Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

KUALITAS KOLOSTRUM KAMBING PERANAKAN ETAWAH (PE) PADA BERBAGAI PERIODE LAKTASI DAN TIPE KELAHIRAN DI UPT PT DAN HMT SINGOSARI KABUPATEN MALANG Puguh Surjowardojo; Rachmad Dharmawan
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpptp.v24n1.2021.p47-54

Abstract

Colostrum Quality of Etawah Crossbreed in Various Lactation Periods and Types of Birth at PT and HMT Singosari, Malang District. Etawah crossbreed is one of the Indonesia’s local genetic resources. This research aimed to evaluate the colostrum characteristics of Etawah Crossbred goats with various lactation periods and types of birth (litter size). Twenty Etawah Crossbred goats were selected for the experiment, based on lactation period 1, 2, 3, 4 and 5 (4 goats per lactation). Each lactation period had 2 doe-s with a single and multiple births. Colostrum was milked at 0; 24; 48; and 72 hours postpartum and analyzed using Lactoscan. Data were analyzed using Analysis of Variance followed by Duncan's Multiple Range Test of SAS statistical analysis. Lactation period significantly affected colostrum fat and protein (P<0.05) except for lactose and SnF (P>0.05). Type of birth also significantly affected colostrum fat, lactose, and protein (P<0.01) except for SnF (P<0.05). All parameters in the third lactation period showed the highest values and subsequently decreased. Etawah Crossbred goats with single births showed the highest value of all variables than multiple births did.Keywords: Etawah crossbred goat, colostrum, litter size, lactation periodABSTRAKKambing Peranakan Etawah (PE) merupakan salah satu sumber daya genetik lokal Indonesia. Penelitian ini bertujuan mempelajari karakteristik kolostrum kambing PE dengan berbagai periode laktasi, dan tipe kelahiran (litter size). Penelitian menggunakan 20 ekor kambing PE yang diseleksi dengan periode laktasi 1, 2, 3, 4, dan 5; masing-masing 4 ekor kambing per laktasi. Setiap periode laktasi masing-masing terdapat 2 induk kambing dengan kelahiran tunggal dan kelahiran kembar. Pemerahan kolostrum dilakukan pada 0; 24; 48; dan 72 jam pascapartus dan dianalisis menggunakan Lactoscan. Data dianalisis menggunaan Analysis of Variance dengan Duncan'S Multiple Range Test dari analisis statistik SAS. Periode laktasi berpengaruh nyata terhadap lemak dan protein kolostrum (P<0,05) kecuali laktosa dan SnF (P>0,05). Tipe kelahiran berpengaruh sangat nyata terhadap lemak, laktosa, dan protein kolostrum (P<0,01) kecuali SnF (P<0,05). Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kadar lemak, laktosa, dan protein kolostrum kambing PE dengan periode laktasi 3 lebih tinggi dibandingkan periode laktasi 1, 2, 4, dan 5. Kadar lemak, laktosa, dan protein mengalami peningkatan pada periode laktasi 3 selanjutnya mengalami penurunan pada perioe laktasi 4. Kolostrum kambing PE dengan kelahiran tunggal menunjukkan bahwa kadar lemak, laktosa, protein, dan SnF lebih tinggi  dibandingkan kelahiran kembar.Kata kunci: kambing PE,  kolostrum, periode laktasi, ukuran liter  
Morfometri Kambing Senduro Plasma Nuftah Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur Rifa&#039;i Rifa&#039;i; Amam Amam; Puguh Surjowardojo; Tri Eko Susilorini
Buletin Plasma Nutfah Vol 27, No 2 (2021): DESEMBER
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/blpn.v27n2.2021.p133-140

