usia anak pada masing-masing kelas yang menjadi dasar dalam merancang interior ruang kelas.Kata kunci: interior, anak usia SD, full day school, permainan tradisional
Fasad Bioklimatik Pada Rancangan Perpustakaan Umum Di Kedung Kandang Kota Malang Nurul Amalia; Agung Murti Nugroho; Damayanti Asikin
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 2, No 2 (2014)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1128.623 KB)

Abstract

Kota Malang merupakan salah satu kota yang menyandang ikon pendidikan di Jawa Timur, sehingga salah satu penyeimbang kebutuhan pendidikan ialah fasilitas perpustakaan. Meningkatnya institusi-institusi pendidikan yang menyebabkan pertambahan penduduk yang bermigrasi di Kota Malang juga menjadi sebab terhadap pengalihfungsian lahan-lahan hijau menjadi bangunan baru guna mewadahi kebutuhan pendatang baru. Hal ini yang menyebabkan tidak ada lagi penutup vegetasi yang dapat menurunkan suhu lingkungan. Menyikapi permasalahan tersebut maka dibutuhkan suatu pemecahan desain yakni bangunan yang dapat menyesuaikan iklim untuk mendapatkan kenyamanan di dalam bangunan. Metode perancangan yang digunakan ialah programatik dan pragmatik. Pengumpulan data dilakukan dengan melihat kondisi real tapak dan penggunaan teori yang dipaparkan secara kualitatif. Analisis dan sintesis dilakukan dengan metode programatik yang merupakan metode penyelesaian suatu masalah dengan cara yang sistematis dan berurutan sedangkan konsep bioklimatik dikembangkan melalui metode pragmatik. Komparasi yang digunakan ialah komparasi bangunan perpustakaan yang khusus menerapkan bioklimatik dengan fokus utama penerapan parameter bioklimatik yang dicetuskan oleh Ken Yeang. Hasil kajian menunjukkan bahwa konsep arsitektur bioklimatik yang diterapkan di bangunan perpustakaan khususnya pada desain fasad dapat meningkatkan kemampuan insulasi fasad sehingga dapat menurunkan suhu pada beberapa ruang di perpustakaaan.Kata kunci: Malang, perpustakaan, bioklimatik
Kantor Sewa dengan Fasad Ekspos Struktur di Kota Malang Brilian Hardiyanto; Damayanti Asikin; Bambang Yatnawijaya Soebandono
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 4, No 1 (2016)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Malang telah tumbuh menjadi salah satu kota yang paling menjanjikan di Jawa Timur dengan peningkatan yang cukup pesat terjadi pada sektor ekonomi dan bangunan usaha (ruko dan rukan) yang dilakukan secara horizontal, sehingga menyebabkan kemacetan dan makin menipisnya lahan. Sebuah kantor sewa vertikal merupakan suatu fungsi ideal sebagai upaya pemaksimalan ruang dalam keterbatasan lahan. Kajian utama difokuskan pada pengolahan fasad bangunan kantor sewa mid-rise dengan konsep ekspos struktur tube untuk mewujudkan sebuah citra bangunan baru yang berkarakter. Metode yang digunakan yaitu deskriptif analitik dengan mengkompilasikan teori mengenai kantor sewa, fasad, ekspos struktur, dan struktur tube. Perancangan menghasilkan penerapan konsep ekspos struktur tube jenis tabung truss pada bagian eksterior dan kombinasi dengan sistem tabung dalam tabung pada bagian interior. Jenis stuktur ini dianggap cocok dengan konsep ekspos struktur dan fungsi kantor yang diwadahi, pemusatan kolom penyangga pada bagian terluar membuat ruang dalam sangat efektif dan memaksimalkan ruang sewa yang ada.Kata kunci: kantor sewa, ekspos struktur, struktur tube.
Aksesibilitas Bagi Penyandang Disabilitas di Taman Merjosari Malang Mochammad Fadli Fauzi; Sigmawan Tri Pamungkas; Damayanti Asikin
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 4 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Malang belakangan ini mulai memperhatikan ruang terbuka hijau berupa taman kota untuk mencapai standar luasan ruang terbuka hijau di dalam kota. Kota Malang juga berencana menjadi kota inklusif yaitu kota dengan fasilitas umum yang dilengkapi standar aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Taman kota merupakan salah satu fasilitas umum yang harus menerapkan standar aksesibilitas karena fungsinya sebagai tempat rekreasi atau bersantai sehingga penyandang disabilitas akan menggunakan fasilitas ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Taman Merjosari menerapkan asas aksesibilitas, antara lain: keselamatan, kemudahan, kegunaan dan kemandirian yang ada di PERMEN PU No.30/PRT/M/2006 agar dapat dimanfaatkan oleh penyandang disabilitas. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan metode survei dengan teknik wawancara untuk mendapatkan data kebutuhan dari subjek penelitian, yaitu penyandang disabilitas. Penelitian ini bersifat evaluatif, yaitu membandingkan kondisi area menuju taman, sirkulasi, massa bangunan dan furniture taman dengan standar aksesibilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa taman tersebut belum sepenuhnya menerapkan standar aksesibilitas pada elemen-elemen tamannya. Pada taman tersebut hanya menerapkan ramp sebagai alat bantu aksesibilitas pada beberapa titik sirkulasi.Kata kunci: taman kota, aksesibilitas, penyandang disabilitas
RUANG BERSAMA KAMPUNG TEMENGGUNGAN LEDOK MALANG Mochammad Najib; Subhan Ramdlani; Damayanti Asikin
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1078.757 KB)

