Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Studi Pengaruh Variabel Proses dan Kinetika Ekstraksi Nikel dari Bijih Nikel Laterit Menggunakan Larutan Asam Sulfat pada Tekanan Atmosferik Wahab Wahab; Erwin Anshari; Marwan Zam Mili; WD. Rizky Awaliah Nafiu; Muh. Nuzul Khaq; Daniyatno Daniyatno; Firdaus Firdaus; Yayat Iman Supriyatna
Jurnal Rekayasa Proses Vol 15, No 1 (2021)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.61533

Abstract

Leaching at atmospheric pressure is one of the leaching methods of concern because it has several advantages, namely that it can process low-level nickel ore, can operate at temperatures >100 ⁰C at atmospheric pressure, and can be used in saprolite and limonite ores. In this research, nickel extraction from nickel laterite ore was carried out using sulfuric acid solution (H2SO4) as a leaching agent. The variables that were varied in the leaching process were temperature (30, 60, and 90 ⁰C), sulfuric acid concentration (0.2, 0.5, and 0.8 molar) and leaching time (30, 60, and 90 minutes). In this study, a 3-factor analysis of variance (ANOVA) was used to see the significance of the variable effects and the order of the most influential variables. In addition, leaching kinetics was studied by shrinking core models to determine rate determining step. The results showed that the increase in temperature, sulfuric acid and leaching time produced a higher percentage of extracted nickel. Based on the 3-factor ANOVA, the order of the most influential variables was obtained, namely temperature, acid concentration and leaching time. The kinetics analysis showed that rate determining step of leaching ore nickel laterite with H2SO4 solution on atmospheric pressure is controlled by diffusion through solid layer product.Keywords: analysis of variance; leaching; saprolit; limonitA B S T R A KLeaching pada tekanan atmosfer adalah salah satu metode pelindian yang menjadi perhatian karena memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat mengolah bijih nikel kadar rendah, dapat beroperasi pada temperatur >100 ⁰C pada tekanan atmosfer serta dapat digunakan pada bijih saprolit dan limonit. Dalam penelitian ini, dilakukan ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4) sebagai agen pelindi. Variabel yang divariasikan dalam proses pelindian yaitu temperatur (30, 60, dan 90 ⁰C), konsentrasi asam sulfat (0,2; 0,5; dan 0,8 molar) dan waktu pelindian (30, 60, dan 90 menit). Dalam penelitian ini digunakan analysis of variance (ANOVA) 3 faktor untuk melihat signifikansi variabel dan urutan variabel yang paling berpengaruh. Selain itu, dilakukan studi kinetika pelindian menggunakan shrinking core model untuk mengetahui pengendali laju reaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan variabel temperatur, konsentrasi asam sulfat dan waktu pelindian menyebabkan meningkatnya persen ekstraksi nikel. Berdasarkan hasil ANOVA 3 faktor diperoleh urutan variabel yang paling berpengaruh yaitu temperatur, konsentrasi asam dan waktu pelindian. Hasil analisis kinetika menunjukkan bahwa pengendali laju reaksi pelindian bijih nikel laterit menggunakan larutan H2SO4 pada tekanan atmosfer yaitu difusi melalui lapisan produk padat.Kata kunci: analysis of variance; pelindian; limonit; saprolit
Studi Pengaruh Variabel Proses dan Kinetika Ekstraksi Nikel dari Bijih Nikel Laterit Menggunakan Larutan Asam Sulfat pada Tekanan Atmosferik Wahab Wahab; Erwin Anshari; Marwan Zam Mili; WD. Rizky Awaliah Nafiu; Muh. Nuzul Khaq; Daniyatno Daniyatno; Firdaus Firdaus; Yayat Iman Supriyatna
Jurnal Rekayasa Proses Vol 15, No 1 (2021)
Publisher : Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jrekpros.61533

