Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Gorga : Jurnal Seni Rupa

ESTETIKA TEKS DENDANG KAMPAR BASIANG: CERMINAN BUDAYA MASYARAKAT AGRARIS DI MINANGKABAU (ANALISIS TEKS) Hendri Koto; Andar Indra Sastra; Asep Saepul Haris
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 2 (2018): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v7i2.11033

Abstract

AbstrakDendang kampar basiang adalah salah satu dendang yang terdapat pada kesenian saluang dendang di Minangkabau. Dendang tersebut dinilai memiliki aspek estetis pada teks yang membangun struktur pantunnya. Dilihat dari frase kalimat sampiran maupun isi, kecenderungan dalam teks pantun dendang kampar basiang memiliki kata maupun kalimat yang mengambarkan fenomena kehidupan masyarakat agraris. Penelitian ini bermaksud untuk menganalisis teks yang terdapat pada dendang kampar basiang yang dihubung-kaitkan dengan aspek sosial masyarakat Minangkabau pada umumnya. Dalam mengkaji fenomena tersebut, digunakan beberapa pendekatan telaah sastra dan estetika paradoks, serta dengan metode kualitatif. Terkait dengan hasil penalaahan teks dendang kampar basiang, maka didapati bahwa dendang tersebut merupakan sebuah cerminan dari kehidupan masyarakat agraris di Minangkabau.           Kata Kunci: estetika, agraris, dendang kampar basiang AbstractKampar basiang dendang is a kind of songs in Minangkabau saluang dendang. This Dendang is considered to have aesthetic aspects of the text that build the rhyme structure. Seeing from the sentences phrase ofsampiran, as well as it’s content, the tendency of dendang kampar basiangrhyme has a word or phrase that describes the phenomenon of agrarian society. This research intends to analyze the texts contained inkampar basiang dendang which is related to social aspect of Minangkabau society in general. Several approaches are used to examine this phenomenon, which is literary studies and paradox aesthetic, as well as qualitative methods.In relation to the study about the text of  kampar basiang dendang, it has been found that dendang is a kind of reflection about the life of agrarian society in Minangkabau  Keywords: aesthetic, agrarian, kampar basiang dendang
PAKAIAN PANGULU DI NAGARI GUNUANG KOTA PADANGPANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT Robi Anwar; Andar Indra Sastra; Edward Zebua
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 2 (2019): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v8i2.14939

Abstract

AbstrakPenelitian ini mendiskripsikan tentang bentuk pakaian pangulu. Fokus penelitian ini adalah pakaian pangulu di Nagari Gunuang Kota Padangpanjang provinsi Sumatera Barat. Pakaian pangulu merupakan pakaian kebesaran seorang pemuka adat suatu kaum yang menyandang gelar pangulu. Pakaian pangulu mencerminkan nilai kewibawaan seorang pemimpin yang terlihat secara visual. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini membahas tentang bentuk dan makna pakaian pangulu. Hasil tentang pakaian pangulu berupa pakaian adat untuk seorang pemimpin adat di Nagari Gunuang Kota Padangpanjang. Pakaian itu terdiri dari destar/saluak, baju hitam longgar/baju gadang, kain sandang/salempang, celana/sarawa, sarung/sisampiang, ikat pinggang/cawek, keris/karih, tongkat/tungkek. Makna dari pakaian pangulu adalah wibawa seorang pemimpin kaum dalam mengayomi anak kemenakan dan mampu menjadi hakim pada masyarakat.Kata Kunci: pakaian, pangulu, bentuk, makna.AbstractThis study describes the form of pangulu clothing. The focus of this research is pangulu clothing in Nagari Gunuang, Padangpanjang, West Sumatra province. Pangulu clothing is an oversized clothing of an adat leader, a people bearing the title pangulu. Pangulu's clothes reflect the dignity of a leader visually. The method in this study uses a qualitative approach with descriptive type. The technique of data collection is done by literature study, observation, and documentation. This study discusses the shape and meaning of pangulu clothing. The results of the pangulu clothing in the form of traditional clothing for a traditional leader in Nagari Gunuang, Padangpanjang City. The clothes consist of a sash/saluak, loose black clothes/gadang clothes, clothing/salempang cloth, pants/sarawa, sarongs/sisampiang, belts / cawek, keris/karih, sticks/tungkek. The meaning of pangulu's clothing is the authority of a leader of the people in protecting the children of nephews and being able to be judges in the community..  Keywords: clothes, pangulu, shape, meaning.
PEREMPUAN KERINCI SEBAGAI IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS NIa Daniati; Andar Indra Sastra; Dharsono Dharsono
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 7, No 2 (2018): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v7i2.10975

