Nurwatik Nurwatik
Departemen Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Estimasi Jumlah Penduduk Menggunakan Data LiDAR dan Foto Udara (Studi Kasus : Kelurahan Menanggal, Surabaya) Yahya Faikar Hanif; Hepi Hapsari Handayani; Nurwatik Nurwatik
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.54486

Abstract

Data Kependudukan memiliki peran penting yang menunjang berbagai aspek, seperti perencanaan tata kota dan mitigasi bencana. Data kependudukan yang dinilai memiliki akurasi paling tinggi adalah data sensus penduduk yang dilakukan setiap 10 tahun. Selain rentang waktu yang lama, data sensus penduduk yang dapat diakases publik masih dalam lingkup kelurahan atau desa. Munculnya teknologi penginderaan jauh dan SIG dapat dimanfaatkan untuk melakukan estimasi penduduk. Ditambah lagi, dengan tersedianya data citra resolusi tinggi, foto udara, maupun LiDAR yang dapat meninjau tempat tinggal penduduk dengan lebih detail. Dalam penelitian ini dilakukan estimasi populasi dengan menggunakan metode klasifikasi berbasis objek (OBIA) rule-based untuk mendapatkan luasan area pemukiman. Klasifikasi OBIA akan memanfaatkan data foto udara dan DSM & DTM LiDAR. Kemudian dilakukan estimasi dengan metode perhitungan matematis demografi serta regresi linear. Berdasarkan hasil OBIA, didapatkan ketelitian yang tinggi dari uji akurasi dengan menggunakan matriks konfusi sebesar 0,929 pada koefisien kappa dan 95,24% pada overall accuracy. Sedangkan pada hasil estimasi populasi penduduk, metode regresi linear memiliki kesalahan yang lebih kecil dibandingkan metode matematis demogrfi. Selain nilai error yang kecil, nilai MAE, MAPE, RMSE, dan RRMSE menunjukkan bahwa estimasi yang dihasilkan model regrsi linear lebih optimal. Nilai-nilai MAE, MAPE, RMSE, dan RRMSE metode regresi linear pada Wisma Menanggal yaitu 40, 21%, 45, dan 0,25 sedangkan Gayungsari Timur yaitu 23, 18%, 34, dan 0,278
Penentuan Lokasi Titik Evakuasi Sementara Bencana Tsunami Menggunakan Metode Network Analyst (Studi Kasus: Pesisir Selatan Kabupaten Pangandaran) Nurwatik Nurwatik; Filsa Bioresita; Darma Setiawan
Geoid Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Department of Geomatics Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j24423998.v17i1.10077

Abstract

Bencana Tsunami merupakan salah satu bencana alam yang sangat berbahaya dan sering terjadi di Indonesia. Khususnya pada daerah Pesisir Selatan Kabupaten Pangandaran yang memiliki riwayat tsunami dengan ketinggian run up tsunami mencapai 15,7 meter pada tahun 2006 berdasarkan data BPBD Kabupaten Pangandaran. Menurut BMKG tsunami yang terjadi tersebut menelan korban jiwa sebanyak 664 orang. Sebagai upaya mitigasi bencana pada penelitian ini dilakukan analisa tingkat bahaya tsunami dan penentuan lokasi Tempat Evakuasi Sementara (TES) pada Wilayah Pesisir Selatan Kabupaten Pangandaran. Analisa tingkat bahaya dilakukan berdasarkan data kelerengan, koefisien kekasaran, ketinggian run up tsunami, dan garis pantai. Kemudian dari hasil analisa tingkat bahaya tersebut digunakan untuk menentukan lokasi TES menggunakan metode Network Analyst. Dasar pembuatan sebaran lokasi TES yaitu dengan menggunakan analisa Service Area berdasarkan lokasi sebaran TES yang telah ada sebelumnya dari BPBD Kabupaten Pangandaran. Dari analisa tersebut akan diidentifikasi sebaran lokasi TES dan cakupan area. Apabila cakupan Service Area sebaran lokasi TES dari BPBD Kabupaten Pangandaran belum mencakup keseluruhan wilayah terdampak tsunami, maka dilakukan penambahan titik lokasi TES. Penelitian ini menghasilkan 55 titik lokasi TES yang dapat digunakan sebagai tempat evakuasi dengan waktu tempuh maksimal 22 menit
Pemanfaatan Citra Satelit Sentinel-1A untuk Pengamatan Deformasi Pasca Gempa di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung Nurwatik Nurwatik; Eka Diah Nur Safitri; Astrid Calista
Geoid Vol 16, No 2 (2021)
Publisher : Department of Geomatics Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j24423998.v16i2.8656

