I Dewa Putu Pramantara
Unknown Affiliation

Published : 14 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice)

EVALUASI KUALITAS HIDUP PENDERITA OSTEOARTRITIS DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT PERIODE FEBRUARI – MEI 2013 Asrul Ismail; Ika Puspitasari; I Dewa Putu Pramantara
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 3, No 4
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.197

Abstract

Penderita osteoartritis mengalami berbagai gangguan gejala  penyakit yang berdampak negatif terhadap kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup adalah penting sebagai salah satu  tujuan dari terapi pada penyakit kronis. Penelitian ini secara  umum bertujuan untuk mengetahui skor kualitas hidup dan  mengevaluasi faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas hidup penderita osteoartritis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.  Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional Study. Pelaksanaan pengambilan data  dilakukan dengan membagikan kuesioner AIMS 2 SF (Arthritis  Impact Measurement Scale 2 Short Form) kepada pasien  osteoartritis rawat jalan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode  Februari – Mei 2013. Variabel bebas adalah usia, jenis kelamin,  penyakit penyerta, jenis terapi, status pekerjaan, dan intensitas  nyeri. Sedangkan variabel tergantung adalah kualitas hidup  penderita osteoartritis. Alat pengolah data menggunakan SPSS   17. Perbedaan rerata kelompok variabel bebas terhadap variabel tergantung dilakukan dengan uji t dan one-way ANOVA,  sedangkan hubungan antara variabel bebas terhadap variabel  tergantung dilakukan dengan uji multivariat regresi linear. Hasil  penelitian menunjukkan skor kualitas hidup pasien osteoartritis  sebesar 4,187. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel usia, status pekerjaan dan intensitas nyeri terhadap kualitas hidup  dengan nilai signifikansi ketiga faktor tersebut sebesar 0,000  (p<0,05). Faktor jenis kelamin, penyakit penyerta, dan jenis terapi, tidak mempengaruhi kualitas hidup penderita osteoartritis. Kata kunci: kualitas hidup, osteoarthritis, intensitas nyeri, AIMS 2 SF
PENGARUH KONSELING OLEH APOTEKER TERHADAP TINGKAT KONTROL ASMA DAN KEPUASAN TERAPI INHALASI PASIEN ASMA RAWAT JALAN Mutiara Herawati; Lukman Hakim; I Dewa Putu Pramantara
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 3, No 4
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.222

Abstract

Asma adalah gangguan peradangan kronis pada saluran pernafasan. Peradangan kronis pada saluran pernafasan yang hiperesponsif menyebabkan terjadinya obstruksi dan pembatasan aliran udara karena terjadinya bronkokonstriksi, gumpalan mukus, dan peningkatan peradangan ketika terjadinya pajanan terhadap faktor risiko. Terapi asma salah satunya menggunakan inhaler. Pasien tidak mungkin menggunakan inhaler dengan benar kecuali pasien menerima instruksi yang jelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dengan adanya konseling, kepuasan dalam penggunaan inhaler dapat meningkatkan sehingga diharapkan dapat mengontrol gejala asma bagi pasien asma yang mendapatkan terapi inhalasi di poliklinik penyakit dalam rawat jalan RSUD Sleman dan RSUD Kota Yogyakarta. Penelitian ini melibatkan 75 pasien laki – laki dan perempuan berusia 18–70 tahun dengan berbagai macam latar belakang pendidikan, status pekerjaan, lamanya menderita asma, tingkat keparahan asma, dan penyakit penyertanya. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok secara acak yaitu 38 pasien pada kelompok kontrol dan 37 pasien pada kelompok intervensi. Rancangan penelitian eksperimental yang dipakai adalah pretest-posttest with control group. Penilaian terhadap tingkat kontrol asma menggunakan kuesioner Asthma Control Test (ACT) dan kepuasan menggunakan kuesioner Feeling Satisfaction Inhaler-10 (FSI-10) akan dianalisis dengan Mann-Whitney test karena data tidak terdistribusi normal. Terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum konseling dan sesudahnya pada kelompok kontrol dan konseling dalam hal tingkat kontrol asma dan kepuasan terapi inhalasi. Perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kontrol asma pasien persisten sedang (p=0,000) dan persisten berat (p=0,001) serta pada tingkat kepuasan pasien menggunakan inhalasi (p=0,000). Konseling dapat meningkatkan kontrol asma dan kepuasan terapi inhalasi yang lebih cepat dibandingkan tidak diberikan konseling. Kata kunci: asma, inhalasi, tingkat kontrol asma, kepuasan inhalasi
PERBANDINGAN RESPON AWAL PEMBERIAN WARFARIN PADA PASIEN OBESITAS DENGAN NON-OBESITAS Dian Oktianti; I Dewa Putu Pramantara; Djoko Wahyono
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.278