Abstract

Salah satu upaya untuk melindungi sumber daya genetik ternak Indonesia adalah dengan melakukan penetapan rumpun ternak, seperti penetapan galur kambing Senduro yang tertuang di dalam Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1055/Kpts/SR.120/10/2014. Tujuan penelitian adalah mengkaji sifat fenotipe kambing Senduro berdasarkan sifat kuantitatifnya, yaitu lebar telinga, lebar kepala, dan panjang kepala dan menghubungkan sifat fenotipe ini dengan bobot badan, umur ternak, dan body condition scoring (BCS). Penelitian dilakukan dengan metode observasi dan korelasional. Pengamatan dilakukan pada 101 ekor kambing Senduro betina di Kelompok Ternak Senduro Etawah. Data diolah menggunakan Microsoft Excel dan Program SPSS 26.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kambing Senduro memiliki lebar telinga rata-rata 13,33 ± 1,97 cm, lebar kepala rata-rata 12,28 ± 1,23 cm, dan panjang kepala rata-rata 24,71 ± 1,62 cm. Lebar telinga kambing Senduro memiliki hubungan sangat kuat atau sangat nyata dengan BCS, memiliki hubungan kuat atau nyata dengan bobot badan, dan tidak memiliki hubungan dengan umur ternak. Lebar kepala kambing Senduro memiliki hubungan sangat kuat atau sangat nyata dengan bobot badan, memiliki hubungan kuat atau nyata dengan BCS, dan tidak memiliki hubungan dengan umur ternak. Panjang kepala kambing Senduro memiliki hubungan sangat kuat atau sangat nyata dengan bobot badan, memiliki hubungan sangat kuat atau sangat nyata dengan umur ternak, dan memiliki hubungan sangat kuat atau sangat nyata dengan BCS. Sifat kuantitatif lebar telinga, lebar kepala, dan panjang kepala kambing Senduro perlu diperhatikan sebagai variabel dalam pendugaan produksi ternak.
PRODUKSI SUSU SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN (FH) PADA PERIODE LAKTASI YANG BERBEDA (Milk Production of Friesian Holstein (FH) Cows at Different Lactation Periods) Ali Mahmud; Woro Busono; Puguh Surjowardojo; Yuli Arif Tribudi
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Vol. 8 No. 2 (2020)
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jitp.v8i2.10132

Abstract

This research was conducted in PT Greenfields Indonesia, Babadan Village, Ngajum Districts, Malang, East Java. The purpose of the study was to compare the milk production of FH (Friesian Holstein) dairy cows in various lactation periods. The material used in this research was data records of Australian FH, which have been developed in the Greenfields Indonesia farm. The data used were from 473 dairy cows, which consisted of 100 heads for each lactation period from the period I up to period IV and 73 heads for lactation period V. The variables measured were milk production 305 day 2X ME, daily milk yield production, peak day production, and the peak lactation. The data were analyzed using analysis of variance, and if the result showed differences, the analysis was continued using the Duncan test. The results showed that the increase in the lactation period significantly (P<0.01) decreased milk production and increased the duration of lactation peaks of FH cows. The highest milk production 305 day 2X ME was in the lactation period II, which was around 10232.90 ± 1036.62 kg/lactation or 32 ± 5.13 kg/day. In this period, the peak day in milk lactation was 71.5 ± 27.5 days, and the peak of milk production was 45.7 ± 4.1 kg/day. In conclusion, milk production increased from the first lactation period to the second lactation period and then decreased in subsequent periods. The peak of the first lactation period was reached longer, then falls in the second lactation period and then increases again at the following lactation period
Hubungan Bcs Dengan Kualitas Kolostrum Ditinjau Dari Solid Non Fat Dan Berat Jenis Kolostrum Sapi PFH Zharfan Abdillah; Puguh Surjowardojo
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 19, No 1 (2018): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (513.609 KB) | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2018.019.01.8