Abstract

Pesisir Barat merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung yang berbatasan dengan Samudra Hindia. Posisi wilayah yang berada diantara pertemuan dua lempeng tektonik, yaitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia mengkibatkan Kabupaten Pesisir Barat sering mengalami dampak gempa. Sesuai laporan dari BMKG, bencana gempa yang cukup besar telah terjadi pada hari Jum’at tanggal 02 Agustus 2019 jam 19:03:25 WIB dengan magnitude 6.9 SR. Pusat Gempa bumi terletak di laut selatan Pesisir Barat pada koordinat 7.32°LS-104.75°BT dengan kedalaman dangkal sekitar 48 km. Selain guncangan, gempa juga dapat mengakibatkan perubahan (deformasi) pada permukaan tanah. Penelitian ini menggunakan metode penginderaan jauh aktif untuk mengamati deformasi yaitu DInSAR (Differential Interferometry Synthetic Aperture Radar) yang merupakan teknik berbasis radar untuk mengeksploitasi informasi pada fase dua periode citra. Pengamatan deformasi dilakukan menggunakan dua data Sentinel-1A yang diakuisisi pada tanggal 01 Juni 2019 sebagai master, citra 29 Oktober 2019 sebagai slave, dan DEM SRTM 30 meter sebagai informasi topografi di wilayah tersebut. Hasil metode DInSAR menunjukkan deformasi vertikal yang diproyeksikan sepanjang LOS (Line Of Sight) di Kabupaten Pesisir Barat dengan nilai yang bervariasi pada rentang -12 cm sampai +22 cm. Dari proses kalkulasi statistik, dapat diketahui bahwa mayoritas permukaan tanah pada studi lokasi mengalami pengangkatan (uplift) sebesar 1,1 cm sampai 8,1 cm selama periode pengamatan. Fenomena tersebut selaras dengan aktivitas tektonik dan formasi geologi yang menyusun dataran Pesisir Barat, yaitu batuan gunungapi kuarter dan simpangaur. Pesisir Barat is one of the regencies in Lampung Province which adjacent to the Indian Ocean. The location where is between the junction of two tectonic plates, the Eurasian plate and the Indo-Australian plate, causes Pesisir Barat become frequently affected by earthquakes. According to the report from BMKG, a quite large earthquake occurred on Friday August 2, 2019 at 19:03:25 WIB with a magnitude of 6.9 SR. The epicenter of the earthquake is located in the southern sea of Pesisir Barat at coordinates 7.32°S ; 104.75°E with a shallow depth of about 48 km. Apart from shocks, earthquakes can also cause changes (deformations) to the ground surface. This research purposes an active remote sensing method that can be used to observe deformation is DInSAR (Differential Interferometry Synthetic Aperture Radar), which is a radar-based technique to exploit information in the two-period phase of the image. Deformation observations were carried out using two Sentinel-1A data acquired on June 1, 2019 as a master, October 29, 2019 imagery as a slave, and DEM SRTM 30 meters as topographic information in it’s area. The results of the DInSAR method show that vertical deformation which is projected along the LOS (Line Of Sight) in Pesisir Barat Regency with varying values in the range from -12 cm to +22 cm. From the statistical calculation process, it can be seen that the majority of the land surface in the study location experienced an uplift of 1.1 cm to 8.1 cm during the observation period. This phenomenon is consistent with the tectonic activity and geological formations that form the Pesisir Barat plains, namely quaternary volcanic rocks and simpangaur.
Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Pemetaan Potensi Banjir Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kota Malang, Jawa Timur) Dwi Ramadhani; Teguh Hariyanto; Nurwatik Nurwatik
Geoid Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Department of Geomatics Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j24423998.v17i1.10250

