Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN JAHE MERAH (Zingiber officinale Roscoe) SEBAGAI DIURETIK PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus Norvegicus) GALUR SPRAGUE DAWLEY Sefi Megawati; Nuriyatul Fhatonah; Nia Wati
Jurnal Farmagazine Vol 10, No 1 (2023): Jurnal Farmagazine
Publisher : STF Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47653/farm.v10i1.647

Abstract

Pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional telah banyak digunakan di Indonesia. Ekstrak etanol 70% daun jahe merah (Zingiber officinale Roscoe) mengandung senyawa aktif seperti tanin, minyak atsiri, gingerol serta flavonoid. Penelitian ini bertujuan mengetahui metabolit sekunder serta aktivitas diuretik ekstrak etanol 70% daun jahe merah. Pembuatan ekstrak daun jahe merah menggunakan metode maserasi yang diujikan pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague Dawley. Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok yaitu ektsrak dosis I: 40 mg/200 gBB, dosis II: 80 mg/200 gBB, dosis III: 160 gBB, kontrol positif (suspensi furosemid 0,72 mg/200 gBB), kontrol negatif (suspensi Na CMC 0,5%). Pengujian efek diuretik dilakukan dengan mengukur volume urin yang dilakukan selama 6 jam dan pada jam ke 24. Data yang diperoleh dianalisis dengan SPSS oneway ANOVA. Hasil uji Statistik menunjukkan bahwa kelompok dosis III dan kontrol positif tidak terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p=0,074 >0,05. Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan efek diuretik yang signifikan antara kelompok positif dengan dosis III. Sehinga dosis ekstrak etanol 70% daun jahe merah yang paling optimal memberikan efek diuretik adalah dosis III dengan dosis 160 mg/200 gBB tikus serta kandungan metabolit sekunder yang terkandung yaitu Flavonoid, tannin dan Saponin
KONSELING DAN EDUKASI BAHAYA PENYALAHGUNAAN OBAT NAPZA DI KALANGAN REMAJA La Ode Akbar Rasydy; Ari Yuniarto; Sefi Megawati; Saru Noliqo Rangkuti; Ariadin Nurfi; Abdul Latif Junaedi
MONSU'ANI TANO Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 6, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Luwuk

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32529/tano.v6i1.2433

Abstract

Kasus penyalahgunaan obat dari tahun ke tahun semakin meningkat. Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya) 97% dilakukan pada usia remaja yang sedang mengalami keadaan emosional yang labil dan mempunyai keinginan besar untuk mencoba serta mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Tujuan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang peranan Farmasis dan memberikan informasi mengenai bahaya penyalahgunaan NAPZA pada kalangan pelajar. Metode pelaksanaan kegiatan dibagi menjadi 3 tahapan. Tahap 1 persiapan yang meliputi penentuan waktu, tempat pelaksanaan, penyiapan media dan alat penyuluhan serta pendataan siswa-siswi,. Tahap II pelaksanaan, meliputi pemberian materi penyuluhan, sesi tanya jawab dan post test. Tahap III evaluasi meliputi pengolahan data kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif melalui program SPSS 21 dengan taraf siginifikan (α) 0,05. Kegiatan ini dilaksanakan pada 17 Januari 2023 di Aula SMAN 1 Maja yang diikuti oleh 42 Siswa kelas XII. Hasil kegiatan diperoleh presentasi tingkat pemahaman dan bahaya penyalahgunaan NAPZA siswa dengan katagori baik sebesar 76,19% dan kurang sebesar 23,81%. Pemberian informasi melalui penyuluhan Farmasis dapat meningkatkan pemahaman Remaja mengenai bahaya penyalahgunaan obat sehingga pelajar lebih dapat menjauhi obat-obatan yang berbahaya dan dapat mengancam keselamatan masa depannya sehingga dapat terwujudnya generasi muda bangsa yang sehat, cerdas, dan kreatif.
UJI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU HITAM (Curcuma aeruginosa Roxb.) PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI (CCl4): HEPATOPROTECTOR ACTIVITY TEST OF ETHANOL EXTRACT Rhizome of Black Cucumber (Curcuma aeruginosa Roxb.) ON WHITE MICE (Mus musculus L.) INDUCED BY (CCl4) Meta Safitri; Sefi Megawati; Arini Aprilliani; Anna Febriyanti
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 3 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i3.741