Abstract

The reasearch was purposed to find out correlation about body condition score (BCS) of dairy cow on colostrum quality in terms of Solid Non Fat (SNF) and Specific Gravity. The material was used 30 pregnant of dairy cows with 9????ℎ months old. The method that used in the research was using survey and observation methods. Sampling was done by purposive sampling old pregnant dairy cows. The variables measured were Solid Non Fat (SNF) and Specific Grafity. Data were tabulated to SPSS 20 version, then analyzed descriptively and linear regression analysis using the SPSS program to determine the correlation of the old pregnant BCS of dairy cow on quality colostrum. The result showed an average was BCS 4, BCS of the old pregnant dairy cow showed a  significant correlation (P<0.05) on quality of colostrum in terms of Solid Non Fat (SNF)  with a correlation coefficient (r) = 0.749 and the determinantion coefficient (????2) = 56% and BCS of the old pregnant dairy cow showed a  significant correlation to (P<0.05) on quality of colostrum Specific Grafity  with a correlation coefficient (r) = 0.787 and the determinantion coefficient (????2) = 62% . It can be concluded a good BCS is a range of BCS (3-4), so that breeders should be controling the BCS of dairy cattle. If the value of BCS was great it make the higher quality of colostrum, so a new born calf will be grow well because the quality of colostrum was also great.
DAYA HAMBAT DEKOK KULIT APEL MANALAGI (Malus sylvestris Mill) TERHADAP PERTUMBUHAN Escherichia coli DAN Streptococcus agalactiae PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH Puguh Surjowardojo; Tri Eko Susilorini
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 16, No 1 (2015): TERNAK TROPIKA
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.642 KB) | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2015.016.01.11

Abstract

Kulit apel manalagi (Malus sylvestris Mill.) mengandung banyak zat aktif yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan dari dekok kulit apel manalagi (Malus sylvestris Mill.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Streptococcus agalactiae penyebab mastitis pada sapi perah dan menentukan konsentrasi optimal dalam menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Metode yang digunakan yaitu metode difusi sumuran dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan tersebut terdiri dari konsentrasi 10%, 20%, 30% dan iodips sebagai perlakuan standart. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dekok kulit apel manalagi (Malus sylvestris Mill.) dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30% mampu menghambat pertumbuhan bakteri, dimana perlakuan yang paling baik yaitu pada konsentrasi 30%. Hasil perhitungan rata-rata luas zona hambat dekok kulit apel manalagi (Malus sylvestris Mill.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah berbeda sangat nyata (P<0,01) dan hasil perhitungan pada bakteri Streptococcus agalactiae adalah tidak berbeda nyata (P>0,05). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah konsentrasi 10%, 20% dan 30% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Streptococcus agalactiae. Konsentrasi 10%, 20% dan 30% belum dapat mengimbangi kekuatan daya hambat dari iodips dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, akan tetapi pada  bakteri Streptococcus agalactiae mampu untuk menghambat pertumbuhannya. Kata kunci: kulit apel manalagi, dekok, daya hambat antibakteri, bakteri patogen.
EKSTRAK METANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) SEBAGAI ANTIMIKROBA ALAMI TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus PENYEBAB MASTITIS SUBKLINIS PADA SAPI PERAH Happy Aprilia Mahardika; Sarwiyono Sarwiyono; Puguh Surjowardojo
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 15, No 2 (2014): TERNAK TROPIKA
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.017 KB)