Abstract

Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia. Menurut catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), telah terjadi 1080 bencana banjir di Indonesia sepanjang tahun 2020. Pada tanggal 18 Januari 2021, Kota Malang diguyur hujan dengan intensitas tinggi sehingga terjadi bencana banjir dan tanah longsor yang menyebabkan satu orang hilang dan 260 rumah terendam banjir. Dengan adanya bencana tersebut maka diperlukan analisis terhadap penyebab terjadinya banjir serta melakukan pencegahan dan mitigasi dengan pemetaan potensi banjir. Penelitian ini menggunakan metode pembobotan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan narasumber pegawai BAPPEDA Kota Malang, pegawai DPUPRPKP Kota Malang, dan pegawai BPBD Kota Malang. Parameter yang digunakan antara lain ketinggian lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, tutupan lahan, histori banjir, curah hujan, dan kerapatan sungai. Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa curah hujan memiliki pengaruh lebih besar terhadap banjir dengan bobot sebesar 50%, diikuti dengan parameter lain yaitu kemiringan lereng 15%, tutupan lahan 11%, kerapatan sungai 10%, histori banjir 7%, ketinggian lahan 4%, dan jenis tanah 3%. Kemudian didapatkan tiga kelas potensi banjir yaitu potensi tinggi sebesar 3,04 km2, potensi sedang sebesar 90,42 km2, dan potensi rendah sebesar 9,41 km2. Wilayah yang berpotensi tinggi terhadap banjir adalah Kelurahan Kelurahan Arjosari, Purwodadi, Pandanwangi, Purwantoro, Sawojajar, Bunulrejo, Blimbing, Jatimulyo, Tlogomas, Lowokwaru, Dinoyo, Ketawanggede, dan Penanggungan.
Analisis Dan Validasi Hasil Simulasi Luapan Air Kali Kedungbener Di Kecamatan Kebumen Menggunakan Sistem Informasi Geografis Akhmad Barizil Hak; Agung Budi Cahyono; Nurwatik .
Geoid Vol 17, No 1 (2021)
Publisher : Department of Geomatics Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j24423998.v17i1.10191

Abstract

Pemodelan daerah genangan banjir diperlukan dalam upaya mengurangi dampak banjir, seperti pembuatan peta daerah genangan banjir. Pembuatan peta tersebut dapat menggunakan bantuan perangkat lunak sistem informasi geografis, seperti HEC-GeoRAS dan HEC-RAS. Pada hasil Studi-1 dengan nilai debit 250 m3/det menunjukkan ekstensi genangan yang meluas secara visual hingga mencapai daerah pemukiman penduduk. Namun, hasil simulasi S1 tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya disebabkan terdapat daerah kosong tidak tergenang banjir yang dipengaruhi oleh medan topografi pada DTM. Hasil interpolasi DTM dari data LiDAR menjadi TIN memberikan nilai RMSE sekitar 2,808 × 10-13 meter. Sedangkan, hasil simulasi Studi-2 dengan nilai debit aktual 96,15 m3/det tidak menunjukkan terjadinya genangan di areal persawahan, pemukiman penduduk dan pada Jalana Nasional Kebumen-Kutoarjo setelah dilakukan validasi terhadap data akibat kejadian banjir berdasarkan data Rekap Inventarisasi Kejadian Bencana Alam Banjir Jawa Tengah Periode Oktober 2018 – April 2019 dari Dinas Pusdataru Provinsi Jawa Tengah. Ketidaksesuaian hasil simulasi S2 disebabkan oleh terjadinya curah hujan intensitas tinggi yang tercata menurut data dari Dinas Pusdataru Jawa Tengah yang tidak diperhitungkan dan perubahan topografi DTM badan sungai setelah diproses dengan metode hydro enforcement.
Reducing the Risk of Flood Disasters in Lamongan Regency Using the Geographic Information System (GIS) Salwa Nabilah; Nur Azizah Affandy; N. Anwar; M. A. Maulana; N. Nurwatik
U Karst Vol 5, No 2 (2021): NOVEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3688.203 KB) | DOI: 10.30737/ukarst.v5i2.2079

Abstract

Flood disasters cause negative impacts, such as damage to facilities to the onset of fatalities. Reducing the risk of flooding needs to be done to reduce the impact caused by this disaster. Lamongan Regency is one of the regencies in East Java affected by floods every year in most of its areas. This study aims to reduce the risk caused by flooding by using GIS (Geographic Information System). Mitigation is done by determining areas with a high potential risk of being affected by flooding. The study used spatial analysis functions in ArcGIS. Supporting variables used rainfall, land cover, slope, soil texture, and watershed area, and it becomes important in determining flood-prone areas. From the results, the largest soil classification is the Kpl soil type. Litosol Gray Grumosol, The wide distribution of rainfall from 1500-1750 mm has the widest distribution is 66,67 ha. The slope of 0-8% has the widest distribution of 92,257 ha, making Lamongan a very vulnerable high flood area. Laren District is the District with the greatest flood potential, and Irrigated Field is the dominant land cover type affected by the flood. With the flood disaster map generated from this research, local governments can seek prevention in areas with high flood potential. They can carry out socialization based on disaster mitigation, especially for districts with potential flooding.
Penentuan Lokasi Flood Shelter Menggunakan Analisis Spatial Multi Criteria Evaluation (SMCE) (Studi Kasus : Kota Batu, Provinsi Jawa Timur) Muhammad Hafizh Muzaky; Agung Budi Cahyono; Nurwatik Nurwatik
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.98442