Abstract

Pendosisan dan respon terapi warfarin bervariasi antara setiap pasien tergantung dari umur, tingkat keparahan penyakit, status nutrisi, berat badan, pengobatan lain, dan ada tidaknya polimorfisme genetik dari CYP2C9 atau VKORC1.. Sesuai atau tidaknya dosis warfarin dapat dilihat dari pemeriksaan nilai international normalized ratio (INR). Penelitian bertujuan untuk membandingkan respon awal pemberian warfarin pada pasien obesitas dan non obesitas. Penelitian ini adalah penelitian retrospektif yang bersifat deskriptif dan observasional. Subyek penelitian adalah pasien rawat jalan yang menerima terapi warfarin pertama kali di RSUP dr Sardjito Yogyakarta disertai dengan pemeriksaan nilai INR. Analisis nonparametrik dengan uji Kaplan-Meier dilakukan untuk melihat lama hari yang diperlukan untuk mencapai target nilai INR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 92 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat pasien obesitas sebanyak 44 orang dan pasien nonobesitas sebanyak 48 orang. Berdasarkan uji Kaplan-Meier diperoleh median dari waktu untuk mencapai target nilai INR pada kelompok obesitas adalah 56 hari dan untuk kelompok nonobesitas adalah 57 hari tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok pasien dengan berat badan normal dan kelompok pasien obesitas untuk mencapai target nilai INR. Kata kunci: warfarin, respon awal, obesitas, nilai INR
PENGARUH IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY TERHADAP LUARAN KLINIK DAN EKONOMIK PASIEN ACUTE CORONARY SYNDROME Ani Pahriyani; Tri Murti Andayani; I Dewa Putu Pramantara
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.280

Abstract

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dibidang kesehatan yang sudah mulai dilaksanakan pada 1 Januari 2014 mencakup semua pelayanan kesehatan yang pembiayaannya berdasarkan tarif paket Indonesia Case Based Group (INA-CBGs). Hal ini mendorong rumah sakit agar mampu mengoptimalkan pengelolaan keuangan serta kendali mutu, salah satunya dengan pembuatan clinical pathway untuk beberapa penyakit. Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengaruh implementasi clinical pathway (CP) terhadap luaran ekonomik dan klinik pada Acute Coronary Syndrome (ACS). Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional retrospektifpada pasien ACS rawat inap di RSUP Dr. Sardjito dari Januari 2013 sampai Mei 2014. Parameter luaran klinik menggunakan Length of Stay (LOS), readmission rate (RR) dan in-hospital mortality (1HM) serta untuk luaran ekonomik dihitung biaya total dari masing-masingtingkat keparahan penyakit. Data luaran klinik diperoleh dari catatan medik pasien selama dirawat sedangkan untuk biaya terapi riil diperoleh dari bagian jaminan kesehatan. Jumlah total subyek adalah 136, terdiri dari 68 pasien pada kelompok sebelum CP dan 68 pasien dari kelompok setelah CP. Hasil analisis statistik menunjukkan perbedaan rata-rata Length of Stay (LOS) pada kedua kelompok 7,44 dengan 6,31 hari, IHM tidak berbeda pada kelompok sebelum CP 12 pasien (17,6%), dan 6 pasien (9,2%) pada kelompok setelah CP, sedangkan untuk RR tidak terdapat pasien yang kembali menjalani perawatan (0%) untuk kelompok sebelum implementasi CP dan setelah implementasi CP 1 pasien (1,7%) yang menjalani perawatan kembali (p>0,05). Median biaya dari dua kelompok (sebelum dan setelah implementasi clinical pathway) adalah Rp 50.383.652 dan Rp 12.583.503 untuk keparahan I (p<0,05), Rp 11.121.616 vs Rp 13.305.502 untuk keparahan II (p>0,05), Rp 37.064.546 dan Rp 20.169.375 untuk keparahan III (p>0,05). Oleh karena itu terdapat perbedaan luaran klinik dan ekonomik sebelum dan setelah implementasi clinical pathway pada tata laksana acute coronary syndrome (ACS). Kata kunci: acute coronary syndrome, clinical pathway, luaran klinik, luaran ekonomik
PERBANDINGAN PENURUNAN TEKANAN DARAH SETELAH PEMBERIAN LISINOPRIL MALAM ATAU PAGI HARI Annisa Nadya Utami; Lukman Hakim; I Dewa Putu Pramantara
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.281