Abstract

AbstrakPerempuan di daerah Kerinci sangat diistimewakan, seperti menarik garis keturunan dari pihak ibu (perempuan) yang disebut dengan sistem matrilineal. Selain menarik garis keturunan dari pihak ibu (perempuan) sistem pewarisan juga datangnya dari kaum perempuan, seperti sko (pusaka) yang berbentuk gelar, tetapi dipakai oleh mamak (saudara laki-laki ibu) dan orang sumendo (suami ibu); dan harta pusaka tinggi; seperti rumah dan sawah dikendalikan oleh perempuan. Perempuan Kerinci selalu menerapkan etika beradat kemanapun pergi, sehingga mereka dihormati dan disegani di dalam masyarakat. Etika beradat perempuan Kerinci yakni “sesuai dengan Icopake.” Icopakeperempuan Kerinci sifatnya lunak  atau lemah lembut, seperti malu pada laki-laki, takut pada janji, mulut manih kecindam murah (ketika berbicara lemah lembut tutur katanya dan sopan santun), pandai memilihara diri, rajin mengurus rumah tangga, , dan menurut kata junjungan (suami). Metode yang dipakai dalam penciptaan karya ini observasi, dokumentasi, dan eksperimen. Karya ini menggambarkan tentang kekaguman pengkarya terhadap perempuan Kerinci yang diwujudkan kedalam karya seni lukis dengan menghadirkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perempuan Kerinci dalam kehidupan sehari-hari. Perwujudan karya menggunakan konsep reinterpretasi yang menggambarkan kembali aktivitas perempuan Kerinci dalam berbagai aspek mulai dari kesawah sampai pada aktivitasnya dalam adat yang diwujudkan ke dalam karya seni lukis dengan gayadekoratif.           Kata Kunci:Perempuan Kerinci, kekaguman dan seni lukis AbstractKulouk is one Women in Kerinci regency are very special, such as drawing a bloodline from mother (female) called the matrilineal system. In addition to drawing a line frommother (female) inheritance system also came from women, such as sko (heirloom) in the form of a title, but was used by mamak (mother's brother) and sumendo (mother's husband); and high inheritance, like houses and rice fields controlled by women. Kerinci women always apply ethical ethics wherever they go, so they were respected in society. Kerinci's civilized ethics are "in accordance with the Icopake." Icopake female Kerinci is soft or gentle, such as being ashamed of men, fear of promises, low-priced mouth when she speaks softly and politely), good at choosing herself , diligently taking care of the household, and according to the word lord (husband). The method used in the creation of this work is observation, documentation, and experimentation. This work illustrates the admiration of the artists for Kerinci women who embodied the work of painting by presenting various activities carried out by Kerinci women in their daily lives. The embodiment of the work uses the concept of reinterpretation which re-illustrates the activities of Kerinci women in various aspects ranging from the crater to the activities in adat which are embodied in painting with decorative style.. Keywords:Kerinci’s women, admiration and painting
PACU ITIAK DALAM FOTOGRAFI ESAI DENGAN PENDEKATAN EDFAT Taufik Imran; Rasmida Rasmida; Andar Indra Sastra
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 11, No 2 (2022): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v11i2.35265