Abstract

This research was conducted in the laboratory of Bacteriology, Faculty of Agriculture, University of Brawijaya Malang. The purpose of this study is to determine the effect of cherry leaf methanol extract on the growth of Staphylococcus aureus bacteria causing subclinical mastitis in dairy cows. Materials used in this research were Staphylococcus aureus, cherry leaf methanol extract, cherry leaf water extract and iodips. The method used in this research is experiment with a completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 4 replications. The results showed that the cherry leaf methanol extract, with a concentration of 10%, 20%, 30% and 40% have an influence on the growth inhibitory Staphylococcus aureus. Cherry leaf methanol extract has no significant difference (P> 0.05) with a cherry leaf water extract and iodips as antimicrobial substances, so it can be used as a natural antimicrobial substance to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria causing subclinical mastitis.   Key word : cherry leaf, methanol extract, Staphylococcus aureus and mastitis
EKSPRESI PRODUKSI SUSU PADA SAPI PERAH MASTITIS Puguh Surjowardojo; Suyadi Suyadi; Lukman Hakim; Aulani&#039;am Aulani&#039;am
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 9, No 2 (2008): Ternak Tropika
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.533 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja KUTT Suka Makmur diKecamatan Grati Kabupaten Pasuruan bulan Oktober 2007, dengan tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mastitis terhadap produksi sususapi perah.Materi penelitian yang digunakan adalah 35 ekor sapi perah FriesienHolstein (FH) pada bulan laktasi 2 – 3 dan tingkat laktasi 2 – 3. Metode penelitianmenggunakan metode survey pada sapi perah yang ada di KUTT Suka Makmur,dengan penentuan sampel sapi perah secara purposive random sampling, yaitusapi perah dengan tingkat laktasi 2 – 3, dan bulan laktasi 2 – 3. Variable yangdiukur adalah produksi susu dan tingkat mastitis. Data dianalisis dengan metodedeskriptif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 14 ekor sapi yang tidakterinfeksi dan 21 ekor yang terinfeksi mastitis. Jumlah puting yang terinfeksimastitis sebanyak 40 puting atau 47,6% yang berada pada tingkat mastitis satu,dua, tiga dan empat masing-masing adalah sebesar 37,5%, 32,5%, 7,5% dan22,5%. Ditinjau dari jumlah puting yang terinfeksi mastitis pada satu, dua, tigadan empat puting masing-masing 42,9%, 33,3%, 14,3% dan 9,5%. Rata – rataproduksi susu pada sapi yang tidak terinfeksi mastitis 15,5 lt sedangkan produksisusu rata-rata pada sapi yang terinfeksi mastitis satu sampai empat putingmengalami penurunan, masing-masing sebesar 28,4%, 39,4%, 53,5% dan 51,6%.Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa mastitis dapatmenurunkan produksi susu sebesar 4,4 - 8,3 lt/hr/ekor atau 28,4% - 53,5% danberdampak pada kerugian peternak Rp.6.160 - Rp.11.620 / hr/ ekor. Semakintinggi tingkat mastitis semakin besar penurunan produksi susu, sehingga kerugianpeternak semakin besar. Disarankan untuk melakukan perbaikan tatalaksanapemeliharaan, sanitasi dan hygiene agar tingkat kejadian mastitis maupun tingkatmastitis dapat diturunkan.EXPRESSION OF MILK PRODUCTION ON MASTITIS DAIRYCATTLEABSTRACTThis research was experimental study to find out the effect of mastitis tomilk yield in KUTT Suka Makmur Grati, Pasuruan during October 2007.The research showed that 14 cow uninfected and 21 cow infected mastitis.The amount of teat infected mastitis are 40 or 47.6% from 21 cow. Thisobservation showed that the infected teat of mastitis on level mastitis one, two,three and four are 37.5%, 32.5%, 7.5% and 22.5%. The average of milkproduction that uninfected mastitis are 15.5 lt per day and for infected mastitishave decreased milk production on one until four teat which are 28.4%, 39.4%,53.5% and 51.6%.Masttitis decreased milk yield as much as 4.4 – 8.3 lt/day/cow or 28.4% -53.5% and affected on earning loss until Rp.6,160 - Rp.11,620 / day/ cow. It canbe conclusion that level of mastitis more high affected on decreased milk yieldand earning loss farmer. Increasing sanitation and milking hygiene to beconducted to depress incident and mastitis level.Keyword : mastitis, milk yield, CMT.
DAYA HAMBAT JUS KULIT APEL MANALAGI (Malus sylvestris Mill.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH Puguh Surjowardojo; Tri Eko Susilorini; Angel Aprilia Panjaitan
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 16, No 2 (2015): TERNAK TROPIKA
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.964 KB) | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2015.016.02.5