Abstract

Leaching at atmospheric pressure is one of the leaching methods of concern because it has several advantages, namely that it can process low-level nickel ore, can operate at temperatures >100 ⁰C at atmospheric pressure, and can be used in saprolite and limonite ores. In this research, nickel extraction from nickel laterite ore was carried out using sulfuric acid solution (H2SO4) as a leaching agent. The variables that were varied in the leaching process were temperature (30, 60, and 90 ⁰C), sulfuric acid concentration (0.2, 0.5, and 0.8 molar) and leaching time (30, 60, and 90 minutes). In this study, a 3-factor analysis of variance (ANOVA) was used to see the significance of the variable effects and the order of the most influential variables. In addition, leaching kinetics was studied by shrinking core models to determine rate determining step. The results showed that the increase in temperature, sulfuric acid and leaching time produced a higher percentage of extracted nickel. Based on the 3-factor ANOVA, the order of the most influential variables was obtained, namely temperature, acid concentration and leaching time. The kinetics analysis showed that rate determining step of leaching ore nickel laterite with H2SO4 solution on atmospheric pressure is controlled by diffusion through solid layer product.Keywords: analysis of variance; leaching; saprolit; limonitA B S T R A KLeaching pada tekanan atmosfer adalah salah satu metode pelindian yang menjadi perhatian karena memiliki beberapa keuntungan yaitu dapat mengolah bijih nikel kadar rendah, dapat beroperasi pada temperatur >100 ⁰C pada tekanan atmosfer serta dapat digunakan pada bijih saprolit dan limonit. Dalam penelitian ini, dilakukan ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit menggunakan larutan asam sulfat (H2SO4) sebagai agen pelindi. Variabel yang divariasikan dalam proses pelindian yaitu temperatur (30, 60, dan 90 ⁰C), konsentrasi asam sulfat (0,2; 0,5; dan 0,8 molar) dan waktu pelindian (30, 60, dan 90 menit). Dalam penelitian ini digunakan analysis of variance (ANOVA) 3 faktor untuk melihat signifikansi variabel dan urutan variabel yang paling berpengaruh. Selain itu, dilakukan studi kinetika pelindian menggunakan shrinking core model untuk mengetahui pengendali laju reaksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan variabel temperatur, konsentrasi asam sulfat dan waktu pelindian menyebabkan meningkatnya persen ekstraksi nikel. Berdasarkan hasil ANOVA 3 faktor diperoleh urutan variabel yang paling berpengaruh yaitu temperatur, konsentrasi asam dan waktu pelindian. Hasil analisis kinetika menunjukkan bahwa pengendali laju reaksi pelindian bijih nikel laterit menggunakan larutan H2SO4 pada tekanan atmosfer yaitu difusi melalui lapisan produk padat.Kata kunci: analysis of variance; pelindian; limonit; saprolit
Klasifikasi Kualitas Massa Batuan Dengan Metode Rock Mass Rating (Rmr) Terhadap Kestabilan Lereng Pada Kecamatan Wolasi, Konawe Selatan, Sulawei Tenggara Hasria Hasria; Erwin Anshari; Harziman Ningrat
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 1, No 01 (2019): Edisi April JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Secara administrasi daerah penelitian terletak di Kecamatan Wolasi, Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis daerah penelitian terletak pada koordinat 04ᵒ 08' 49,7"- 04 09' 26,5"LS dan 122ᵒ 29'58,0"- 122 29' 32.2"BT. Daerah penelitian termasuk dalam Kompleks Meluhu yang berumur Trias (TRJm) yang tersusun atas sekis mika dan batusabak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kualitas massa batuan berdasarkan metode RMR. Metode RMR