Abstract

Lisinopril merupakan salah satu pilihan terapi hipertensi dengan mekanisme menghambat kerja dari angiotensin-converting enzyme (ACE). Penelitian mengenai pengaruh ritme sirkadian terhadap sistem renin-angiotensin membuktikan bahwa target utama dari terapi anti-hipertensi dengan lisinopril justru mengalami puncak aktivasi pada malam hari, saat waktu tidur. Penelitian bertujuan membandingkan penurunan tekanan darah antara pasien hipertensi yang mengkonsumsi lisinopril pada pagi hari dengan pada malam hari. Penelitian merupakan penelitian prospektif analitik dengan rancangan penelitian cohort. Cara pengambilan data adalah dengan metode wawancara dan data sekunder berdasarkan rekam medik terhadap pasien rawat jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Mei sampai Juli 2014. Dari 26 pasien yang diambil dalam penelitian ini yaitu pasien hipertensi rawat jalan (kelompok penggunaan lisinopril pagi 13 pasien dan lisinopril malam 13 pasien) dengan diagnosis utama hipertensi yang menggunakan lisinopril 10 mg per hari sebagai terapi hipertensi selama 1 bulan diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan penurunan tekanan darah sistole sebesar 13,00 ± 13,16 mmHg dan diastole sebesar 6,23 ± 11,34 mmHg untuk lisinopril yang dikonsumsi pada pagi hari sedangkan untuk lisinopril yang dikonsumsi malam hari menghasilkan penurunan tekanan darah sistole sebesar 12,23 ± 15,19 mmHg dan diastole sebesar 6,62 ± 11,93 mmHg. Berdasarkan uji t independen dengan tingkat kepercayaan 95%, hasil di atas tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05). Lisinopril pemberian satu kali sehari yang diberikan pada malam hari tidak menunjukkan penurunan tekanan darah yang lebih besar dibandingkan pagi hari pada pasien di apotek rawat jalan RSUP Dr. Sardjito. Kata kunci: hipertensi, ritme sirkadian, lisinopril, kronoterapi
EVALUASI DOSIS WARFARIN DAN HASIL TERAPINYA PADA PASIEN RAWAT JALAN Nova Hasani Furdiyanti; I Dewa Putu Pramantara; Djoko Wahyono
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 4, No 3
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.284

Abstract

Penggunaan warfarin dimonitor berdasarkan efek farmakodinamik dari prothrombin time (PT) melalui nilai international normalized ratio (INR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkiraan kadar warfarin dalam darah pasien, hasil terapi pasien yang mendapat terapi warfarin dilihat dari nilai INR, dan mengetahui korelasi antara perkiraan kadar warfarin dengan hasil terapi. Penelitian ini adalah penelitian observasional retrospektif yang bersifat deskriptif dan korelatif. Subjek penelitian adalah pasien rawatjalan yang mendapat terapi warfarin oral di RSUP dr. Sardjito pada Jnuari 2011 sampai Oktober 2013. Perkiraan kadar warfarin dihitung berdasarkan rumus farmakokinetika, sedangkan analisis korelasi dilakukan dengan analisis korelatif Spearman. Hasil penelitian pada 86 subjek penelitian menunjukkan perkiraan kadar warfarin rata-rata pada keadaan tunak atau pada bulan ke-1 rata-rata sebesar 0,658 ± 0,315 mg/L, nilai rata-rata sebesar 0,135 ± 0,065 mg/L, dan nilai rata-rata sebesar 0,802 ± 0,384 mg/L. Hasil pemeriksaan INR menunjukkan 54 pasien (62,79%) yang rata-rata diberi warfarin dosis 2,15 ± 0,74 mg per hari, tidak mencapai target INR. Nilai INR yang dicapai rata-rata sebesar 1,29 ± 0,30, dengan jangkauan INR 0,90 – 1,93. Sisanya sebanyak 32 pasien (37,21%) yang rata-rata diberi warfarin dosis 2,41 ± 0,80 mg per hari, mencapai target INR rata-rata sebesar 3,10 ± 0,93, dengan jangkauan nilai INR 2,01 - 5,30. Korelasi antara perkiraan kadar warfarin dalam darah dengan nilai INR tidak bermakna dengan nilai p = 0,180 (p > 0,05), sedangkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,146 menunjukkan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah. Kata kunci: warfarin, kadar dalam darah, dosis, INR
KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMS PADA TERAPI PASIEN GAGAL JANTUNG RAWAT INAP Alfin Rufaidah; I Dewa Putu Pramantara; Ika Puspita Sari
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 5, No 2
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.133