Abstract

Apel Manalagi (Malus sylvestris Mill.) sering dikonsumsi baik secara segar maupun diolah menjadi keripik apel. Pengolahan ini menghasilkan limbah berupa kulit. Kandungan kulit apel Manalagi berupa saponin, flavonoid, tannin, polifenol dan katekin yang dapat berperan sebagai antibakteri, kandungan ini dapat dimanfaatkan sebagai pengganti larutan teat dipping iodip untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli penyebab mastitis pada sapi perah. Tujuan penelitian ini untuk menentukan apakah jus kulit apel Manalagi dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli penyebab mastitis pada sapi perah serta untuk mengetahui konsentrasi yang lebih baik untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcusaureus dan Escerichia coli. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium dengan cara diffusi sumurandengan analisis yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan juskulit apel Manalagi dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30% dapat menghambat pertumbuhan bakteristaphylococcus aureus dan Escherichia coli secara signifikan (P<0,01) dengan hasil terbaik terhadapbakteri Staphylococcus aureus dengan menggunakan konsentrasi 30% sedangkan untuk bakteriEscherichia coli menggunakan konsentrasi 10%. Namun, penggunaan jus kulit apel Manalagi belumdapat mengimbangi iodip dalam menghambat bakteri Escherichia coli. Kesimpulan dari penelitian iniadalah jus kulit apel Manalagi dapat digunakan untuk larutan antiseptik alami untuk teat dipping padasapi perah.Kata kunci: Staphylococcus aureus, Eschericia coli, zona hambat bakteri, mastitis.
Pengaruh Lama dan Suhu Penyimpanan Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle linn) Dengan Aquades Terhadap Daya Hambat Bakteri Streptococcus agalactiae Penyebab Mastitis pada Sapi Perah Muhammad Sanjaya Kusuma; Tri Eko Susilorini; Puguh Surjowardojo
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 18, No 2 (2017): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.711 KB) | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2017.018.02.3

Abstract

Green betle leaf (Piper betle L.) is one of the plants used by the people of Indonesia for tradisional medicine. Green betle leaf contains antibacterial compounds consisting of phenol and its derivatives. This study aims to determine the antibacterial activity of green betle leaf (Piper betle L.) againt the bacteria Streptococcus agalactiae caused mastitis in dairy cows. Bacterial inhibition test by paper disc method. Data analysis using ANOVA by Nested design with 6 treatment and 6 repetitions. The results of this study green betle leaf (Piper betle L.) extract inhibiting the growth of bacteria Streptococcus agalactiae was significantly different (P<0,01). The conclusion were the extract of green betel leaf (Piper betle L.) can inhibit the growth of Streptococcus agalactiae and storage temperature has no effect, but storage periode gives effect the quality of green betel leaf extract (Piper betle L.), so that the leaf extract storage green betel with distilled solvent recommended on 2nd days at refrigerator.
DAYA HAMBAT DEKOK KULIT APEL MANALAGI (Malus sylvestris Mill) TERHADAP PERTUMBUHAN Escherichia coli DAN Streptococcus agalactiae PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH Puguh Surjowardojo; Tri Eko Susilorini; Vasco Benarivo
TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production Vol 17, No 1 (2016): TERNAK TROPIKA Journal of Tropical Animal Production (JTAPRO)
Publisher : Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.642 KB) | DOI: 10.21776/ub.jtapro.2016.017.01.2

Abstract

Kulit apel manalagi (Malus sylvestris Mill.) mengandung banyak zat aktif yang dapat berfungsi sebagai antibakteri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan dari dekok kulit apel manalagi (Malus sylvestris Mill.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Streptococcus agalactiae penyebab mastitis pada sapi perah dan menentukan konsentrasi optimal dalam menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Metode yang digunakan yaitu metode difusi sumuran dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan tersebut terdiri dari konsentrasi 10%, 20%, 30% dan iodips sebagai perlakuan standart. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dekok kulit apel manalagi (Malus sylvestris Mill.) dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30% mampu menghambat pertumbuhan bakteri, dimana perlakuan yang paling baik yaitu pada konsentrasi 30%. Hasil perhitungan rata-rata luas zona hambat dekok kulit apel manalagi (Malus sylvestris Mill.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah berbeda sangat nyata (P<0,01) dan hasil perhitungan pada bakteri Streptococcus agalactiae adalah tidak berbeda nyata (P>0,05). Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah konsentrasi 10%, 20% dan 30% dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Streptococcus agalactiae. Konsentrasi 10%, 20% dan 30% belum dapat mengimbangi kekuatan daya hambat dari iodips dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, akan tetapi pada  bakteri Streptococcus agalactiae mampu untuk menghambat pertumbuhannya. Kata kunci: kulit apel manalagi, dekok, daya hambat antibakteri, bakteri patogen.