Abstract

Ruang dipandang hanya sebagai entitas ekonomi, industri, perdagangan dan jasa suatu kota. Ruang-ruang publik keadaannya tidak menemui titik terang, pemerintah sebagai pengelolanya selalu menempatkan sebagai ujung prioritas. Begitu juga pada ruang permukiman Kampung Temenggungan Ledok yang eksis dengan kompleksitas kualitas dan kearifan lokalnya, juga diletakkan di ujung akhir prioritas pengetahuan keruangan, perencanaan wilayah kota dan arsitektur. Dibalik fenomena tersebut, keterbatasan lahan dan setting fisik kampung-kampung kota ternyata masih memiliki eksistensi ruang-ruang sosial-budayanya, ialah ruang bersama. Kompleksitas dan kemajemukan subjek pelakunya, ruang bersama memiliki dinamika dan pola dimana didalamnya sesama warga meningkatkan kualitas daya hidup dengan nilai-nilai kearifan lokal melalui wujud pengelolaannya. Kunci kualitas ruang bersama adalah pengelolaan notion teritorialitasnya, yaitu dari pihak yang mengelola dan bertanggung jawab. Pengembangan komponen unsur pembentuk ruang adalah upaya untuk melestarikan nilai-nilai dalam pengelolaan ruang bersama. Metode pragmatik digunakan dalam pepaduan aspek programatik dan diagramatik komponen ruang. Pada aspek programatik membahas akan aktivitas dan fungsi serta komponen yang dibutuhkan sehingga pembahasan ini mengarah pada struktur tata ruang, pada aspek diagramatik membahas tentang nilai dan ide, yaitu mengarah kepada sistem ruang.Kata kunci: ruang bersama, setting, dinamika, territorialitas
Pemanfaatan Ruang Sirkulasi Pasar Blimbing Malang (Kajian Arsitektur dan Perilaku) Made Bayu Permana Antara; Jenny Ernawati; Damayanti Asikin
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.572 KB)

Abstract

Mengamati kecenderungan pemanfaatan ruang sirkulasi di pasar tradisional dilatar-belakangi oleh pentingnya kelangsungan operasional pasar itu sendiri. Sebagai salah satu pasar tradisional di Malang, Pasar Blimbing juga dituntut mampu mempertahankan keinginan masyarakat untuk tetap terlibat sedangkan efektifitas ruang sirkulasinya diperlukan untuk menjamin setiap ruang operasional pasar berjalan optimal. Arsitektur dan perilaku adalah pendekatan yang menunjukkan hubungan peran manusia dan ruang dimana ruang/teritori yang diperuntukkan bersama disebutkan cenderung rentan terhadap intervensi. Perhatian penelitian ini dititik-beratkan pada bagaimana ruang sirkulasi Pasar Blimbing dimanfaatkan sehingga bisa diterjemahkan menjadi rekomendasi perancangan. Teknik behavioral mapping diterapkan untuk mengamati, merekam, dan mengerti bagaimana kecenderungan itu terbentuk, didukung oleh data melalui wawancara jenis in-depth interview untuk mendapatkan indikasi penyebabnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap intervensi sifatnya memotivasi kecenderungan-kecenderungan berikutnya dimana personalisasi ruang sirkulasi oleh pedagang merupakan perilaku pertama. Mereka memiliki persepsi bahwa ruang pun menyediakan peluang untuk diintervensi sehingga yang diperlukan adalah ruang yang mampu mengendalikan peruntukkannya sendiri dan mengantisipasi intervensi terjadi kembali.Kata kunci: pemanfaatan ruang sirkulasi, pasar tradisional, arsitektur dan perilaku
Pengaruh Tata Vegetasi Horizontal terhadap Peningkatan Kualitas Termal Udara pada Lingkungan Perumahan di Malang Ahmad Zakkisiroj; Damayanti Asikin; Haru Razziati
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1010.5 KB)

