Ni’mal Baroya
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Published : 23 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : BIOGRAPH-I: Journal of Biostatistics and Demographic Dynamic

Hubungan Status Berpacaran, Paparan Media, Teman Sebaya Dan Peran Orang Tua dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Pria di Indonesia (Analisis Lanjut Data SDKI 2017) Rachmadya Wira Shakti; Andrei Ramani; Ni'mal Baroya
BIOGRAPH-I: Journal of Biostatistics and Demographic Dynamic Vol 2 No 1 (2022): May
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/biograph-i.v2i1.29460

Abstract

Perilaku seksual pranikah merupakan salah satu permasalahan yang penuh risiko dan sangat rawan terjadi pada proses perkembangan seorang remaja. Transisi antara sosial dan budaya dapat mengakibatkan remaja rentan terpengaruh dampak negatif. Menurut data SDKI 2017 menyatakan bahwa perilaku seksual pranikah terjadi pada 8% remaja pria dan 2% remaja wanita. Tujuan penelitian menganalisis hubungan antara faktor predisposing (meliputi usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, dan status berpacaran), faktor enabling (meliputi paparan media), dan faktor reinforcing (meliputi pengaruh teman sebaya dan peran orang tua) dengan perilaku seksual pranikah pada remaja pria di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SDKI tahun 2017 dengan desain Cross Sectional. Populasi penelitian yang digunakan adalah remaja pria usia 15-24 tahun di Indonesia. Jumlah sampel sebanyak 12.935 remaja pria. Analisis Bivariat menggunakan Chi-Square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Perilaku seksual pranikah pada remaja pria sebanyak 51,1%. Faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja pria yaitu usia (OR 4,0; CI 3,68-4,30), tingkat pendidikan (OR 1,8; CI 1,11-2,94), status pernah berpacaran (OR 494,6; CI 235,26-1039,70), dan pengetahuan (OR 3,0; CI 2,76-3,34). Selain itu, kepemilikan smartphone (OR 2,1; CI 1,92-2,31), akses terhadap internet (OR 2,3; CI 2,11-2,60), teman sebaya yang berpengaruh negatif (OR 7,6; CI 6,84-8,46), dan peran orang tua juga berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja (OR 1,1; CI 1,01-1,17). Faktor yang paling kuat dalam mempengaruhi perilaku seksual pranikah remaja pria adalah status berpacaran (OR 362,5; CI 171,73-756,34) dapat diartikan remaja pria dengan status sedang atau pernah berpacaran berisiko 362 kali untuk berperilaku seksual pranikah. Untuk itu perlu adanya peningkatan ilmu pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja serta dampak buruk perilaku seksual pranikah.
Peramalan Jumlah Akseptor Baru Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Kabupaten Jember Menggunakan Analisis Time Series Rike Andriyani; Ni'mal Baroya; Andrei Ramani
BIOGRAPH-I: Journal of Biostatistics and Demographic Dynamic Vol 1 No 1 (2021): May
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.929 KB) | DOI: 10.19184/biograph-i.v1i1.22208

Abstract

Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sebagai kontrasepsi efektif untuk menurunkan angka TFR masih jauh di bawah angka penggunaan non-MKJP. Perkiraan jumlah akseptor baru yang memungkinkan perlu dilakukan untuk menetapkan langkah yang harus dilakukan sesuai dengan kondisi di masyarakat untuk meningkatkan penggunaan MKJP. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan model peramalan penggunaan kontrasepsi jangka panjang oleh akseptor baru KB sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan program KB di Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada tahun 2020 dengan subjek penelitian akseptor baru MKJP pada tahun 2012-2019 di Kabupaten Jember. Peramalan dilakukan dengan metode ARIMA yang diolah melalui aplikasi Rstudio. Hasil menunjukkan bahwa faktor sosial ekonomi yang berhubungan dengan banyaknya akseptor baru MKJP adalah persentase penduduk perkotaan (r= -0,712), persentase wanita menikah usia >30 tahun (r= 0,916), dan pendapatan per kapita (r= -0,734). Model peramalan terbaik untuk menentukan banyaknya akseptor baru metode IUD adalah ARIMA (11,1,2). Model peramalah terbaik untuk menentukan banyaknya akseptor baru metode implan adalah ARIMA (0,0,8). Model peramalan terbaik untuk menentukan banyaknya akseptor baru MOW adalah ARIMA (0,0,12). Perlu adanya peningkatan pengetahuan mengenai MKJP terutama IUD dan implan khususnya pada wanita yang telah berusia >30 tahun, perlunya pemerataan distribusi pemberi layanan kontrasepsi, sosialisasi mengenai pentingnya pembatasan kehamilan pada masyarakat dengan ekonomi tinggi, dan perlu adanya kesiapan tenaga medis dan finansial sebagai langkah mempersiapkan akseptor MOW yang kemungkinan akan meningkat.
Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Jawa Timur Tahun 2017 Iswari Hariastuti; Ni'mal Baroya; Yohana Rizkyta Handini; Dimas Bagus Cahyaningrat Wicaksono
BIOGRAPH-I: Journal of Biostatistics and Demographic Dynamic Vol 1 No 1 (2021): May
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.73 KB) | DOI: 10.19184/biograph-i.v1i1.23619

Abstract

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) menjadi solusi paling efektif dalam mencegah kehamilan. Rendahnya penggunaan MKJP di Jawa Timur tentu berkontribusi pada belum tercapainya target nasional dalam penurunan Angka Kelahiran Total di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan penggunaan MKJP di Jawa Timur Tahun 2017. Penelitian menggunakan data hasil Survei Demograsi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Beberapa variabel yang diduga mempengaruhi penggunaan MKJP di Jawa Timur ialah usia, tingkat pendidikan, daerah tempat tinggal, status sosial ekonomi, jumlah anak, pengetahuan, dan keterlibatan suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan dan keterlibatan suami berhubungan dengan penggunaan MKJP di Jawa Timur. Sedangkan daerah tempat tinggal dan status sosial ekonomi tidak berpengaruh terhadap penggunaan MKJP di Jawa Timur. Hal ini dapat disebabkan oleh usaha-usaha pemerintah daerah dalam meningkatkan akseptor MKJP dengan membuat program-program seperti sosialisasi dan pemberian MKJP secara gratis. Suami yang terlibat dalam menentukan metode kontrasepsi pasangannya lebih cenderung memilih menggunakan MKJP 17 kali lipat dibandingkan yang tidak terlibat. Sehingga peneliti menyarankan keterlibatan suami dalam dalam kegiatan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman tentang metode kontrasepsi.