mengacu pada 5 parameter utama yaitu kuat tekan batuan utuh, Rock Quality Designation, spasi diskontinuitas, kondisi diskontinuitas, dan luahan airtanah. Berdasarkan 5 (lima) parameter tersebut, maka dapat ditentukan kelas massa batuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stasiun 1 memiliki nilai RMR 68, stasiun 2 memiliki nilai RMR 61, stasiun 3 memiliki RMR 57, dan stasiun 4 memiliki RMR 60. Berdasarkan nilai RMR tersebut, maka dapat diklasifikasikan bahwa stasiun 1 dan stasiun 2 termasuk dalam kelas II dengan massa batuan baik, sedangkan stasiun 3 dan stasiun 4 termasuk dalam kelas III dengan massa batuan sedang. Suatu lereng yang mempunyai kelas II dengan massa batuan yang baik, maka diidentifikasikan sebagai lereng yang relatif stabil, sedangkan apabila mempunyai kelas III dengan massa batuan yang sedang, maka diidentifikasi sebagai lereng yang kurang stabil sehingga rawan terjadinya longsor.
Interpretasi Sebaran Zona Mineralisasi Emas Berdasarkan Metode Polarisasi Terinduksi Di Daerah “Y” Gunung Pongkor Jawa Barat Muhammad Ichsanul Akbar Natsir; Jamhir Safani; Erwin Anshari
Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia Vol 1, No 02 (2019): Edisi Agustus JRGI (Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia)
Publisher : Jurnal Rekayasa Geofisika Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kandungan emas daerah Pongkor merupakan endapan emas hidrothermal tipe ephitermal (berupa urat-urat kuarsa) low sulphidation, dengan mineral pembawa yang mengandung logam dan non-logam. Dengan menggunakan metode Induced Polarization (IP) yang memanfaatkan sifat kelistrikan dan polarisabilitas batuan, dapat dideteksi adanya mineral-mineral sulfida yang disseminated dan berasosiasi dengan mineral logam lainnya yang disokong oleh metode resistivity. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa zona penyebaran mineralisasi emas berdasarkan penampang 2D dan 3D data resistivity dan Chargeability yang didukung dengan data geologi yang ada. Pemodelan penampang 2D data resistivity dan Chargeability dilakukan dengan menggunakan software Res2dinv yang kemudian diinput kedalam software surfer 13 dan pemodelan penampang 3D data resistivity dan Chargeability dilakukan dengan menggunakan software Geosoft Oasis Montaj, yang dimana penampang 3D ini akan digunakan untuk mengetahui kedalaman serta sebaran mineral logam pada daerah penelitian. Data pengukuran merupakan data sekunder dengan panjang lintasan pengukuran IP sepanjang 2000 meter dan berjumlah 5 lintasan, serta masing-masing lintasan memiliki spasi antar elektroda sepanjang 50 meter. Interpretasi dilakukan dengan mengkorelasikan penampang 2D true resistivity dan true Chargeability. Hasil interpretasi menyatakan bahwa zona mineralisasi emas ditandai dengan nilai high resistivity (200 – 2365,7 Ωm) dan high Chargeability (500 – 810 msec). Hal ini disebabkan oleh sistem mineralisasi pada daerah penelitian merupakan sistem epithermal. Dari 5 lintasan yang diolah, indikasi keterdapatan zona mineralisasi emas hampir terdapat pada tiap lintasan yang diklasifikasikan berdasarkan zona mineralisasi tinggi, sedang dan rendah. Volume potensi mineralisasi emas berdasarkan nilai Chargeability terestimasi pada sistem ephitermal ini adalah  174.028.250 m3.
Analisis Faktor Pengontrol Longsor di Daerah Boro-Boro dan Sekitarnya Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Zeth Yoseptian Batupadang; Hasria Hasria; Erwin Anshari
OPHIOLITE : Jurnal Geologi Terapan Vol 3, No 2 (2021): OPHIOLITE
Publisher : Program Studi Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (663.836 KB) | DOI: 10.56099/ophiolite.v3i2.23370