Abstract

Kota Batu memiliki potensi terjadinya bencana yang cukup besar. Pada bulan November 2021 terjadi banjir bandang di Kota Batu dan memakan 7 korban jiwa . Banjir bandang di Kota Batu diketahui telah berdampak di 5 desa di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Salah satu upaya mitigasi bencana yang dapat dilakukan adalah membangun flood shelter. Flood shelter merupakan bangunan tempat tinggal sementara bagi korban banjir ketika bencana banjir tiba. Diperlukan analisis spasial untuk menentukan kesesuaian lokasi flood shelter di Kota Batu. Dalam Penelitian ini digunakan Metode Spatial Multi Critera Evaluation (SMCE) dalam menentukan kesesuaian lokasi flood shelter di Kota Batu. SMCE merupakan jenis metode pendukung yang menggabungkan SIG dan AHP untuk mengidentifikasi dan memberi peringkat berbagai parameter yang mengindikasikan wilayah pemilihan lokasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh bobot parameter jarak sungai yaitu 0,296, parameter jarak jalan yaitu 0,187, parameter kemiringan lereng yaitu 0,174, parameter curah hujan yaitu 0,151, parameter jarak yaitu permukiman 0,107 dan parameter guna lahan yaitu 0,085. Berdasarkan hasil analisis spatial multi criteria evaluation dan setelah dilakukan perhitungan luas pada setiap kelas kesesuaian, Kota Batu memiliki area dengan kesesuaian sangat tinggi seluas 1505.58 ha, area dengan kesesuaian menengah seluas 8433.5 ha, dan area dengan kesesuaian rendah seluas 432.4 ha. Kota Batu lebih di dominasi oleh wilayah dengan kesesuaian tinggi yaitu seluas 9545.18 ha. Berdasarkan hasil analisis location allocation yang dilakukan dalam menentukan kesesuaian lokasi flood shelter di Kota Batu, didapatkan 5 rencana flood shelter yang terpilih yaitu antara lain rencana shelter Sumberbrantas 1, rencana shelter Punten 1, rencana shelter Sisir 3, rencana shelter Junrejo 1, dan rencana shelter Pendem 1. Rencana flood shelter Punten 1 merupakan lokasi yang paling strategis dan dapat diakses dari 17 titik rawan banjir yang ada di Kota Batu.
Analisis Pemetaan Skala 1:1000 Menggunakan Data Unmanned Aerial Vehicle (UAV) (Studi Kasus: Waduk Selorejo - Kabupaten Malang) Agung Budi Cahyono; Hepi Hapsari Handayani; Nurwatik Nurwatik
Geoid Vol 18, No 2 (2023)
Publisher : Department of Geomatics Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j24423998.v18i2.15656

Abstract

UAV Fotogrametri telah  dipergunakan di berbagai sektor, salah satunya adalah untuk pemetaan dasar di Waduk Selorejo di desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Penelitian ini adalah kerjasama Departemen Teknik Geomatika ITS dengan Perum Jasa Tirta I dalam rangka inventarisasi data dan kegiatan Mata Kuliah Kemah Kerja tahun 2022. Akuisisi data foto ini dilakukan dengan menggunakan wahana UAV jenis tipe rotor QuadCopter Dji Phantom 4 Pro sebanyak 3 unit. Berdasarkan pemotretan udara yang dilakukan di area wisata Waduk Selorejo, didapatkan hasil sebanyak 678 buah foto udara. Wilayah pemetaan mencakup bagian Selatan wilayah Waduk Selorejo. Perencanaan kontrol koordinat dilakukan terhadap 4 GCP (Ground Control Point) dan misi terbang  pada 4 buah misi terbang. Misi terbang 1 dan 2 digunakan untuk pengolahan Blok I, misi terbang 2 dan 3 digunakan untuk pengolahan Blok II, serta misi terbang 3 dan 4 digunakan untuk pengolahan Blok III. Didapatkan hasil tinggi terbang rata-rata adalah 150 meter hingga didapatkan nilai Ground Sampling Distance (GSD) 4.23 cm/piksel. Dari hasil pengolahan data, didapatkan Circular Error (CE) 90% senilai 0.0602 meter dan memenuhi standar ketelitian peta RBI yang berada di rentang skala 1:1000 dan 1:2500 berdasarkan perka BIG No. 6 Tahun 2018.
Reducing the Risk of Flood Disasters in Lamongan Regency Using the Geographic Information System (GIS) Salwa Nabilah; Nur Azizah Affandy; N. Anwar; M. A. Maulana; N. Nurwatik
U Karst Vol. 5 No. 2 (2021): NOVEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/ukarst.v5i2.2079