Abstract

Nagari Ampangan in Payakumbuh has a tradition of racing ducks which is the only race in the world. This tradition provides a kind of education about cultural values such as the value of honesty, competition, competition, harmony, mutual cooperation, entertainment and these values are appropriate and must be preserved. Media photography is one way to find out information about the duck race, with a photography essay that will present the charm of the ducks in the racing arena on the highway. The EDFAT method is one of the methods used in creating this journalistic photography visual. The results of the photography capture the various interactions of the players and visitors which are one of the activities and moments during the implementation of the duck race. So that the complex activities of the pacu itiak are presented  with photo works of the charm of the spur itiak. Keywords: pacu itiak, fotografer, esai, EDFAT. AbstrakNagari Ampangan di Payakumbuh memiliki tradisi pacu itiak yang merupakan satu-satunya pacuan yang ada di dunia. Tradisi ini memberikan semacam edukasi tentang nilai-nilai budaya seperti nilai kejujuran, perjuangan, persaingan, harmonis, gotong-royong,  hiburan dan nilai-nilai ini patut dan harus dilestarikan. Media fotografi salah satu cara mengetahu informasi tentang pacu itiak, dengan fotografi esai yang akan menghadirkan pesona itiak dalam gelangang pacuan di jalan raya. Metode EDFAT salah satu  metode yang digunakan dalam penciptaan visual fotografi jurnalistik ini. Hasil fotografi mengabadikan bebagai interaksi para pemain dan pengunjung yang menjadi salah satu  aktivitas dan momen ketika dalam pelaksaan pacu itiak. Sehingga kompleksnya kegiatan pacu itiak disajikan dengan karya foto pesona pacu itiak. Kata Kunci:pacu itiak , fotografer, esai, EDFAT. Authors:Taufik Imran : Institut Seni Indonesia PadangpanjangRasmida : Institut Seni Indonesia PadangpanjangAndar Indra Sastra : Institut Seni Indonesia Padangpanjang References:Arsola, P., Rafiloza, R., & Sahrul, N. Pacu Itiak Sebagai Sumber Penciptaan Komposisi “SRIPANGGUNG”. Grenek Music Journal, 10(2), 1-16.Berutu, D. I., & Isnaini, D. (2012). Analisis Foto Jurnalistik Mengenai Kerusuhan di Mesuji Lampung pada Harian Kompas. Jurnal. Universitas Sumatera Utara.Danandjaja, J. (2015). Bab V Cerita Rakyat dan Pembangunan Kalimantan Tengah: Merekonstruksi Nilai Budaya Orang Dayak Ngaju dan Ot Danum Melalui Cerita Rakyat Mereka. Metodologi Kajian Tradisi Lisan (Edisi Revisi) , 79.Koentjaraningrat, L. (1987). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta.Kurnianto, A. D. (2012). TA: Pembuatan Buku Esai Fotografi Tari Pendet Sebagai Media Promosi Warisan Budaya Bali (Doctoral dissertation, STIKOM Surabaya).McCurry, S. (2013). Steve McCurry Untold. The Stories Behind the Photographs. USA: Phaidon Press.Soedjono, Soeprapto. (2006). Pot Pourri Fotografi. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti.Purnama, F., & Nurman, N. (2018). Tradisi Pacu Itiak dalam Melestarikan Nilai-Nilai Budaya di Payakumbuh. Journal of Civic Education, 1(2), 174-180.Putra, I. P. D. A. (2021) Penguatan Penguasaan Kompetensi Fotografi, Videografi dan Tata Kelola Media Sosial pada POKDARWIS Pemanis Heritage, Desa Wisata Biaung, Tabanan, Bali. Gorga: Jurnal Seni Rupa, 10(2), 530-540.Sastra, A. I., Sriwulan, W., Caniago, E., MUCHTAR, A., & Haris, A. S. (2021). Lareh Koto Piliang: Systems of Governmental Power and Bronze Music in the Study of the Concept of Musical Aesthetics in Luhak Nan Tigo Minangkabau. Music Scholarship/Problemy Muzykal'noi Nauki, (2).