Abstract

Keberhasilan pharmaceutical care tidak terlepas dari tiga fungsi utama apoteker, yaitu mengidentifikasi Drug Related Problems (DRPs) baik yang aktual maupun yang potensial terjadi, mengatasi DRPs yang terjadi aktual, dan mencegah terjadinya DRPs potensial. Penelitian bertujuan untuk mengetahui prevalensi kejadian DRPs, mengetahui DRPs yang terjadi, dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung. Penelitian ini merupakan penelitian observasional cross sectional dan pengumpulan data dilakukan secara prospektif. Penelitian dilakukan di ruang rawat inap kelas II dan III RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten sejak pertengahan November 2014 hingga awal Januari 2015. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Data dianalisis menggunakan statistik Uji-Chi Square dan Odds Ratio. Prevalensi kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung rawat inap adalah sebesar 58,33% (49 pasien) dari 84 pasien, terdiri dari 88 kejadian DRPs, yang dikelompokkan menjadi enam kategori DRPs yaitu timbulnya reaksi merugikan sebesar 29,55% (26 kejadian), diperlukan terapi obat tambahan sebesar 21,59% (19 kejadian), dosis obat terlalu tinggi sebesar 19,32% (17 kejadian), obat tidak efektif sebesar 15,91% (14 kejadian), dosis obat terlalu rendah sebesar 7,95% (7 kejadian), dan terapi obat tidak diperlukan sebesar 5,68% (5 kejadian). Uji Chi-Square dan Odds Ratio menunjukkan bahwa umur, penyakit penyerta, dan polifarmasi tidak berpengaruh terhadap kejadian DRPs, namun LOS berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien gagal jantung rawat inap di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Pasien dengan LOS ≥6 hari mempunyai kemungkinan 6,92 kali (95% CI 2,63-18,25) untuk mengalami DRPs dibandingkan dengan pasien dengan LOS <6 hari (p<0,05).
EVALUASI PENGGUNAAN INFUS ALBUMIN Setiyati Jatiningsih; I Dewa Putu Pramantara; Fita Rahmawati
JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice) Vol 5, No 2
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jmpf.139

Abstract

Penggunaan albumin dalam beberapa kondisi masih kontroversial. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan infus albumin. Penelitian dilakukan dengan rancangan studi cross sectional, pengumpulan data secara prospektif pada 100 pasien, yaitu pasien rawat inap dewasa (>18 tahun) yang menerima terapi albumin selama periode Januari sampai Februari 2015 di RSU Dr. Soetomo. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif berupa persentase indikasi penggunaan albumin, persentase penggunaan albumin yang sesuai dengan guideline, rata-rata kenaikan serum albumin dan kajian kejadian efek samping. Karakteristik 100 subjek penelitian ( P= 44, L = 56) dengan rentang umur 18 – 60 tahun sebanyak 78% dan ≥ 60 tahun sebanyak 22%. Hasil penelitian menunjukan albumin digunakan pada pasien dengan indikasi pada kasus chronic liver disease sebesar 42%, pada kasus diabetes mellitus sebesar 23 %, kasus sindrom nefrotik sebesar 10%, dan 25% pada kasus lainnya. Persentase penggunaan albumin yang sesuai pedoman adalah 59% dan yang tidak sesuai pedoman 41%. Pemberian albumin efektif meningkatkan kadar serum albumin yang dilihat dari rerata kenaikan serum albumin sesudah pemberian infus albumin 20% 100ml pada keempat kelompok penyakit ( p < 0,05 ). Peningkatan kadar serum albumin pada pemberian 2 fls infus albumin 20% 100 ml sama dengan pemberian 3 fls infus albumin ( p > 0,05). Kejadian efek samping dialami oleh 2 pasien (2%) yaitu berupa sesak bertambah setelah pemberian infus albumin.