Abstract

Flood disasters cause negative impacts, such as damage to facilities to the onset of fatalities. Reducing the risk of flooding needs to be done to reduce the impact caused by this disaster. Lamongan Regency is one of the regencies in East Java affected by floods every year in most of its areas. This study aims to reduce the risk caused by flooding by using GIS (Geographic Information System). Mitigation is done by determining areas with a high potential risk of being affected by flooding. The study used spatial analysis functions in ArcGIS. Supporting variables used rainfall, land cover, slope, soil texture, and watershed area, and it becomes important in determining flood-prone areas. From the results, the largest soil classification is the Kpl soil type. Litosol Gray Grumosol, The wide distribution of rainfall from 1500-1750 mm has the widest distribution is 66,67 ha. The slope of 0-8% has the widest distribution of 92,257 ha, making Lamongan a very vulnerable high flood area. Laren District is the District with the greatest flood potential, and Irrigated Field is the dominant land cover type affected by the flood. With the flood disaster map generated from this research, local governments can seek prevention in areas with high flood potential. They can carry out socialization based on disaster mitigation, especially for districts with potential flooding.
Analisis Daerah Rawan Banjir Menggunakan Metode Skoring dan Pembobotan Berbasis Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus: Kabupaten Sidoarjo) Vera Ramandany; Teguh Hariyanto; Nurwatik Nurwatik
Jurnal Teknik ITS Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v12i1.105728

Abstract

disebabkan oleh beberapa faktor alam. Faktor alam yang dimaksud adalah curah hujan yang tinggi, kelerengan tanah yang lebih rendah dari permukaan air laut maupun dikarenakan tanggul ataupun aliran sungai yang tidak dapat menahan debit air hujan yang terlalu tinggi. Rendahnya akan kesadaran manusia dalam menjaga lingkungan juga dapat dijadikan salah satu pemicu terjadinya banjir. Banjir juga terjadi di Kabupaten Sidoarjo tepatnya pada Minggu, 17 Januari 2021 membuat dua kecamatan terendam yakni Kecamatan Tanggulangin dan Kecamatan Porong. Dengan adanya bencana banjir tersebut maka diperlukan analisis lebih lanjut terkait penyebab terjadinya banjir. Pada penelitian ini dilakukan analisis terkait daerah rawan banjir di Kabupaten Sidoarjo menggunakan metode skoring dan pembobotan berbasis sistem informasi geografis. Pembuatan peta rawan banjir di Kabupaten Sidoarjo menggunakan enam parameter yaitu, ketinggian lahan, kemiringan lereng, curah hujan, jenis tanah, kerapatan aliran sungai dan tutupan lahan. Hasil akhir dari penelitian ini adalah peta rawan banjir di Kabupaten Sidoarjo yang terbagi menjadi tiga kelas kerawanan, yaitu kelas kerawanan dengan potensi rendah, sedang dan tinggi. Untuk wilayah kerawanan yang berpotensi rendah terhadap banjir memiliki luas 1100,84 Ha (1,71%), kerawanan banjir dengan potensi sedang dengan luas 58143,33 Ha (90,52%), dan kearawanan banjir dengan potensi tinggi memiliki luas 4987,06 Ha (7,76%) dari total luas wilayah Kabupaten Sidoarjo. Dari 18 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sidoarjo, Kecamatan Jabon memiliki tingkat kerawanan yang cukup tinggi dengan luas area sebesar 4000,168 Ha. Sedangkan untuk daerah yang memiliki tingkat kerawanan rendah berada pada Kecamatan Tanggulangin dengan luas area sebesar 2,147 Ha.