Abstract

Rimpang temu hitam merupakan salah satu jenis tumbuhan suku Zingiberaceae. Kandungan senyawa rimpang temu hitam yaitu flavonoid, saponin, kuinon dan triterpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas hepatoprotektor ekstrak etanol 70% rimpang temu hitam. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit putih (Mus musculus L.) jantan galur deutch democrotic yokohama. Mencit putih dibagi menjadi 6 kelompok, kelompok 1, 2 dan 3 sebagai kelompok perlakuan ekstrak etanol 70% rimpang temu hitam dengan dosis berturut-turut 9,8mg/20gBB, 12,6mg/20gBB dan 15,4mg/20gBB, kelompok 4 sebagai kontrol positif menggunakan Curcuma FCT 0,052mg/20gBB, kelompok 5 sebagai kontrol negatif dan kelompok 6 sebagai kontrol normal menggunakan CMC Na 1%. Mencit diadaptasi dan diberikan perlakuan selama 8 hari, pada hari ke-8 semua kelompok kecuali kelompok 6 diinjeksi CCl4 0,5 ml/KgBB. Setelah 24 jam, dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbital lalu diukur kadar SGOT dan kadar SGPT. Hasil pengukuran kadar SGOT dan SGPT terjadi penurunan antar tiap kelompok perlakuan ekstrak. Penurunan tertinggi hingga terendah berturut-turut terjadi pada kelompok 3 (35,75;15,5 U/L), kelompok 2 (40,25;27 U/L) dan kelompok 1 (47,74;38,25 U/L). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji LSD Post Hoc, nilai signifikan kelompok 4 (kontrol positif) dengan kelompok 3 (ekstrak etanol 70% rimpang temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) dosis 15,4mg/20gBB) diperoleh sebesar P>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan bermakna, sehingga ekstrak etanol 70% rimpang temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) mempunyai aktivitas sebagai hepatoprotektor dengan dosis yang paling efektif 15,4mg/20gBB mencit. Kata Kunci: Hepatoprotektor, Rimpang Temu Hitam, SGOT, SGPT
UJI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU HITAM (Curcuma aeruginosa Roxb.) PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI (CCl4): HEPATOPROTECTOR ACTIVITY TEST OF ETHANOL EXTRACT Rhizome of Black Cucumber (Curcuma aeruginosa Roxb.) ON WHITE MICE (Mus musculus L.) INDUCED BY (CCl4) Meta Safitri; Sefi Megawati; Arini Aprilliani; Anna Febriyanti
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 3 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i3.741

Abstract

Rimpang temu hitam merupakan salah satu jenis tumbuhan suku Zingiberaceae. Kandungan senyawa rimpang temu hitam yaitu flavonoid, saponin, kuinon dan triterpenoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas hepatoprotektor ekstrak etanol 70% rimpang temu hitam. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit putih (Mus musculus L.) jantan galur deutch democrotic yokohama. Mencit putih dibagi menjadi 6 kelompok, kelompok 1, 2 dan 3 sebagai kelompok perlakuan ekstrak etanol 70% rimpang temu hitam dengan dosis berturut-turut 9,8mg/20gBB, 12,6mg/20gBB dan 15,4mg/20gBB, kelompok 4 sebagai kontrol positif menggunakan Curcuma FCT 0,052mg/20gBB, kelompok 5 sebagai kontrol negatif dan kelompok 6 sebagai kontrol normal menggunakan CMC Na 1%. Mencit diadaptasi dan diberikan perlakuan selama 8 hari, pada hari ke-8 semua kelompok kecuali kelompok 6 diinjeksi CCl4 0,5 ml/KgBB. Setelah 24 jam, dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbital lalu diukur kadar SGOT dan kadar SGPT. Hasil pengukuran kadar SGOT dan SGPT terjadi penurunan antar tiap kelompok perlakuan ekstrak. Penurunan tertinggi hingga terendah berturut-turut terjadi pada kelompok 3 (35,75;15,5 U/L), kelompok 2 (40,25;27 U/L) dan kelompok 1 (47,74;38,25 U/L). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji LSD Post Hoc, nilai signifikan kelompok 4 (kontrol positif) dengan kelompok 3 (ekstrak etanol 70% rimpang temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) dosis 15,4mg/20gBB) diperoleh sebesar P>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan bermakna, sehingga ekstrak etanol 70% rimpang temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) mempunyai aktivitas sebagai hepatoprotektor dengan dosis yang paling efektif 15,4mg/20gBB mencit. Kata Kunci: Hepatoprotektor, Rimpang Temu Hitam, SGOT, SGPT
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DENGAN METODE GYSSENS PADA PASIEN DEMAM TIFOID ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP Dr. SITANALA TAHUN 2019-2021 Megawati, Sefi; Nuraini, Nuraini; Carolina, Febby
Jurnal Insan Farmasi Indonesia 2023: JIFI: Webinar & call for paper
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ISFI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36387/jifi.v6i3.1641

Abstract

Typhoid fever is a disease caused by bacteria and its treatment requires antibiotics. Antibiotic-resistant bacteria can grow as a result of improper use of antibiotics. The purpose of this study was to determine the rational usage pattern and percentage of antibiotic drug use according to the Gyssens method. This non-experimental study employed retrospective data collecting from the medical records of children treated for typhoid fever at the Dr. Sitanala in 2019–2021 and used the Gyssens technique for analysis. According to the study's findings, 28 patients (46.67%) were classified as irrational, whereas 32 patients (53.33%) were considered rational (category 0). In this study, it can be concluded that the use of antibiotics used in typhoid fever patients, namely ceftriaxone (82,54%), cefotaxime (14.29%), and cefixime (3.17%) with the intravenous route of administration (96.83%) and orally (3.17%). Irrational use of antibiotics included Gyssens category V (antibiotics are not needed) (1.67%), category IVC (there are cheaper antibiotics) (11,86%), category IIIB (the duration of giving antibiotics are too short) (30,51%), category IIA (not the right doses) (20,34%), and category I (not on time to give antibiotics) (18.64%).