Abstract

Kenyamanan termal merupakan kebutuhan manusia terhadap kondisi fisik disekitarnya agar merasa nyaman dalam menjalankan aktivitas. Pada wilayah khatulistiwa, Lippsmeir (1994) mengemukakan bahwa batas kenyamanan udara adalah pada suhu 22,5°C – 29°C dengan kelembapan antara 20% – 50%. Di Kota Malang, pada 2012, tercatat bahwa suhu tertinggi harian mencapai 32,6°C dan suhu terendah mencapai 14,2°C. Salah satu penyebab tingginya suhu maksimum tersebut adalah fenomena Urban Heat Island, dimana ruang terbuka hijau banyak beralih fungsi menjadi bangunan. Untuk mengatasi masalah tersebut, melalui peran vegetasi dalam menurunkan suhu, dilakukan beberapa penelitian sebelumnya oleh Rahwuli (2013) dan Luddityawan (2014) menggunakan tanaman produktif, yakni sayuran dan TOGA sebagai penerapan konsep sustainability, yang diaplikasikan dengan penataan vertikal sebagai sistem pendingin udara pada rumah tinggal. Mengacu pada 2 penelitian tersebut, penggunaan tata vegetasi secara horizontal, dengan menggunakan 2 jenis tanaman produktif yakni kumis kucing dan bayam merah, dilakukan sebagai alternatif untuk mengatasi masalah kenyamanan termal dan kurangnya RTH perkotaan, khususnya perumahan. Melalui analisis terhadap suhu, kelembapan, kadar karbondioksida dan oksigen pada udara, diperoleh penataan vegetasi yang efektif dalam meningkatkan kualitas termal udara, yakni kumis kucing mampu menurunkan suhu hingga 7°C dan bayam merah mampu menurunkan kadar CO2 hingga 65 ppm.Kata kunci: tata vegetasi, kenyamanan termal, kualitas udara, bangunan perumahan
Aksesibilitas Bagi Penyandang Disabilitas Pada Jalur Pedestrian Di Sekitar Stasiun MRT Lebak Bulus Grab Adinda Fazrina; Damayanti Asikin
Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Vol 9, No 2 (2021)
Publisher : Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Beberapa kawasan dengan konsep transit oriented development (TOD) dikembangkan untuk mendukung perkembangan jaringan transportasi umum di DKI Jakarta. Salah satunya adalah kawasan TOD Lebak Bulus. Kawasan TOD memiliki tujuan antara lain meningkatkan aktivitas berjalan kaki sehingga kualitas jalur pedestrian memiliki peran penting bagi sebuah kawasan TOD. Setiap warga kota, termasuk penyandang disabilitas, memiliki hak atas kesetaraan. Salah satu bentuk kesetaraan yang merupakan hak penyandang disabilitas adalah lingkungan bebas hambatan. Secara umum, jalur pedestrian merupakan fasilitas publik yang seharusnya mencerminkan konsep aksesibilitas. Lokasi jalur pedestrian yang berada di sekitar Stasiun MRT Lebak Bulus sebagai kawasan transit membuat aspek aksesibilitas lebih krusial lagi. Penelitian menggunakan metode kombinasi kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan observasi lapangan mengenai kondisi objek penelitian dan kesesuaiannya dengan tolak ukur acuan. Setelah itu dilakukan pengambilan data kuantitatif melalui penyebaran kuesioner untuk mengetahui pendapat penyandang disabilitas, orang tua, guru, dan pendamping penyandang disabilitas tentang kondisi aksesibilitas pada lokasi penelitian. Hasil dari observasi lapangan dan data dari kuesioner dianalisis bersama untuk mengetahui tingkat aksesibilitas jalur pedestrian, jalur penyebrangan, zona menaikkan dan menurunkan penumpang, ram, lift, serta signage di sekitar stasiun. Hasil dari penelitian menyatakan bahwa jalur pedestrian di sekitar Stasiun MRT Lebak Bulus sudah cukup aksesibel bagi penyandang disabitilias, namun belum optimal.