Abstract

Penelitian ini terletak di daerah Boro-Boro dan Sekitarnya, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis daerah penelitian terletak pada koordinat 3°58,56’-4°31.52’LS, dan 121°58’-123°16’BT. Lokasi penelitian termasuk ke dalam Formasi Alangga yang tersusun oleh batupasir dan konglomerat berumur Plistosen. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan faktor pengontrol longsor serta jenis longsor pada lokasi penelitian. Metode yang dipakai pada penelitian ini adalah survey lapangan secara langsung meliputi pengambilan data litologi, sampel tanah, mengukur kemiringan lereng selanjutnya dilakukan  pengolahan data lapangan dan analisis data hasil lapangan. Faktor pengontrol yang berpengaruh di daerah penelitian terdiri dari kemiringan lereng, litologi, dan jenis tanah dengan potensi jenis longsoran berupa luncuran dan runtuhan batuan.
Studi fasies dan diagenesis batuan karbonat Formasi Rumu Daerah Kumbewaha dan Sekitarnya, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara Nopri Asharun; Harisma Harisma; Erzam Salahuddin Hasan; Hasria Hasria; Erwin Anshari; Rio Irham Cendrajaya
OPHIOLITE : Jurnal Geologi Terapan Vol 2, No 1 (2020): OPHIOLITE
Publisher : Program Studi Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (952.146 KB) | DOI: 10.56099/ophiolite.v2i1.19584

Abstract

Daerah penelitian terletak di Desa Kumbewaha, Kecamatan Siontapina, Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara. Tujuan penelitian adalah untuk menentukan jenis fasies, proses diagenesis, serta lingkungan diagenesis batuan karbonat Formasi Rumu menggunakan metode petrografi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, fasies yang berkembang pada Formasi Rumu yaitu fasies packstone dan fasies wakcestone dengan tiga zonasi pengendapan berupa zona laut dangkal, zona peralihan, dan zona laut dalam. Proses diagenesis yang terjadi  pada daerah penelitian Formasi Rumu adalah micritisasi microbial, kompaksi, pelarutan dan sementasi, sedangkan untuk lingkungan diagenesis yang berkembang yaitu marine phreatic, burial enviroment, meteoric phreatic, dan meteoric vadose.
Korelasi zona endapan nikel laterit berdasarkan data mineralogi dan geokimia di Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kepulauan Kabupaten Konawe Utara Sulawesi Tenggara Muhammad Taupan; Erwin Anshari; Hasria Hasria
OPHIOLITE : Jurnal Geologi Terapan Vol 4, No 1 (2022): OPHIOLITE
Publisher : Program Studi Teknik Geologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56099/ophiolite.v4i1.25397

Abstract

Daerah Boenaga Konawe Utara merupakan bagian dari lengan timur Sulawesi dengan prospek endapan nikel laterit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis mineralogi batuan dasar dan komposisi kadar unsur kimia pada setiap zona profil laterit. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis petrografi dan geokimia. Analisis petrografi meliputi identifikasi kandungan mineral dan tekstur batuan pada conto sayatan tipis batuan, sedangkan analisis geokimia menggunakan analisis XRF (X-Ray Fluorescence). Hasil analisis menunjukkan Jenis mineral yang dijumpai pada setiap zona lateritnya berupa mineral olivin, orthopiroksin, klinopiroksin, serpentin, oksida besi, dan mineral opak. Analisis geokimia menunjukkan zona topsoil dicirikan oleh kadar Ni: 0,74%-1,04%, kadar Fe: 30,12%-50,72%. Zona limonit dicirikan oleh kadar Ni: 1,41%-1,56 dan kadar Fe: 24,49%-47,89%. Zona saprolit kadar Ni: 1,81%-2,04 dan kadar Fe: 16,16%-21,81%. Zona bedrock kadar Ni: 0,86%-1,21% dan kadar Fe: 8,4%-7,77%. Batuan induk umumnya berupa peridotit, serpentinit, dan peridotit terserpentinisasi.
PRESIPITASI BESI DARI LARUTAN HASIL PELINDIAN BIJIH NIKEL LATERIT Wahab Wahab; Dandy Ashari; Deniyatno Deniyatno; Firdaus Firdaus; Erwin Anshari; Marwan Zam Mili; Rizky Awaliah Nafiu; Alrum Armid
Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Vol 18, No 3 (2022): Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Edisi September 2022
Publisher : Puslitbang tekMIRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30556/jtmb.Vol18.No3.2022.1176

Abstract

Presipitasi besi dari larutan hasil pelindian bijih nikel laterit merupakan tahapan yang harus dilakukan sebelum larutan diolah lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh varibel proses terhadap presipitasi besi serta mempelajari kinetika proses presipitasi. Dalam penelitian ini, presipitasi besi dilakukan menggunakan senyawa natrium hidroksida (NaOH). Variabel yang diamati yaitu temperatur (25, 40, 55, 70, dan 85°C) konsentrasi NaOH (10, 20, 30, dan 40% w/v), dan waktu (15, 30, 45, 60, dan 75 menit). Studi kinetika mengacu pada persamaan reaksi homogenous irreversible orde I, orde II dan orde III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan temperatur, konsentrasi NaOH, dan waktu meningkatkan persentase presipitasi besi. Persentase presipitasi besi tertinggi sebesar 84,868% dicapai pada pada temperatur 85°C, konsentrasi NaOH 40% w/v, dan waktu 75 menit. Studi kinetika menunjukkan bahwa reaksi presipitasi besi dari larutan hasil pelindian mengikuti reaksi irreversible orde III.
PENDAMPINGAN MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS PARTISPATIF DI SEKITAR WILAYAH PERTAMBANGAN DESA MATABURA KECAMATAN AMONGGEDO KABUPATEN KONAWE Fitra Saleh; Jufri Karim; Erwin Anshari; Wahab Wahab; Marwan Zamili
Jurnal Pengabdian NUSANTARA Vol 2, No 2 (2022): Juli - Desember
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jpnus.v2i2.28362

Abstract

Matabura Village is one of the villages located in Amonggedo District, Konawe Regency, which is located around the nickel mining area. One of the obligations of mining companies is to develop a Community Empowerment Program (CEP) based on the needs of the community around the mine. The purpose of this activity is to provide participatory-based community assistance whose final product is an inventory of community needs which will later be given to mining companies around Matabura Village to be included in the CEP document. The method used is through Focus Group Discussion (FGD) activities and interviews with a sample of 50 respondents. The results of this activity showed that there was a change in the area of the village boundary from 551 Ha to 399.40 Ha and the number of hamlets from 2 to 3 hamlets and the results of interviews and Focus Group Discussions (FGD) recommended programs to be proposed, namely: Scholarship Program, Repair of Places of Worship, Normalization rivers, Utilization of Human Resources, Sports Facilities, Changing Land Profits, Liming or dolomite on plantation land.
PENGURANGAN RISIKO ABRASI PANTAI OLEH GELOMBANG EKSTRIM BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT DI DESA WAWORAHA SOROPIA, KABUPATEN KONAWE, SULAWESI TENGGARA Harisma Harisma; Erwin Anshari; Masri Masri; Deniyatno Deniyatno; Ali Okto; Wahab Wahab; Marwan Zam Mili
EJOIN : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 9 (2023): EJOIN : Jurnal Pengabdian Masyarakat, September 2023
Publisher : LPPM Institut Pendidikan Nusantara Global

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55681/ejoin.v1i9.1576

Abstract

Desa Waworaha merupakan desa pesisir di bagian utara Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Secara administrasi, desa ini berada di Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe. Pemukiman penduduk berpusat di kawasan pesisir yang berbatasan langsung dengan Laut Banda. Di musim monsunal barat, gelombang laut dapat mencapai 3,5 – 4 meter, menjadikan desa ini berisiko terdampak abrasi pantai. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dimaksudkan untuk menganalisis risiko bencana abrasi pantai secara partisipatif bersama warga desa. Hasil analisis disajikan dalam bentuk peta risiko bencana abrasi pantai. Pengurangan risiko abrasi pantai juga dilakukan melalui beberapa kegiatan, seperti: sosialisasi dan edukasi bencana pada siswa pelajar, penanaman mangrove, dan pembuatan tanda dan peta jalur evakuasi. Diharapkan kegiatan ini mendorong masyarakat desa secara aktif dan mandiri memiliki kesiapsiagaan menghadapi bencana abrasi pantai.